Mohon Berkah Pangestu

Salatiga, 17 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak Soeharto

di Jl. Cendana No. 8

Jakarta

 

MOHON BERKAH PANGESTU [1]

 

Dengan hormat,

Saya mengucapkan selamat ulang tahun kepada Bapak semoga Tuhan selalu memberi karunia kesehatan, sehingga bisa terus dipepundi oleh putra-wayah dan sebagian bangsa Indonesia. Saya ikut prihatin atas pelbagai cacian yang ditujukan kepada Bapak. Saya hanya bisa berdoa semoga Bapak tabah.

Mohon maaf, mungkin ucapan dalam surat saya ini tidak berguna, kurang tepat waktunya dan kurang pada tempatnya bagi Bapak. Tetapi, dorongan untuk menulis kepada Bapak sedemikian kuat minggu terakhir ini, hanya karena saya merasa mengenal Bapak jauh sebelum menjabat presiden.

Ayah saya, Kasboen Hardjosumarto (almarhum, Nrp. 130760), sering bercerita tentang Bapak dan Ibu Tien mengenai Persit dan ‘Hotel Pringgodani”.

Ayah dulu bertugas di Sie Pengawal dan kemudian di Sie Resimen Infanteri 15 dan Brigade VI di Sala antara tahun 1950 – 1963.

Saat ini saya bekerja sebagai Peneliti Puslit Ilmu-Ilmu Sosial (PPIS) Lembaga penelitian Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Terima kasih untuk waktu yang diberikan Bapak membaca surat saya, nyuwun berkah pangestu. (DTS)

Hormat saya,

Tri Kadarsilo

Salatiga

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 830. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.