PARA KONTRAKTOR HENDAKNYA TIDAK MEMBIARKAN BURUHNYA “KLELERAN”

PARA KONTRAKTOR HENDAKNYA TIDAK MEMBIARKAN BURUHNYA "KLELERAN"

Akan Diperkenalkan Program "Semut Hitam"

HIMBAUAN PRESIDEN :

Presiden Soeharto menghimbau para kontraktor agar tidak membiarkan para buruh konstruksi "kleleran" tidur di sepanjang jalan. "Mbok mereka itu disediakan tempat yang layak. Tidak usah bagus asal jelas pantas saja," demikian pesan Kepala Negara yang disampaikan kepada Menteri Tenaga Kerja Sudomo kemarin di Bina Graha.

Kepada pers, Menteri mengatakan tindakan para kontraktor seperti itu tidak sesuai dengan harkat pembangunan yang ingin memanusiakan manusia. Pekerja­pekerja kasar seperti misalnya pembuat jembatan layang itu sering nampak compang-camping pakaiannya dan tidur di sembarang tempat. Kasihan sekali mereka.

Seharusnya, kata Sudomo, pekerja-pekerja itu jangan hanya dipakai tenaganya saja tetapi juga dipikirkan adanya kemudahan lain seperti tempat tinggal sementara dan tempat makan. "Mereka juga manusia yang perlu tempat berlindung," tambahnya.

Terhadap hal itu, Menteri Sudomo akan menghubungi Menteri PU maupun Asosiasi Kontraktor untuk membicarakan nasib buruh bangunan. Sebab sesungguhnya tidak sulit bagi para kontraktor untuk menyediakan tempat berlindung yang wajar.

Peningkatan Produktivitas

Kepada Presiden, Menteri Sudomo melapor soal ketenagakerjaan secara menyeluruh dan masalah yang dihadapi tahun-tahun mendatang. Dikatakan, yang masih tetap menjadi masalah adalah mencari kerja.

Selama ini mereka selalu menjadi korban pemerasan calo dan ditipu pula. Karenanya Sudomo menghimbau masyarakat supaya kalau mencari kerja jangan sekali-kali melalui calo. Melainkan mendaftarkan diri kepada bursa tenaga kerja di Depnaker, apa pun keahliannya termasuk pembantu rumah tangga.

Bursa tenaga kerja itu ada di setiap kantor Depnaker tingkat Kabupaten dan petugas akan mencarikan lapangan kerja sejauh memungkinkan.

Masalah lain yang erat kaitannya dengan persoalan lapangan kerja adalah pertumbuhan penduduk yang terus meningkat.

Faktor itulah yang paling pelik dihadapi di masa mendatang, sebab dengan bertambahnya jumlah penduduk berarti masalah ketenagakerjaan menjadi semakin rumit dan luas.

Berkait dengan persoalan peledakan penduduk itu, Presiden mengingatkan hendaknya pertambahan manusia itu tidak dianggap sebagai hiburan. Secara berkelakar Sudomo mengatakan, kalau ingin cari hiburan boleh, tetapi harus pakai kondom atau spiral.

"Ini serius lho, tidak main-main saya, boleh ditulis" ujarnya yang disambut gelak tertawa para wartawan.

Menjelaskan tentang pentingnya produktivitas kerja ditingkatkan, ia menyebut ada tiga unsur yang mempengaruhi peningkatan produktivitas. Yakni, dana, manajemen dan tenaga kerja.

Sebagai contoh Singapura misalnya, mempunyai pertumbuhan ekonomi 7, 2% dengan produktivitas 4, 6%. Sedang di Indonesia, dengan pertumbuhan ekonomi 2, 2% pada th 1982/83 memiliki produktivitas sekitar 1%.Di masa mendatang, Indonesia ingin produktivitas itu naik menjadi 3%.

Menurut Sudomo untuk menaikkan produktivitas tersebut itu perlu adanya suatu gerakan dan ia akan memperkenalkan program "Semut Hitam" sebagai maskot produktivitas yang akan dipasang di setiap instansi dan perusahaan. Maksudnya untuk merangsang para tenaga kerja agar meningkatkan produktivitasnya.

Menjelaskan basil devisa tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri ia mengatakan, khusus ke Timur Tengah untuk tahun 1983 menghasilkan sekitar 34, 1 juta dolar AS. Tenaga kerja yang dikirim berjumlah 22.964 orang atau naik 7, 8% dibanding tahun 1982. (RA)

Jakarta, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (12/01/1984)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 519-520.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.