Jakarta, 22 Desember 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto & keluarga
Jl. Cendana No.8
Jakarta Pusat
MEREKA SENDIRI KKN [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Semoga Bapak Soeharto sekeluarga selalu berada dalam keadaan sehat wal’ afiat dan tidak kurang suatu apa. Maksud nanda mengirim surat kepada Bapak, selain nanda ingin bersilaturahmi, nanda juga ingin mengungkapkan pikiran nanda terhadap situasi dan kondisi politik yang sedang terjadi di negeri ini. Banyak hal yang menurut nanda sangat janggal dan aneh. Sejujurnya, nanda sendiri juga nggak begitu mengerti soal-soal politik, jadi ini tidaklah mewakili siapapun.
Beberapa tokoh menyatakan bahwa, Habibie jangan mencalonkan diri kembali menjadi Presiden. Nanda benar-benar nggak ngerti. Katanya sekrang adalah zaman era reformasi. Artinya setiap orang boleh saja mencalonkan diri menjadi Presiden. Tentu saja selama ada pendukungnya dan resmi dicalonkan oleh partainya masing-masing. Yang membuat nanda bingung, kenapa tokoh jadi panik dan repot kalau Pak Habibie juga mau mencalonkan diri lagi menjadi Presiden? Aduh nanda sampai berpikir, gimana sih orang-orang yang mengakui dirinya sebagai pahlawan reformasi dan juga sebagai pembela Hak Azasi Manusia ini? Dalam prakteknya/kenyataan kok malah melanggar komitmen yang dibuat oleh mereka sendiri? Sementara dirinya boleh mencalonkan diri menjadi Presiden, kok orang lain nggak boleh? Bukankan itu melanggar hak azasi seseorang ? Terlepas dari berhasil tidaknya seseorang nanti menjadi Presiden, itu kan nanti saja. Jadi, mestinya Pak Habibie boleh-boleh saja dong mencalonkan diri kembali menjadi Presiden.
Lalu, sudah menjadi rahasia umum bahwa PDI Perjuangan bakal mencalonkan Mbak Megawati untuk menjadi Presiden. Yang membuat nanda bingung, sekarang ini semua orang sedang ribut-ribut dengan slogan “Hapuskan KKN”. Kalau Mbak Megawati menjadi Presiden RI, bukannya itu (maaf) KKN besar-besaran, mengingat beliau adalah seorang putri Presiden RI ke-I. Seandainya Megawati bukan putri Bapak Soekarno, belum tentu akan mendapat dukungan yang se-demikian besar dari pengikutnya yang notaben para pengikutnya tersebut turut serta berteriak paling keras dan lantang dalam hal “Berantas KKN” Hapuskan KKN”.
Tanpa disadari mereka sendiri sedang melakukan KKN secara jelas dan nyata. Kalau hanya menjadi Presiden Direktur suatu perusahaan yang cuma membawahi 200 atau 2000 karyawan/wati sih nanda yakin seyakin-yakinnya, seorang wanita akan sanggup.
Tapi mempertanggungjawabkan nasib 200 juta orang/rakyat? Aduuuh, jabatan tersebut lebih baik diserahkan kepada seorang pria saja, yang notabene memang ditakdirkan oleh Allah Swt lebih kuat.
Baik dalam segi phisik maupun mental dibandingkan dengan kami wanita. Akhir kata, tidak lupa nanda mengucapkan “Selamat Menunaikan Ibadah Puasa” dan mohon dimaafkan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati Bapak. (DTS)
Sembah sungkem nanda,
Yatie Achyatie
Jakarta Selatan
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 692-693. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.