PAK HARTO & DUNIA PETERNAKAN

PAK HARTO & DUNIA PETERNAKAN [1]

 

Oleh: Dr. Saleh Aldjufri

 

Jakarta, Merdeka

Setelah mengalami masa-masa yang suram dari periode tahun 1957-1965, maka dalam Pelita I dan Pelita II dunia peternakan di Indonesia telah menampakkan kegiatan-kegiatan didalam semua bidang.

Bila dalam Pelita I pembangunan bidang ini betjalan lambat, maka dalam Pelita II tampaknya pembangunan bidang ini dilaksanakan dengan lebih intensif. Peningkatan kegiatan pembangunan bidang ini tampaknya sulit untuk dilepaskan dari perhatian yang serius oleh Bapak Presiden Soeharto yang ditinjau dari autobiografinya dilahirkan dalam alam pertanian dan peternakan.

Perhatian yang terus menerus dari Pak Harto secara tidak langsung merupakan angin dingin yang berhembus untuk memacu Direktorat Jenderal Peternakan berlari lebih cepat mengejar ketertinggalannya dari sektor-sektor lain.

I. Bidang Kesehatan Hewan dan Pemberantasan Penyakit hewan menular

  1. Pelaksanaan Pemberantasan Penyakit Mulut dan Kuku di Bali dan Jawa Timur.
  2. Suksesnya pemberantasan Penyakit Jembrana di Bali.
  3. Suksesnya Pemberantasan Penyakit Surra di Jawa Tengah.
  4. Persiapan Pembangunan Laboratorium Diagnostic dibeberapa daerah produsen ternak seperti NTT, Sulawesi dan lain-lain.

II. Bidang Produksi

  1. Pendirian pusat-pusat Artificial Insemination (Kawin Suntik) di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan beberapa daerah lain.
  2. Pendirian Beef Cattle Ranch oleh Pemerintah dan swasta di Sulawesi, NTT, Sumatera dan kalimantan Selatan.
  3. Program-program pengembangan sapi kereman yang secara positif meningkatkan pengembangan produksi daging lewat penggemukan.
  4. Penyebaran bibit-bibit ternak dari Hadiah Bapak Presiden Soeharto, dana­ dana Pelita, dana-dana Pemerintah Daerah dan PDM.
  5. Pengimportan bibit-bibit sapi, domba dan kuda dari Australia yang disponsori oleh Bapak Presiden telah menggugah para sarjana-sarjana Kehewanan dan Peternakan untuk menemukan jenis-jenis ternak baru hasil kawin silang lewat penelitian.
  6. Pendirian Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan di Jawa Barat.
  7. Pelaksanaan Bimas Unggas.

III. Bidang Pemasaran

  1. Aktifnya BULOG untuk menangani kenaikan harga daging di daerah­ daerah konsumen.
  2. Pendirian Rumah Potong Modern di Rungkut, Surabaya, dan dalam waktu dekat di Jakarta.
  3. Meningkatkan perdagangan ternak antar pulau yang jelas dapat mengimbangi merosotnya expor ternak ke Hongkong akibat krisis industri daging di Australia.
  4. Pengembangan armada nasional dibidang pengangkutan laut dari daerah produsen ke arah konsumen. Sampai sat ini boleh dikatakan belum ada kapal khusus untuk mengangkut ternak yang beroperasi di Indonesia kecuali sebuah kapal milik ALRI yang bam bam ini direstirasi untuk mengangkut bibit ternak hadiah Bapak Presiden dari Australia.
  5. Peningkatan service dan kecepatan pengangkutan ternak lewat jalur kereta api di Pulau Jawa, Aceh dan Sumatera Utara.
  6. Penyederhanaan dan penambahan quota-quota izin perdagangan ternak antar pulau baik ternak ternak potong maupun bibit. Sampai saat ini banyak kepincangan-kepincangan dalam bidang perdagangan ternak yang secara tidak langsung menghambat perluasan pemasaran ternak dalam negeri.
  7. Perlu pemikiran pembahaman Undang – Undang Petenakan agar dapat disesuaikan dengan kemajuan kemajuan yang dicapai dibidang peternakan sampai saat ini banyak undang-undang belanda sebelum perang Dunia ke II masih dipakai sebagai pegangan dalam dunia Peternakan Indonesia.
  8. Meningkatkan kerjasama antara Dinas-dinas Peternakan dengan Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Peternakan perlu ditingkatkan terus.
  9. Pendirian pusat-pusat Breeding Center baik oleh pemerintah maupun swasta perlu ditunjang dan digagalkan.

Dan hal-hal diatas walaupun belum seluruhnya dapat diungkapkan jelas jalan yang kita tempuh masih jauh untuk mencapai titik sempurna, bagi pembangunan dibidang peternakan. namun kita tetap optimis melihat kesungguhan niat pemerintah dan terlebih-lebih lagi para peternak harus bersyukur mendapatkan pimpinan negara, Bapak Presiden Soeharto yang begitu besar perhatiannya dalam bidang peternakan yang jelas mencakup kehidupan mayoritas petani peternak Indonesia sebagai bagian dari income mereka didalam negara dimana dunia pertanian memegang peranan menentukan.

Sumber: MERDEKA (01/11/1975)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 829-831.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.