PRESIDEN SOEHARTO : TERUS PERKUAT PERSATUAN BANGSA

PRESIDEN SOEHARTO :

TERUS PERKUAT PERSATUAN BANGSA

Presiden Soeharto mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk terus memperkuat persatuan bangsa, karena hanya dengan persatuan itulah bangsa Indonesia akan bisa menjawab tantangan perjuangan pembangunan yang jelas tidak akan bertambah ringan.

Ajakan itu dikemukakan Presiden dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Menko Polkam, Surono, pada Peringatan Hari Ibu 22 Desember 1985 di Balai Sidang Senayan, Jakarta, Minggu.

Presiden mengatakan bahwa persatuan bangsa yang telah disuarakan oleh kaum muda melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Kongres Perempuan Indonesia Pertama tanggal 22 Desember 1928 tersebut merupakan bukti sejarah yang sangat penting bagi kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia selanjutnya.

Karena Sumpah Pemuda dan Kongres Perempuan Indonesia Pertama itulah yang menyadarkan bangsa Indonesia bahwa meskipun terdiri atas berbagai suku bangsa tetapi tetap merupakan satu bangsa, katanya.

Kongres Perempuan Indonesia Pertama yang didasarkan pada Sumpah Pemuda itu mengandung ikrar yang luhur serta merupakan dukungan yang tidak ternilai besarnya terhadap tekad bersatu Sumpah Pemuda, lanjutnya.

Persatuan, kata Presiden, adalah pesan luhur para perintis dan pejuang bangsa dalam mewujudkan cita-cita bangsa. “Tanpa persatuan, bangsa Indonesia akan mudah menjadi mangsa negara lain, dipermainkan, diadu domba, dan kemudian dikuasai”, katanya.

Berkat persatuan seluruh lapisan dan golongan itulah, bangsa Indonesia berhasil merebut kemerdekaan di tahun 1945 dan kemudian mempertahankannya, baik sampai saat ini maupun untuk masa datang.

Sejarah perjuangan bangsa juga menunjukkan bahwa melalui persatuan, bangsa Indonesia mampu mengatasi berbagai pergolakan, cobaan dan rongrongan yang hampir memporakporandakan bangsa, kata Presiden.

Oleh karenanya, Presiden mengharapkan agar dalam memperingati Hari Ibu hendaknya bangsa Indonesia menyadari sedalam-dalamnya makna persatuan itu.

Tidak kalah pentingnya dengan peranan kaum ibu anak turut serta mempersatukan akad dalam petjuangan bangsa, peranan kaum Ibu kota dalam rumah tangga, tidak boleh diabaikan.

Peranan utama kaum ibu adalah mempersiapkan anak-anak sebagai generasi penerus untuk melanjutkan perjuangan, dengan cara menuntun mereka belajar dari pengalaman generasi sebelumnya, baik yang manis maupun pahitnya.

Presiden lebih lanjut menegaskan bahwa pembangunan nasional adalah tugas besar yang membutuhkan pelaksana-pelaksana pembangunan yang potensial. Untuk itulah kaum ibu yang mempunyai peranan besar dalam mempersiapkan tunas-tunas bangsa, hendaknya menghayati dan mengamalkan Pancasila dengan sepenuh hati.

Sebab kesetiaan terhadap Pancasila yang dihayati kaum ibu dan kemudian diturunkan kepada anak-anaknya, akan merupakan dasar yang kokoh dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, demikian Presiden Soeharto.

Peringatan Hari Ibu ke-57 dihadiri oleh Ibu Tien Soeharto dan Ibu Umar Wirahadikusumah, serta segenap unsur organisasi wanita dan pelajar.

Dalam kesempatan itu diserahkan hadiah dan piala kepada para pemenang Lomba Gerak Jalan Keluarga Sehat, pelaksana terbaik 10 Program PKK, dan pelaksana terbaik Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) seluruh propinsi Indonesia.

Keluarga Kasiman selaku pemenang pertama Lomba Gerak Jalan Keluarga Sehat menerima piala keluarga Presiden yang diserahkan oleh Ibu Tien Soeharto. Sedangkan penyerahan piala kepada perwakilan pelaksana terbaik 10 program PKK dan P2WKSS, dilakukan oleh Menko Polkam, yang masing-masing diterima oleh Ny. Siti Zahra Malik dari NTB dan Ny. Rahimah Sabra dari Riau.

Seusai acara puncak peringatan Hari Ibu ke-57 itu, Ibu Tien Soeharto meresmikan bazar sehari di lokasi yang sama, yang menampilkan barang-­barang produksi Indonesia. (RA)

 

 

Jakarta, Antara

Sumber : ANTARA (22/12/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 93-95.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.