Menurunkan Wibawa Bapak

Jakarta, 17 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H. M. Soeharto

di Jl. Cendana

Jakarta

 

MENURUNKAN WIBAWA

BAPAK [1]

 

 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Kami prihatin atas peristiwa yang terjadi di tanah air Indonesia yang kita cintai. Pada kesempatan ini, kami sampaikan simpati yang sedalam-dalamnya kepada Bapak, semoga Allah SWT selalu melindungi Bapak.

Sebetulnya kami ingin menyampaikan sejak dahulu, namun kami takut dianggap salah. Walaupun sedikit terlambat kami ingin sampaikan daripada tidak. Yang ingin kami sampaikan sebagai berikut: Pada saat gambar/foto Bapak dipasang pada uang dan perangko serta penggunaan nama Bapak untuk tempat-tempat tertentu, kami merasa khawatir karena menurut kepercayaan kami:

a. Dapat menurunkan wibawa Bapak dan citra Bapak beserta keluarga (semestinya tidak boleh mencantumkan untuk orang yang masih hidup).

b. Akan menurunkan nilai uang yang akan menimbulkan krisis ekonomi)

Hal tersebut mungkin Bapak dapat lihat pada era tahun enampuluhan sebelum G 30 S/PKI, di mana orang-orang di kanan kirinya menggunakan Bung Karno mencantumkan gambar dan namanya pada uang dan lain-lain.

Untuk hal tersebut, mohon Bapak pertimbangkan kalau bisa dapat dicabut karena pencantuman gambar orang yang masih hidup menurut kepercayaan kami tidak baik. (Hal mana disampaikan oleh Bapak kami pada jaman Bung Karno).

Menurut perhitungan kami Bapak dilahirkan pada hari Rabu Kliwon, maka sesuai usia Bapak garis Bapak pada hari Senin Pahing dan sebentar lagi masuk hari Minggu legi.

Kami menyarankan Bapak untuk ngapit garis dan hari kelahiran, sebagai berikut:

a. Ngapit hari lahir: Senin Pon jam 18.00 s/d Kamis Legi jam 18.00 (3 hari 3 malam)

b. Ngapit garis: Sabtu Kliwon jam 10.00 s/d Selasa Pon jam 18.00 (3 hari 3 malam).

Adapun tirahatnya tidak makan nasi, garam, cabe, bumbu-bumbu dapur, gula, tebu, ragi, alkohol, tape dan sejenisnya, lainnya boleh.

Demikian penyampaian kami, apabila ada hal yang kurang berkenan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. (DTS)

Wassalamu’ alaikum wr. wb.

M. Widodo Puruboyo

Jakarta Timur

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 838-839. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.