MUI KE PERTEMUAN KONSULTATIF POLITIK ITALIA

MUI KE PERTEMUAN KONSULTATIF POLITIK ITALIA

 

 

Presiden Soeharto Senin menerima pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) masing-masing K.H. Hasan Basri dan Dr. Tarmidzi Taher yang memberitahukan rencana mereka menghadiri pertemuan konsultatif tokoh-tokoh politik dan spiritual sedunia yang akan berlangsung di Roma, Italia, 9-10 Maret mendatang.

Kepada wartawan di Bina Graha Jakarta, K.H. Hasan Basri menjelaskan bahwa masalah yang akan diperbincangkan dalam pertemuan itu menyangkut pembangunan, perdamaian, kependudukan dan kelestarian alam.

Dalam pertemuan tokoh-tokoh politik dan spiritual itu diundang wakil dari lima agama besar dunia, yakni Katholik (diwakili Austria), Protestan (diwakili Amerika Serikat), Hindu (diwakili India), Budha (diwakili Jepang dan Srilanka) serta Islam (diwakili Indonesia/MUI).

Pertemuan itu diadakan oleh suatu badan yang berpusat di New York (AS) di mana sejumlah tokoh politik terhimpun di dalamnya, antara lain Takeo Fukuda (bekas PM Jepang), Helmut Schmith (bekas Kanselir Jerman Barat), Elliot Trudeau (bekas PM Kanada) dan Andreas vanAg (bekas PM Belanda).

Hasan Basri memperkirakan, dipilihnya Indonesia sebagai wakil dunia Islam selain karena jumlah kaum muslim di negeri ini terbesar di dunia juga mengingat keberhasilan berbagai program pembangunan Indonesia termasuk Keluarga Berencana.

“Di sini barangkali dilihat juga peranan ulama cukup besar dalam soal-soal kependudukan dan kelestarian alam”, tambahnya.

Dalam kesempatan di Bina Graha itu Presiden berpesan kepada pimpinan MUI itu agar apabila memang diminta oleh forum boleh saja mereka menjelaskan perkembangan dan keadaan di Indonesia.

“Kalau dunia ingin belajar dari Indonesia silahkan, namun kita jangan menepuk dana”, demikian kata Hasan Basri mengutip pesan Presiden. (RA)

 

 

Jakarta, Antara

Sumber : ANTARA (02/03/1987)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 65-66.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.