Jakarta, 14 Juni 1998
Kepada
yth. Bapak H. M. Soeharto
di rumah
ORANG DEKAT, LARI [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan segala hormat,
Pertama-tama saya menyampaikan semoga Bapak beserta keluarga tetap berada dalam keadaan sehat wal afiat dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Melihat perkembangan akhir-akhir ini, terutama sekali setelah Bapak mengundurkan diri dari jabatan presiden Rl, banyak sekali orang-orang menghina Bapak dan menghujat Bapak sekeluarga yang menuduh dan menuntut Bapak dengan bermacam-macam tuntutan yang sudah di luar batas baik dilakukan melalui demonstrasi di jalan-jalan, melalui media massa dan lain-lain.
Seolah-olah apa yang telah Bapak lakukan dan Bapak perjuangkan selama 32 tahun tidak ada artinya bagi mereka. Saya sangat menyesali pada orang-orang yang mendalangi tindakan kasar tersebut dan banyak sekali orang-orang yang sudah Bapak besarkan dalam jabatan-jabatan penting di negara ini ikut lari dari Bapak dan ikut-ikutan menghina Bapak.
Atas semua kejadian yang telah menimpa Bapak sekeluarga saya berdoa pada Allah SWT, semoga Bapak dan keluarga tetap diberikan kekuatan lahir dan bathin dan orang-orang yang menghina/menghujat Bapak sekeluarga yang sudah di luar batas akan mendapat balasan dari Allah swt sesuai dengan perbuatannya.
Hanya ini yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan Allah swt selalu melindungi Bapak dan keluarga. (DTS)
Amin.
Wasalam saya,
Agus Salim
Jakarta Pusat
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 710. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.