PAK HARTO GENAP 69 TAHUN

PAK HARTO GENAP 69 TAHUN

 

 

Jakarta, Suara Karya

Hari ini Pak Harto genap berusia 69 tahun, dan telah menjadi kakek bagi 10 cucu dari 4 putra-putrinya. Yang mengagumkan adalah kesehatannya karena tergolong prima dibandingkan rata-rata umur orang Indonesia.

Pak Harto, menurut orang-orang yang banyak mengetahui, tidak mempunyai pantangan dalam hal makanan. Kalau pun menjauhi makanan dan minuman yang manis-manis, itu semata-mata karena kebiasaan sejak lama. Pak Harto misalnya lebih suka kopi pahit dari dari pada yang manis, atau tidak suka kue tart karena lebih suka pisang tanduk yang direbus. Bahkan menu sarapan pagi ia lebih suka bubur Manado yang berisi ubi jalar, sayur dan ikan asin.

Pak Harto dulu memang merokok cerutu yang kadangkala diselingi rokok klobot, tetapi sekarang sudah tidak lagi. Kalau pun sekarang Pak Harto terlihat membawa cerutu, itu tidak akan disulut, hanya digigit­gigit saja.

Dalam usia lanjut Pak Harto tetap bekerja sekitar 18 jam sehari. Pukul 4.00 pagi Pak Harto telah bangun, selepas shalat subuh, ia menyelesaikan sisa pekerjaan yang sampai pukul 24. 00 tengah malam belum tuntas.

Udara segar di pagi hari tidak diabaikan oleh Pak Harto, sehingga kerja di pagi hari tidak dilakukannya terlalu lama. Sebagian waktu di pagi hari itu digunakan untuk berolah raga ringan seperti mengayuh sepeda statis.

Olah raga lainnya yang rutin dilakukan Pak Harto adalah main golf Dalam seminggu main golf dijadwalkan tiga kali pada hari-hari Senin, Rabu dan Jumat masing-masing selama 2 jam.

Golf yang dilakukan pada sore hari di padang golf Rawamangun, Jakarta, Pak Harto memainkannya untuk 9 lubang. Hujan tidak menjadi halangan bagi Pak Harto untuk memenuhi jadwal main 3 kali seminggu. Jika hari Senin misalnya hujan, maka jadwalnya dipindah menjadi hari Selasa. Bahkan pernah ketika hujan turun hampir setiap sore Pak Harto terpaksa main golf mulai pukul 06.00 pagi. Jadwal main golf tiga kali seminggu akhirnya tetap dapat dipenuhi.

Orang-orang yang dekat berada di sekitar Pak Harto semuanya mempunyai kesan yang sama bahwa beliau adalah orang yang ketat memegang disiplin.

 

Mancing di Laut

Menjadi orang nomor 1 di Indonesia, pasti menanggung beban yang amat berat. Berbagai masalah dan kebijaksanaan harus terselesaikan secara arif dan adil serta penuh rasa tanggungjawab.

Pemikiran-pemikiran terhadap masalah besar pada umumnya akan membawa dampak stres. Ini sesuatu yang wajar dalam kehidupan modern, bahkan tidak satu orang pun mampu menghindarkan dari stres dewasa ini. Namun orang bisa mengatasi keadaan stres itu dengan memenuhi hobi, misalnya memancing atau bahkan bercanda dengan cucu.

Pak Harto mempunyai kebiasaan memancing di laut paling tidak sekali dalam sebulan. Tak ubahnya dengan yang lain Pak Harto pun suka membawa bekal dalam tasnya berupa minuman ringan dalam kaleng, kacang goreng kulit dan bahkan bir dalam kaleng. Bekal itu bukan dinikmati sendiri, bir misalnya. Pak Harto tidak suka bir. Minuman itu biasanya dibawa sebagai oleh-oleh untuk mereka yang menemani Pak Harto mancing di tengah laut.

Memancing merupakan salah satu hobi Pak Barto, dan menyantap masakan ikan laut segar juga merupakan salah satu yang disukainya. Pak Harto paling suka menikmati cumi bakar dengan bumbu ala kadarnya, seperti kecap dengan cabe.

Pak Harto termasuk suka makanan yang pedas, seperti sambal kecap dengan cumi bakar. Makanan kecil yang paling disukai beliau selama menunggu kail disambar ikan, adalah kacang goreng.

Pukul 05.00 pagi biasanya Pak Harto sudah berangkat dari kediamannya di Jalan Cendana ke Tanjung Priok lalu melaut dari dermaga Bogasari. Bari yang dipilih selalu hari Minggu dan hampir seharian digunakan untuk mancing.

Sebagaimana biasanya orang memancing, tidak setiap kali melaut selalu mendapat hasil yang memuaskan. Pak Harto pun mengalami, ada kalanya umpannya hampir tidak disentuh ikan. Dalam suasana seperti itu orang-orang yang sekapal dengan Pak Harto turut cemas. Hobi mancing Pak Harto itu tidak otomatis membawa putra­putrinya mempunyai kegemaran yang sama. Dapat dikatakan bahwa putra-putrinya kurang suka mancing. Kalaupun ada yang ikut Pak Harto mancing, paling paling hanya Bambang Tri Hatmojo (putra ketiga). Namun itu pun hanya sesekali ikut melaut.

 

Tapos

Selain mancing, Pak Harto menaruh minat yang besar terhadap pertanian dan peternakan. Paling tidak dua kali dalam sebulan, Pak Harto berada di Tapos mengikuti perkembangan ternak sapi dan kambing yang dipeliharanya. Peternakan Tri S Tapos, Bogor, digunakan Pak Harto sebagai tempat berbagai percobaan, untuk mencari jenis ternak unggul.

Hasil percobaan ternak di Tapos itu bukan untuk Pak Harto sendiri. Banyak kemudian hasil Tapos yang dipelihara oleh masyarakat dan memberi hasil cukup memuaskan, misalnya di Sumatera Utara.

Tapos tidak memiliki bangunan villa yang mewah. Rumah tempat Pak Harto istirahat bahkan terbuat dari bahan bermis yang sederhana. Pendopo tempat Pak Harto menerima tamu-tamunya juga terbuat dari kerangka baja bekas.

Sering Pak Harto menerima tamu-tamu pribadinya di Tapos. Suasana alam segar yang memberi rasa damai dan bisa memberi inspirasi yang luar biasa.

Pak Harto sesungguhnya sama dengan anggota masyarakat lain, yang adakalanya juga mempunyai keinginan jalan-jalan. Namun ia sangat menyadari bahwa jika keinginannya itu dipenuhi akan memberi beban kerja yang bertambah besar bagi staf dan keamanan kepresidenan. Pak Harto memendam keinginan-keinginan semacam itu karena beliau tidak suka terlalu merepotkan orang.

Seorang kakek wajar jika sewaktu-waktu rindu pada cucunya, demikian juga halnya dengan Pak Harto. Karena anak-anaknya tinggal berdekatan, jika Pak Harto sedang rindu bercanda dengan para cucu maka anjangsananya tidak menimbulkan kerepotan staf dan pengawalnya.

Pak Harto menyukai kesederhanaan. Seperti biasanya, pada peringatan ulang tahun kali ini hanya dirayakan oleh keluarga dan menikmati nasi tumpeng.

Berkumpul dengan keluarga, terutama dengan cucu-cucu tampaknya merupakan kebahagiaan yang tiada taranya, apalagi bagi Pak Harto yang sangat sibuk.

Semoga Pak Harto panjang umur dan selalu sehat!

 

 

Sumber : SUARA KARYA (05/06/1990)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 456-460.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.