KUNCI UTAMA SOAL TIMTENG, KEMBALINYA WILAYAH ARAB

KUNCI UTAMA SOAL TIMTENG, KEMBALINYA WILAYAH ARAB

Kunci Utama penyelesaian seluruh masalah Timur Tengah adalah dikembalikannya semua wilayah bangsa-bangsa Arab yang diduduki Israel dan pengakuan terhadap hak rakyat Palestina untuk memiliki tanah air dan menentukan masa depannya sendiri.

Presiden Soeharto menegaskan hal itu pada acara jamuan santap malam resmi menghormati Presiden Republik Arab Mesir dan Nyonya Suzanne Mubarak di lstana Negara Minggu malam.

Dikaitkannya, kawasan Timur Tengah selama beberapa dasawarsa selalu diliputi pergolakan dan kecongkakan demi kecongkakan Israel.

Akhir-akhir ini hal itu kian menjadi-jadi dengan serbuannya ke Libanon dan pembantaian yang merendahkan martabat manusia terhadap orang-orang Palestina yang tidak bersenjata termasuk wanita dan anak-anak.

Hinaan

Berkata Presiden : "Dijadikannya Kota Suci Al-Quds sebagai Ibu kota Israel merupakan hinaan terhadap seluruh umat Islam." Dan Kepala Negara kembali menegaskan bahwa sejak semula bangsa Indonesia berdiri teguh bersama bangsaArab dalam perjuangannya yang adil dan sah melawan agresi Israel.

"Indonesia," kata Presiden, "menghargai sikap Mesir dalam menentukan arah penyelesaian masalah yang rumit dan berlarut-larut di kawasan itu."

Presiden juga mengungkapkan rasa sedihnya yang sangat mendalam menyaksikan pertikaian yang berkepanjangan antara dua negara Islam, Iran dan Irak.

Indonesia tidak henti-hentinya menyerukan, agar pertikaian yang membawa demikian banyak korban dan tidak menguntungkan siapapun itu dapat diselesaikan dengan semangat ukhuwah Islamiyah.

Khusus

Pada bagian lain dari pidatonya, Presiden Soeharto mengakui bahwa Mesir mempunyai tempat yang khusus dalam hati rakyat Indonesia.

"Kami tidk pernah melupakan bahwa Mesir adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Republik Indonesia setelah kami memproklamasikan kemerdekaan nasional kami pada tahun 1945," kata Presiden.

Selain itu, menurut Presiden, hubungan antara kedua negara mempunyai dasar kerohanian yang lebih dalam lagi, karena sebahagian besar rakyat Indonesia memeluk agama yang sama dengan rakyat Mesir, ialah Islam.

Sejarah dunia menurut Presiden juga mencatat betapa kedua negara erat bergandengan tangan dalam Konferensi Asia Afrika pertama di Bandung, yang besar pengaruhnya kepada perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa di dunia.

Kedua negara merupakan pendorong utama lahirnya Gerakan Non Blok yang setidak-tidaknya telah mendorong kekuatan-kekuatan besar dunia untuk menahan diri dari perang nuklir yang dapat menghancurkan manusia dan kemanusiaan.

Diingatkan bahwa dunia dan tata hubungannya memang telah banyak berubah sejak Konferensi Bandung mengumandangkan suaranya, sejak konferensi pertama Non Blok menegaskan sikapnya.

"Penjajahan dalam bentuknya yang lama sekarang dapat dikatakan tinggal sisa-sisanya saja, yang sebentar lagi pasti akan sima," ujar Presiden.

Namun, menurut Presiden bahaya yang mengancam dan kegelisahan umat manusia ternyata tidak hanya disebabkan oleh penjajahan belaka, Pening yang memusnahkan sewaktu waktu dapat meledak, jika pacuan senjata dan persaingan antara kekuatan-kekuatan besar dunia tidak terkendalikan lagi.

Dikatakan, pergolakan di berbagai kawasan dunia belum juga mereda yang membuat semua orang merasa prihatin dan was-was.

Kesulitan Ekonomi

Dunia yang terasa makin tak aman, menurut Presiden, ditambah oleh kesulitan ekonomi yang global sifatnya dan berjalan berlarut-larut harus menyadarkan semua bang sa di dunia untuk mengusahakan terbangunnya tata hubungan dunia baru yang lebih menjamin keadilan, kemajuan dan kesejahteraan bersama bagi semua bangsa dan seluruh umat manusia.

"Hanya dunia baru yang demikian itu akan dapat mengantarkan umat manusia mencapai tujuan kembarnya, ialah kesejahteraan dan kedamaian kehidupan lahir batin."

Pidato Balasan

Presiden Mesir dalam pidato balasannya yang diucapkan dalam bahasa Arab juga menegaskan tentang perlunya mencapai suatu persetujuan penarikan kembali Israel segera dari Libanon dan mempersiapkan kesempatan bagi rakyat di Libanon untuk dapat memikul tanggung jawabnya menjaga kedamaian, menebarkan kesejahteraan, dan memperbaiki kembali apa yang telah dihancurkan oleh perang dan perbuatan lainnya.

Hosni Mubarak juga mengatakan kesedihan terhadap berlanjutkan perang Iran­Irak tanpa adanya suatu sebab yang dapat diterima justru pada saat sangat diperlukan agar luka-luka dapat dirawat baik dan menstop darah mengalir serta mengumpulkan barisan dan mengerahkan segala kekuatan untuk berbakti pada tujuan-tujuan pertumbuhan ekonomi dan sosial yang merata.

Presiden Republik Arab Mesir dan Nyonya Suzanne Mubarak tiba di bandar udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Sabtu petang dengan pesawat khusus Boeing 707 seusai mengadakan kunjungan di Jepang.

Presiden dan Nyonya Tien Soeharto, Wapres dan Nyonya Karlinah Umar Wirahadikusuma, Menteri Kabinet Pembangunan IV, pimpinan lembaga tinggi negara serta korps diplomatik menyambut dalam upacara kenegaraan.

Setelah beristirahat di Wisma Negara maka pada malam harinya tamu negara itu menerima kunjungan kehormatan wakil Presiden beserta Nyonya.

Minggu pagi, Presiden Mesir itu berziarah ke Taman Makam Pahlawan kemudian mengadakan pembicaraan dengan Presiden Soeharto di Istana Merdeka.

Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono kepada wartawan menggambarkan pembicaraan yang berlangsung dua jam itu penuh suasana persahabatan, terus terang dan keakraban.

Di ruang lain juga berlangsung pembicaraan antaraMenteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja dengan rekannya wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri Kamal Hasan Aly.

Sudharmono mengatakan, umumnya tidak ada perbedaan sikap antara kedua negara mengenai masalah-masalah internasional.

Pembicaraan itu akan merupakan bahan informasi tambahan sebagai modal kerja sama selanjutnya secara bilateral maupun di forum-forum internasional.

Khusus hubungan bilateral, menurut Mensesneg, akan diusahakan kemungkinan meningkatkan hubungan di bidang ekonomi maupun kerja sama teknik yang masih mungkin dalam semangat kerja sama antara negara berkembang.

Presiden Housni Mubarak, menurut Sudharmono, dalam kesempatan itu juga mengharapkan pengertian Indonesia mengenai hubungan Mesir dengan negara-negara Arab lainnya. (RA)

Jakarta, Merdeka

Sumber : MERDEKA (1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 96-98.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.