MASUKI 1983 DENGAN TABAH, PRIHATIN DAN PERCAYA DIRI

MASUKI 1983 DENGAN TABAH, PRIHATIN DAN PERCAYA DIRI

Presiden Soeharto :

SAMBIL BERSYUKUR yang sedalam-dalamnya ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala keberhasilan di tahun 1982, Presiden Soeharto mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk memasuki tahun 1983 ini dengan penuh tabah dan keprihatinan, karena masa-masa sulit akibat resesi belum tentu akan berakhir dan masih akan kita alami.

Ia juga mengajak memasuki tahun baru dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri dan penuh harapan untuk dapat keluar dari periode yang sulit dan suram itu.

“Dengan memandang pembangunan sebagai perjoangan, dengan kemampuan mengendalikan diti, dengan semangat persatuan dan kesetiakawanan, marilah kita memasuki dengan tabah tahun 1983 dengan kepercayaan akan mampu keluar dengan selamat dari periode yang sulit itu.”

Hal tersebut dikemukakan Presiden Soeharto dalam pesan dan harapannya melepas tahun 1982 dan menyambut tahun baru 1983 yang disiarkan melalui TVRI dan RRI, Jumat malam.

Tingkatkan Lagi

Dalam siaran yang dipancarkan ke seluruh penjuru tanah air itu Kepala Negara mengemukakan, tahun 1982 bagaimanapun juga telah kita tinggalkan dengan rasa syukur karena telah dapat melaksanakan tugas-tugas nasional dengan baik dan berakhir dengan selamat pula. Tugas-tugas besar, baik di bidang sosial politik, ekonomi maupun pertahanan keamanan.

Namun di balik segala keberhasilan tersebut, kata Presiden selanjutnya, dalam tahun 1982 kita juga telah merasakan pengaruh yang tidak menguntungkan dari resesi yang melanda dunia. Pengaruh ini diperkirakan masih akan terus berlanjut dalam tahun 1983 ini.

“Karena itu kalau kita memasuki tahun 1982 yang lalu dengan keprihatinan, kewaspadaan dan kerja keras, maka semangat keprihatinan, kewaspadaan dan kerja keras itu malahan harus kita tingkatkan dalam tahun 1983 ini.”

Kepala Negara mengingatkan, perlu kita sadari bahwa bukan hanya kita sendiri yang mengalami dan menghadapi masa-masa yang sulit itu. Banyak negara lain yang mengalami kesulitan yang jauh lebih besar dan lebih rumit dari apa yang kita hadapi.

Negara-negara industri maju sekalipun, tidak dapat melepaskan diri dari kesulitan yang ditimbulkan oleh resesi ekonomi dunia sekarang ini.

“Karena itu apabila kita berusaha sebaik-baiknya dengan kepercayaan sepenuhnya kepada kemampuan diri sendiri, saya yakin kita akan dapat mengatasi dan melampaui masa-masa sulit itu dengan selamat.”

Pemilihan Umum

Dikemukakan, dalam tahun 1982 kita telah melaksanakan pemilihan umum yang berjalan lancar, selamat dan sukses. Pemilihan umum tersebut adalah yang ke tiga kalinya dilaksanakan dalam era Orde Baru di bawah naungan Undang-Undang Dasar 1945.

Hal ini merupakan prestasi kita semua, prestasi seluruh rakyat Indonesia yang mencintai Demokrasi Pancasila, prestasi ke tiga kekuatan sosial politik peserta pemilu, dan juga prestasi pemerintah beserta segenap aparaturnya.

Sebagai bangsa, telah maju lagi selangkah dalam usaha kita untuk menumbuhkan dan memantapkan kehidupan demokrasi yang sehat di negeri ini berdasarkan Pancasila dan UUD’45.

Kita juga bertambah kaya dengan pengalaman nyata dalam warna-warni kehidupan demokrasi itu.

Dengan pengalaman tiga kali pemilihan umum itu, kita akan terus berusaha untuk makin menyempurnakan pelaksanaan pemilihan umum dimasa­ masa mendatang, sehingga kita akan mencapai kemantapan dan kematangan dalam kehidupan demokrasi dan kehidupan konstitusi.

Namun seperti yang sering kali saya ingatkan, demikian Kepala Negara selanjutnya, pemilihan umum itu sendiri bukanlah tujuan akhir. Betapa pun pentingnya, pemilihan umum tetap merupakan sarana bagi usaha kita untuk mengatur kehidupan negara dan pemerintah yang berkedaulatan rakyat dan bertujuan mencapai kemajuan, kesejahteraan dan keadilan.

Sebagai hasil pemilihan umum tahun 1982itu maka menurut Presiden, tugas besar kita selanjutnya adalah mensukseskan Sidang Umum MPR bulan Maret mendatang.

“Dengan menghormati setinggi-tingginya majelis yang merupakan penjelmaan seluruh rakyat dan pemegang kedaulatan rakyat itu, maka tugas kita semua adalah bersama­sama menjaga suasana aman dan tenteram, agar Majelis dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi bangsa kita. Sambil kita berikan dukungan moril setulus-tulusnya kepada Majelis, serta menyiapkan diri untuk melaksanakan sebaik-baiknya segala keputusan Majelis”.

Perundang-undangan

Kemajuan besar lainnya yang kita catat dalam tahun 1982, demikian Kepala Negara, adalah pengakuan dunia internasional terhadap Wawasan Nusantara, dengan ditandatanganinya Konvensi Hukum Laut oleh hampir semua negara di dunia, di Jamaica beberapa minggu lalu.

Dengan ini bertambah kuatlah sarana hukum untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia yang menjadi cita-cita proklamasi kemerdekaan kita.

Sedang di hadapan kita terbentang tugas besar untuk memberi arti kepada prinsip Negara Nusantara, yang di dalamnya terkandung kesempatan dan kemungkinan bagi kemajuan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia, serta mengamankan seluruh wilayah Nusantara itu dengan wilayah lautan kita yang menjadi sangat luas.

Dikatakan, berkat ketja keras DPR bersama-sama pemerintah maka dalam tahun 1982 kita juga mencapai hasil-hasil penting dalam bidang perundang-undangan, dengan dihasilkannya beberapa undang-undang penting. Misalnya undang-undang penyempurnaan UU Pokok Pers, serta UU tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia.

Undang-undang yang terakhir ini menurut Presiden telah menuangkan dalam wadah hukum yang kuat, bukan saja ketentuan-ketentuan pokok bagaimana kita menyusun kekuatan Hankam dan ABRI, tetapi juga pengalaman dan keberhasilan perjoangan bangsa kita yang bertumpu pada kemanunggalan ABRI dan rakyat dalam menegakkan, mempertahankan dan memberi isi kepada kemerdekaan nasional yang kita proklamasikan 17 Agustus 1945.

Kemanunggalan ABRI dan rakyat inilah yang menjadi kekuatan kita di masa lampau, sehingga kita mampu berdiri tegak walaupun tidak sedikit ancaman dan bahaya yang datang silih berganti yang akan merubuhkan negara kita yang berdasarkan Pancasila ini. Baik yang datang dari dalam, maupun dan luar.

“Kemanunggalan ABRI dan rakyat inilah yang akan memberi jaminan pada stabilitas nasional yang dinamis dan demokratis, yang merupakan prasyarat bagi keberhasilan pembangunan dan kejayaan bangsa kita di masa datang,” kata Presiden.

Menurut Kepala Negara, dengan stabilitas yang dinamis dan dengan makin dewasanya kehidupan demokrasi kita selama ini, memungkinkan penanganan masalah­masalah ekonomi yang makin mantap dan terarah, sehingga pembangunan dapat terus berjalan dengan mencapai kemajuan-kemajuan yang membesarkan hati.

Ekonomi Tetap Terkendali

Dalam tahun 1982 yang lalu, demikian Presiden Soeharto, walaupun awan resesi yang suram tetap meliputi dunia dan memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan bagi pembangunan Indonesia, namun keadaan ekonomi kita tetap terkendali dan derap pembangunan terus bergerak maju.

Laju inflasi selama tahun 1982 sebesar 9,69%. Ini menunjukkan ekonomi kita tetap memiliki daya tahan, meskipun dalam keadaan dunia yang lesu karena resesi serta gejolak ekonomi lainnya.

Di bidang pangan, meskipun dalam tahun 1982 kita telah mengalami musim kering yang sartgat panjang, tapi produksi beras kita masih dapat meningkat melampaui 23 juta ton.

Dengan produksi sebesar itu, praktis kita sudah mulai dapat berswasembada beras. Dan ini juga berarti bahwa dalam tahun ke empat Repelita III kita telah berhasil melampaui sasaran produksi beras yang ditetapkan untuk dicapai dalam tahun terakhir Repelita III.

Peningkatan produksi beras yang cukup tinggi itu adalah berkat hasil usaha intensifikasi yang terus kita tingkatkan sehingga berhasil meningkatkan produksi beras rata-rata setiap hektar sawah.

Berkat pelaksanaan program Insus (Intensifikasi Khusus) yang telah mulai meluas yang didukung dengan sistem panca usaha yang makin sempurna, maka meskipun di beberapa daerah telah terjadi kekeringan yang disebabkan oleh musim kering yang sangat panjang, produksi beras kita secara nasional dapat meningkat.

Namun dalam menghadapi tahun 1983 ini, kata Presiden, kita perlu terus waspada. Sebab setelah tahun ini kita mengalami musim kemarau yang luar biasa, maka kita harus bersikap waspada di hari-hari yang akan datang untuk menghadapi kemungkinan bahaya banjir, hama tanaman dan sebagainya.

Mencapai Sasaran

Sementara mengalami keberhasilan di bidang pangan, menurut Kepala Negara, pembangunan berbagai proyek besar, sedang maupun kecil juga terus kita kerjakan sesuai dengan rencana dalam rangka mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang terus meluas ke seluruh pelosok wilayah tanah air.

Seperti halnya produksi beras, berbagai program yang menyangkut kesejahteraan rakyat banyak seperti pembangunan puskesmas dan puskesmas pembantu, program penunjang jalan dan jembatan, penyediaan fasilitas belajar tingkat sekolah dasar dan sebagainya, praktis telah mencapai sasaran yang ditetapkan dalam Repelita III.

Bekerja Lebih Keras

Namun di balik keberhasilan-keberhasilan tersebut, menurut Kepala Negara, dalam tahun 1982 pengaruh resesi yang melanda dunia telah mulai kita rasakan pengaruhnya yang tidak menguntungkan. Ini diperkirakan ak:an terus berlanjut dalam tahun 1983 ini.

Masalah utama yang sejak semula telah kita sadari sebagai akibat resesi dunia adalah hambatan dan rintangan di bidang ekspor bahan-bahan non minyak dan non­gas bumi.

Dalam rangka mengatasi masalah tersebut maka sejak awal tahun 1982 pemerintah telah mengambil serangkaian langkah-langkah untuk meningkatkan ekspor non minyak dan non-gas bumi. Usaha-usaha tersebut akan terus dilakukan dalam tahun 1983 ini.

Sebab peningkatan ekspor itu bukan saja mutlak karena kita memerlukan penerimaan devisa, tetapi yang lebih penting lagi ialah karena ekspor produksi non minyak menyangkut lapangan kerja dan penghasilanjutaan petani dan karyawan penghasil barang-barang ekspor tersebut.

Usaha-usaha kita untuk mendorong ekspor barang-barang di luar minyak bumi, kata Presiden, temyata menghadapi kesulitan yang tidak kecil karena negara-negara industri maju yang lesu perekonomiannya telah mengurangi permintaan mereka akan barang-barang Indonesia. Sementara itu belum ada tanda-tanda bahwa resesi dunia akan mereda.

“Karena itu dalam tahun 1983 nanti kita harus bekerja dan berusaha lebih keras lagi agar kita dapat meningkatkan ekspor barang-barang non minyak. Di samping itu kita juga harus berusaha untuk membatasi dari menghemat pengeluaran devisa kita untuk hal-hal yang sangat perlu saja.”

Dalam rangka inilah maka pemerintah baru-baru ini telah mengambil langkah­langkah untuk membatasi atau mengendalikan impor barang-barang yang tidak esensiil seperti barang-barang makanan, minuman, buah-buahan, minuman keras dan lain-lain.

Pemerintah berharap langkah tersebut bukan hanya dapat menghemat penggunaan devisa, tetapi juga mendorong tumbuhnya pemasaran barang-barang penggantinya, hasil produksi dalam negeri.

Keadaan ini hendaknya dapat digunakan oleh pengusaha kita untuk memajukan produksi dan kemampuan dalam negeri sendiri. Tidak sebaliknya malah dengan segala cara berusaha memasukkan barang-barang dari luar, yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun.

Supaya dapat melak:sanakan tekad bersama untuk melanjutkan pembangunan, maka kita harus dapat dan mau mengerahkan daya dan dana yang tersedia, khususnya yang berasal dari dalam negeri, untuk memacu pembangunan.

Penggunaan daya dan dana yang tersedia, yang terbatas jumlahnya, harus diusahakan seefektif mungkin dan seefisien mungkin, kata Kepala Negara.

Tidak Boleh Mandeg

“Memang, gerak pembangunan tidak boleh mandeg, lebih-lebih lagi tidak boleh mundur. Menghentikan laju pembangunan bukan saja tidak merupakan jalan keluar terhadap kesulitan, malah hanya berarti menunda-nunda datangnya kesulitan yang lebih besar dan lebih sulit diatasi dalam waktu-waktu yang akan datang.”

Karena itu, kata Presiden, untuk terus menggerakkan roda-roda pembangunan, kita semua harus bersedia bersama-sama mengeratkan ikat pinggang dan menyingsingkan lengan baju untuk bekerja keras demi kemajuan dan kesejahteraan bersama, sekarang dan di waktu-waktu yang akan datang.

Dengan resesi yang masih akan berlangsung dalam tahun 1983, maka tidak seperti di tahun-tahun sebelumnya, penerimaan negara akan sulit ditingkatkan.

Terutama karena pasaran minyak dunia yang merupakan sumber utama penerimaan negara juga belum tunpak akan membaik. Karenanya, penerimaan negara yang terbatas itu harus kita gunakan secara optimal untuk terus menggerakkan pembangunan, dengan menentukan prioritas-prioritas yang lebih terarah. Sedangkan pengeluaran­pengeluaran yang bersifat konsumtif harus benar-benar dibatasi.

Sementara itu pengerahan modal sektor swasta dan kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat serta koperasi harus lebih kita tumbuhkan bersama-sama.

Kita memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang dengan kekuatan kita sendiri. Penduduk kita besar jumlahnya, yang akan merupakan pasaran barang-barang produksi kita sendiri dan sekaligus merupakan kekuatan untuk menggerakkan kegiatan ekonomi.

Tanah air kita memiliki bermacam-macam kekayaan alam, bangsa kita memiliki semangat gotong-royong dan mau bekerja keras. Bangsa kita memiliki tradisi­tradisi sebagai pejoang yang telah berhasil lulus dari berbagai cobaan berat.

“Kesemuanya itu harus kita manfaatkan sebaik-baiknya dalam rangka pembangunan bangsa, sehingga kita makin memiliki ke-tahanan yang tidak mudah terlanda oleh keadaan gejolak dari luar,” demikian Presiden Soeharto. (RA)

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (02/01/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1-6.

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.