PELAKSANAAN PEMBAHARUAN KEHIDUPAN POLITIK TELAH MENCAPAI BENTUK LEBIH JELAS [1]
Jakarta, Antara
Pembaharuan kehidupan dan struktur politik yang perlu kita lakukan haruslah dapat mendorong laju pembangunan itu, yang harus dan dapat kita kerjakan sejalan dengan usaha menumbuhkan demokrasi secara sehat, demikian sambutan Presiden Soeharto pada peringatan HUT ke-50 Partai Katolik Indonesia, yang dibacakan oleh Menteri Negara Prof. Soenawar Soekowati.
Selanjutnya Presiden menyatakan bahwa, dalam rangka ini penyerdehanaan jumlah partai2 politik sangat besar artinya. Terdapat cukup dasar yang kuat bagi penyederhanaan dan pengelompokan itu, sebab semua partai politik telah berpijak pada satu dataran nasional yang sama, semua partai politik memiliki ideologi nasional yang satu, ialah Pancasila, semua partai politik, sebagai penegak2 demokrasi, ingin mencatat tujuan2 politik, dengan cara damai dan demokratis. Semua partai politik, ingin mengambil bagian dalam pembangunan.
Karena itu, perbedaan yang memang masih ada tinggalah titik berat perhatian pada salah satu segi pembangunan itu dan penentuan cara yang tepat untuk mencapai tujuan pembangunan.
Pembaharuan Kehidupan Politik
Sekarang, pelaksanaan pembaharuan kehidupan politik itu telah mencapai bentuknya yang lebih jelas, Partai IPKI, Partai Katolik, Partai Kristen Indonesia, Partai Murba dan Partai Nasional Indonesia telah menyatakan partai2nya berfungsi dalam satu kesatuan wadah kegiatan politik dengan nama Partai Demokrasi Indonesia. Bahkan susunan pengurus dari partai ini telah terbentuk. Demikian pula partai2 politik yang lain telah melahirkan Partai Persatuan Pembangunan dan menetapkan badan pengurusnya.
Kelahiran itu merupakan babak baru dalam kehidupan politik dan kepartaian di Indonesia. Suatu hasil besar daripada sejarak kepartaian di Indonesia yang sangat panjang. Suatu hasil perjoangan dan usaha yang sesungguhnya telah mulai difikirkan pada tahun 50-an, pada masa kehidupan politik dan kepartaian dirasakan mengalami kemacetan. Sejarah nanti akan melihat, bahwa perjoangan itu merupakan kemenangan dalam pergulatan dengan diri sendiri. Artinya, kemenangan untuk menundukkan kepentingan golongan atau partai sendiri kepada kepentingan nasional yang lebih besar.
Dalam arti itu, fusi partai2 politik sekarang ini tidak berarti matinya partai2 politik. Fusi itu justru merupakan pertumbuhan baru kearah yang lebih sehat dan kuat. Dalam arti itu pula, kita makin percaya diri sendiri, bahwa demokrasi yang kita tumbuhkan telah menemukan maknanya yang dalam, ialah rasa tanggung jawab kepada kepentingan bersama dan pembangunan bangsa dalam arti yang luas, tanggungjawab inilah yang perlu kita kembangkan terus, seimbang dan seiring dengan hak2 demokrasi yang juga kita jalankan.
Presiden mengakhiri sambutannya dengan menyatakan bahwa dalam memperbaharui dan struktural politik itu, partai Katolik telah menunjukkan pandangan kenegarawanan yang bijaksana.
Sebentar lagi kita tidak akan mendengar lagi nama partai ini dalam kehidupan kepartaian di Tanah Air. akan tetapi semangat dan sikapnya sebagai pelopor pembaharuan kehidupan politik akan memperkuat tumbuhnya demokrasi. Sikap itu juga menjadi kekuatan penting bagi gerak pembangunan yang harus mampu melihat jauh kedepan. Untuk menjamin tetap bergeraknya pembangunan itu, kita harus selalu menjawab persoalan apa yang mungkin dan dapat kita perbuat untuk masa depan, bukannya hanya mengingat ingat apa yang telah kita kerjakan dimasa silam. (DTS)
Sumber: ANTARA (26/02/1973)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 82-83.