PEMBICARAAN DENGAN PRESIDEN KOREA BERMANFAAT BAGI KELANJUTAN KERJA SAMA
Presiden Soeharto mengatakan, pembicaraannya dengan Presiden Republik Korea Chun Dao Hwan bermanfaat bagi kelanjutan hubungan kerja sama kedua negara.
Presiden mengatakan hal itu selesai pembicaraannya dengan Presiden Chun Dao Hwan di istana kepresidenan Chong Wa Dae Seoul, Senin pagi.
Wartawan Antara AJF Makiwawu dari Seoul melaporkan pembicaraan antara kedua kepala negara/pemerintahan itu berlangsung lebih lama dari waktu yang ditetapkan semula.
Menurut rencana, pembicaraan resmi dijadwalkan berlangsung selama satu jam mulai pukul 10.30 waktu setempat hingga pukul 11.30. Namun ternyata pembicaraan antara kedua pemimpin itu berlangsung selama dua jam lebih dua puluh menit.
Sementara pembicaraan antara kedua kepala negara yang diadakan di ruang kerja Presiden Chun Dao Hwan yang indah di mana lantainya berlapis permadani putih, menteri-menteri lainnya mengadakan pertemuan terpisah di ruang lain di istana biru itu (Chong Wa Dae).
Presiden Soeharto selesai pembicaraannya dengan Presiden Chun Doo Hwan tampak cerah dan tersenyum. Ketika duduk bergabung dengan para menteri yang menunggu kedatangan kedua presiden itu di ruang lainnya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa ia gembira dapat bertukar pikiran dengan Presiden Chun Doo Hwan.
"Kami saling memberikan informasi yang bermanfaat bagi kelanjutan hubungan kerja sama kedua negara," kata Presiden Soeharto.
Presiden Soeharto juga minta maaf karena pembicaraannya telah melebihi dari waktu yang ditetapkan. Presiden yang mengenakan setelanjas warna biru tua dan berpeci hitam juga menyampaikan terima kasih atas sambutan hangat dari Presiden Chun Doo Hwan.
Presiden Korea, Chun Doo Hwan dalam kesempatan itu mengatakan bahwa dengan Presiden Soeharto banyak hal yang dibicarakan bagi kepentingan kedua bangsa dan negara.
”Saya minta maaf karena pembicaraan kami melebihi dari waktu yang ditetapkan,” kata Chun Doo Hwan.
Pembicaraan antara delegasi Indonesia dilakukan pula secara terpisah antara Menteri Luar Legeri Mochtar Kusumaatmaja dengan rekannya dari Korea Menlu Lee Bun Suk.
Turut dalam pembicaraan itu Sekkab Murdiono, Dubes Indonesia RI Seoul R.E. Suprapto, Dirjen Politik Munawir Sadjadli, Dirjen HELN Gusti Made dan Direktur Asia Pasifik M. Satari.
Di ruang lainnya diadakan pembicaraan antara Menteri Sekretaris Negara Sudharmono dengan menteri Energi Korea, Suh Sang Chul, Sudharmono disertai konsuler Kartasasmita dari Tim Keppres X, Menteri Ekuin Wijojo Nitisastro mengemukakan pembicaraan dengan Deputi PM/Ketua BAPPENAS Korea, Kim Jun Sungdiruang lainnya.
Pembicaraan antara para menteri Indonesia dengan menteri-menteri Korea itu berlangsung sesuai dengan waliu yang ditetapkan yakni lebih kurang 4 menit. Menurut pengamatan wartawan "Antara", pembicaraan antara menteri-menteri Indonesia dan Korea itu selain menyangkut kemungkinan-kemungkinan peningkatan hubungan ekonomi juga di bidang politik antara lain gagasan pertemuan dengan kepala2 negara pasifik.
Hasil lengkap pembicaraan antara kedua pihak menurut rencana akan dikeluarkan dalam bentuk komunike bersama sebelum Presiden Soeharto meninggalkan Seoul, hari Selasa.
Ketat
Tempat pembicaraan antara kedua pemimpin itu dijaga ketat. Istana biru itu terletak di sebuah bukit. Penjagaan berlapis. Semua kamera dan tape recorder di cek satu persatu. Istana biru tempat perundingan kedua kepala negara di selenggarakan tidak boleh dipotret, hanya boleh di dalam istana.
Sepanjang jalan yang dilalui presiden penjagaan pun rapi. Tiap beberapa meter terdapat petugas keamanan berseragam biru-biru. Demikian pula di hotel tempat Presiden Soeharto bermalam.
Petugas-petugas sekuriti berada hampir di semua tempat, dipojok-pojok, di lantai atas sampai bawah hotel.
Senin siang Presiden dan Ibu Tien Soeharto dijamu makan siang oleh empat asosiasi perusahaan besar di Korea. Jamuan diselenggarakan di hotel tempat presiden menginap.
Menurut rencana, Senin malam diadakan jamuan makan kenegaraan di Istana Chong Wa Dae (lstana Biru). (RA)
…
Seoul, Antara
Sumber : ANTARA (19/10/1982)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 895-897.