PELITA VI TETAP TAHAP TINGGAL LANDAS

PELITA VI TETAP TAHAP TINGGAL LANDAS

 

 

 

Presiden Soeharto menegaskan, kendati pun sekarang ini Indonesia tidak terlepas dari pengaruh resesi ekonomi dunia dan menurunnya harga minyak di pasaran internasional, bangsa Indonesia tetap bertekad untuk menciptakan tahap tinggal landas pada Pelita VI nanti.

Penegasan itu disampaikan ketika berkonsultasi dengan pimpinan Dewan Pertimbangan Agung di Bina Graha, hari Senin.

Dalam kesempatan itu, Ketua DPA Maraden Panggabean yang didampingi para wakilnya membicarakan pelaksanaan tugas DPA, antara lain kesibukan DPA sekarang ini mengumpulkan bahan membuat prasaran tentang perumusan GBHN 1988-1993.

Presiden menegaskan, masa tinggal landas nanti akan tetap tinggal landas sesuai dengan GBHN, utamanya pola umum jangka panjang. Dalam kaitan itu, Pelita IV akan tetap diupayakan menciptakan kerangka landasan untuk masa tinggal landas tersebut.

Kemudian Pelita V memperkuat kerangka tersebut sehingga Pelita VI nanti dapat masuk ke masa tinggal landas.

“Jadi pola itu tidak berubah. Yang penting kita dapat melanjutkan pembangunan dengan kemampuan sendiri,” tegas Presiden Soeharto seperti dikutip Panggabean kepada pers.

Dengan ikhtiar itu, menurut Kepala Negara, setiap bidang kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan dapat berkembang dengan sehat menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 45.

Namun diingatkan, dengan tekad tersebut jangan apriori terhadap bantuan luar negeri, karena bantuan itu tidak menjadi pegangan mutlak. Yang menjadi pegangan adalah mempunyai setiap bidang kehidupan menjadi landasan tinggal landas tersebut.

Sudah Terbentuk

Panggabean menilai, kerangka landasan setiap bidang kehidupan sekarang ini sudah terbentuk untuk tinggal landas nanti. Misalnya di bidang politik dengan diundangkannya lima UU baru yang antara lain menegaskan Pancasila sebagai satu-satunya asas setiap organisasi kekuatan sosial politik maupun kemasyarakatan.

Di bidang ekonomi, GBHN menitahkan adanya perekonomian yang seimbang, yaitu melalui penciptaan sektor industri yang kuat didukung pertanian yang tangguh.

Kerangka landasan antara lain tercermin dengan tercapainya swasembada pangan dan pembuatan berbagai hasil industri di dalam negeri, bahkan presiden menunjuk kemampuan menangani industri canggih seperti dilakukan PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara.

“Kalau membuat pesawat saja sudah bisa, apalagi membuat bahan kebutuhan sehari-hari masyarakat” katanya.

Di bidang sosial budaya, kerangka landasan juga telah diusahakan, misalnya melalui sektor pendidikan, kesehatan, kependudukan dan sebagainya. Juga di bidang pertanian dan keamanan, dengan adanya pembinaaan ABRI yang dilakukan terus-menerus.

Dalam kaitan ini, Presiden mengingatkan, jika kesejahteraan masyarakat dapat diperoleh melalui industrialisasi atau modernisasi, maka harus tetap dihindarkan munculnya watak individualistis, karena tujuan sebenarnya adalah pembangunan manusia seutuhnya.

“Penegasan itu perlu dimasukkan dalam GBHN mendatang ini,” kata Presiden Soeharto. (RA)

 

 Jakarta, Kompas

Sumber: KOMPAS (11/03/1986)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 381-382.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.