MENENGOK KEMBALI KEGIATAN PRESIDEN SOEHARTO SELAMA TAHUN 1986
Di antara sembilan Kepala Negara atau kepala pemerintahan yang berkunjung ke Indonesia selama tahun 1986 barangkali yang paling banyak menarik perhatian publik adalah kedatangan Presiden Corazon C. Aquino dari Filipina dan Presiden Ronald Reagan dari Amerika Serikat.
Corazon atau lebih populer dipanggil Cory melakukan kunjungan kenegaraan di Indonesia minggu terakhir Agustus lalu, menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia selain karena suka-duka perjuangannya sampai menjadi orang pertama di negerinya tapi juga karena keberaniannya mengesampingkan kemungkinan kudeta selama lawatan pertamanya ke luar negeri tersebut, sebagaimana banyak dikhawatirkan.
Perhatian besar publik atas wanita berpenampilan sederhana namun anggun itu mungkin dapat ditandai dari gencarnya penderitaan di media massa serta padatnya sambutan penduduk Jakarta di sepanjang jalan yang dilewati tamu negara itu.
Salah satu kantor berita asing di Jakarta misalnya, sampai mengirim lebih dari sepuluh berita foto tentang Cory di Indonesia ke pusat regionalnya di Hongkong, suatu jumlah pengiriman yang luar bisa bagi sebuah kantor berita Internasional. Sedang berita tulisnya, menurut koresponden kantor berita itu, dimuat oleh hampir semua surat kabar di dunia.
Kunjungan Presiden Reagan dan Isterinya Nancy, ke Bali awal Mei, juga tampaknya banyak menyita perhatian dunia. Sebab pemimpin negara adikuasa itu setelah bertemu dengan Presiden Soeharto juga melakukan pembicaraan dengan para Menlu negara-negara ASEAN, pada saat mereka menitipkan sejumlah pesan untuk pertemuan tingkat tinggi pemimpin tujuh negara industri utama di Tokyo, Jepang yang dihadiri Reagen.
Tamu negara lain yang berkunjung ke Indonesia selama 1986 antara lain PM Selandia Baru David Lange dan istrinya, Raja Hussein dan Ratu Noor dari Yordania, Pangeran Norodom Sihanouk, Presiden Perancis Francois Mitterand dan Nyonya, PM India Rajiv Ghandi dan Istrinya serta Sultan Brunei Hasanal Bolkiah.
Satu lagi wanita pemimpin suatu bangsa yang menjadi tamu negara tahun 1986 adalah Presiden Agalita Barbara dari Republik Malta, suatu negara kecil di Laut Tengah.
Dalam tahun 1986 Presiden Soeharto menerima tidak kurang dari sepuluh tamu negara, dua di antaranya juga wanita yakni PM Milka Planinc dari Yugoslavia dan PM Margaret Thatcher dari Kerajaan Inggeris.
Tetap Padat
Kegiatan Presiden selama tahun 1986 tampaknya tidak kalah padat dibanding tahun-tahan sebelumnya. Boleh dikatakan hampir setiap hari kerja tercantum acara Presiden dipapan barpress-room Sekretariat Negara Jakarta, yang menjadi petunjuk bagi wartawan untuk meliputnya.
Barangkali hanya hari Jumat diharapkan wartawan yang bertugas di sana bisa agak santai, karena di hari itu biasanya tidak ada acara Presiden yang dapat diliput, atau kalaupun ada hanya satu-dua tamu.
Selama ini para menteri dan para pejabat tinggi lain atau tamu perorangan biasanya lebih sering diterima Presiden di kantornya, Bina Graha.
Barulah kalau ada tamu negara atau duta besar baru yang menyerahkan surat-surat kepercayaan atau rombongan yang dianggap istimewa Presiden menerima di Istana Merdeka, yang menghadap lapangan Monas.
Sedang Istana Negara (yang menghadap Jalan Ir. H. Juanda) biasanya digunakan untuk upacara atau peringatan yang undangannya berjumlah besar, misalnya pelantikan, penyematan tanda-tanda kehormatan dan pembukaan rapat kerja.
Namun tidak jarang pula Presiden menerima tamu-tamunya di rumah kediamannya, di Jalan Cendana Jakarta. Bahkan kadang-kadang hari Minggu ia menerima rombongan tamu di peternakan Tri-S di Tapos, Bogor.
Peresmian Proyek
Di tengah-tengah kesibukannya, Presiden cukup banyak melakukan kunjungan kerja ke daerah. Biasanya untuk meresmikan proyek pembangunan, atau menghadiri suatu peristiwa penting.
Berdasarkan catatan, selama tahun 1986 tidak kurang dari sembilan proyek pembangunan diresmikan Presiden, antara lain perluasan pabrik pupuk ZA PT. Petrokimia di Gresik dan sejumlah pabrik di Jawa Timur, Pusat Aromatik di Plaju (Sumsel), Proyek Pematusan di Tulungagung danjalan tol Surabaya-Gempol (Jatim), jembatan Mahakam di Samarinda (Kaltim) dari pabrik methanol di Bunyu (Kaltim).
Pertemuan dan peristiwa internasional yang diadakan di Jakarta dan pembukaannya dilakukan Presiden dalam tahun 1986 tercatat delapan buah, antara lain Kongres ke-5 Produktivitas Dunia, Kongres IV Federasi Kardiologi ASEAN, Kongres ke-19 Perhimpunan Ahli Gula Tebu Sedunia, pertemuan ke-6 para Menlu ASEAN-MEE dan temu usaha para pimpinan perusahaan dari Eropa dan negara lain.
Upacara tingkat nasional yang melibatkan kegiatan Presiden dalam tahun 1986 tercatat tidak kurang dari 20 kali, di antaranya yang cukup menonjol Kongres III Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Jambore Nasional Gerakan Pramuka, Pameran I Kedirgantaraan Indonesia (Air Show), Pencanangan Dasawarsa Anak Indonesia 1986-1996 dan Kongres Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Dalam tahun 1986 untuk pertama kalinya Presiden juga membuka atau menghadiri upacara yang berkaitan dengan kegiatan agama di luar Islam, yaitu Mahasabha Parisada Hindu Dharma di Denpasar (Bali) 24 Pebruari, Kongres Perwalian Umat Buddha di Jakarta 8 Juli dan perayaan Natal bersama di Jakarta 28 Desember lalu.
Pada umumnya Presiden menandai kehadirannya pada setiap peristiwa dengan membacakan sambutan atau pidato. Selama tahun 1986 Presiden memberi sambutan atau pidato tidak kurang dari 88 kali, di antaranya 22 kali ketika menerima para dubes baru untuk Indonesia.
Pidato yang paling panjang, sebagaimana kebiasaan tahun-tahun sebelumnya, adalah ketika menyampaikan RPBN dan Nota Keuangan awal tahun dan pidato kenegaraan menjelang Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Agustus. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (01/01/1987)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1-3.