MANAJEMEN NASIONAL YANG TAK MEMADAI PERSULIT PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

MANAJEMEN NASIONAL YANG TAK MEMADAI PERSULIT PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Presiden Soeharto mengingatkan, perspektif pembangunan jangka panjang tidak boleh hilang, meski banyak masalah nyata yang harus dihadapi dari waktu ke waktu.

Dalam perspektif jangka panjang, pembangunan telah mencapai kemajuan yang sangat mendasar. Kemajuan itu dapat dijadikan bekal dan kekuatan untuk maju terus di masa-masa akan datang sebagai upaya membuat sejarah baru yang bermakna bahwa pembangunan merupakan pengamalan Pancasila.

Di depan kursus Reguler Angkatan XVIII Lemhanas, Kamis, Presiden mengatakan pula pentingnya menajemen nasional untuk mencapai tujuan nasional dan sasaran pembangunan dalam tiap tahap.

Dalam pertemuan di Istana Negara itu ia menegaskan, “manajemen nasional yang tidak memadai bukan, saja mengakibatkan kesulitan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan”, tetapi juga tidak mustahil menjadi penyebab kegagalan rencana pembangunan nasional.

Manajemen nasional itu tidak bisa lain harus bersumber pada Pancasila dan UUD 1945. Karenanya, Pancasila harus dipahami sedalam-dalamnya.

“Meski sila-silanya bersifat universal, namun sebagai suatu kesatuan yang bulat, Pancasila adalah pandangan hidup dan dasar negara khas bangsa Indonesia. Pancasila bukanlah dasar negara dan pandangan hidup yang sempit,” kata Presiden.

Pancasila merupakan “idealisme kita sebagai bangsa yang beradab dan membangun diri mencapai cita-cita nasional.”

Di belakang rumusan Pancasila “yang singkat, terkandung keagungan cita-cita dan keluhuran budi bangsa yang harus digali, didalami, dihayati dan diamalkan dalam semua segi kehidupan.”

Pancasila bukan dogma dan tidak boleh dipahami secara kaku dogmatis. Pemahaman dan penghayatannya harus selalu dihubungkan dengan derap kehidupan bangsa yang dinamis.

“Sering saya ingatkan agar kita memahami Pancasila secara kreatif’, kata Presiden.

Sejarah yang mengantarkan lahirnya Pancasila menunjukkan bahwa para pendahulu dan pendiri negara telah bersepakat bulat untuk menetapkan Pancasila sebagai dasar negara, serta memberikan peluang kepada kita untuk menjabarkannya sesuai dinamika masyarakat.

Adanya peluang itu menunjukkan betapa tinggi bobot kenegarawanan dan betapa luas wawasan mereka. Kita, generasi penerus, melanjutkan dan mengembangkan kebesaran jiwa mereka.

Untuk melaksanakan amanat mereka, kita bertekad melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila dan berusaha menciptakan kerangka landasan pembangunan dalam Repelita IV ini.

Dalam pertemuan itu, peserta kursus menyampaikan hasil seminar mengenai sistem ekspor komoditi nonmigas. Mereka akan diwisuda 7 Desember. (RA)

 

 

Jakarta, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (26/12/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 95-96.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.