RI BELUM MAU TERIKAT DENGA KTT PASIFIK
Presiden Soeharto tiba di Tokyo dari Korea Selatan hari Selasa untuk kunjungan tidak resmi selama tiga hari termasuk pertemuan dengan PM Zenko Suzuki dan Kaisar Hirohito.
Presiden, dalam kunjungan yang keenam di Jepang juga telah megunjungi AS. Presiden dalam kunjungan ke AS menjelaskan kepada Presiden Ronald Reagan mengenai kekuatiran terhadap peningkatan kekuatan pertahanan Jepang.
Soal Pertahanan
Sumber2 kementerian luar negeri mengatakan jika masalah pertahanan dibahas, pemimpin Jepang akan mempertegas posisi Jepang bahwa militemya memainkan suatu peranan bela diri yang eksklusif dan tidak akan menimbulkan ancaman terhadap negara2 tetangga.
Sumber itu juga mengatakan "tidak dapat dielakkan bahwa pertemuan Presiden Soeharto hari Kamis dengan Suzuki akan lebih menonjolkan sifat simbolisnya karena keputusan Suzuki minggu lalu untuk tidak mencalonkan diri dalam pemilihan ketua partai dan perdana menteri. Partai Demokrat Liberal menurut rencana akan memilih seorang pemimpin partai dan pemimpin nasional akhir Nopember.
Sumber itu juga mengatakan : tidak akan ada masalah penting, yang akan dibahas selama kunjungan itu misalnya seperti sistem imbalan pembelian yang diusulkan Indonesia yang menginginkan para importir minyak membeli barang2, jadi dari Indonesia dan sebuah rencana yang akhimya melarang, ekspor kayu kedua kebijaksanaan ini ditentang oleh Jepang.
Bantuan dari Jepang
Indonesia merupakan penerima terbesar Bantuan Pembangunan Resmi (ODA) dari Jepang yakni AS$ 300 juta tahun 1981, dan merupakan yang kedua setelah AS sebagai gerbang penanaman modal Jepang yang sekarang telah mencapai AS$ 6.8 miliar sampai bulan Maret tahun ini.
Jepang tahun lalu juga mengimpor hampir 16 persen kebutuhan2 minyaknya dari Indonesia, yang merupakan negara penyuplai minyak yang kedua kepada Jepang setelah Arab Saudi.
Soeharto mengadakan kunjungan empat hari Ke Korea Selatan, dengan mengadakan perundingan dengan Presiden Chun Doo Hwan dan pejabat2 lainnya di Korea.
Konsep Pasifik
Senin pagi, di Seoul Presiden Soeharto dan Presiden Korea Selatan, Chun DooHwan melangsungkan pembicaraan sekitar 2 jam.
Dalam kesempatan itu, pihak tuan rumah menawarkan gagasan KTT Pasifik.
Komunike pers bersama yang sedianya akan dikeluarkan Senin malam sebagai hasil kunjungan 4 hari Presiden Soeharto ke Korea Selatan ternyata diundurkan. Beberapa kalimat dari komunike tsb. masih harus disempurnakan.
Pembicaraan tersendiri antara Presiden Soeharto dan Presiden Chun Doo-Hwan Senin pagi berlangsung sekitar 2 jam lebih lama dari yang direncananakan menurut sumber", "SH" disebabkan karena Presiden Chun dengan bersemangat menerangkan gagasannya tentang Pertemuan Puncak Pasifik.
Dalam berbagai kesempatan selama hari Senin ini sampai selama jamuan makan malam kenegaraan, kedua belah pihak pada berbagai tingkat masih terus membicarakannya.
Karena itu komunike pers bersama yang direncanakan akan dikeluarkan Senin malam terpaksa diundurkan.
Paragraf mengenai gagasan Pertemuan Puncak Pasifik belum disetujui sepenuhnya oleh kedua belah pihak. Salah satu konsep yang diajukan berbunyi kira2 demikian: ”Presiden Chun Doo-Hwan telah menerangkan gagasan Pertemuan Puncak Pasifik dan Indonesia akan memberikan perhatian sepenuhnya".
Konsep itu telah ditolak oleh pihak Indonesia, karena dianggap akan terlalu mengikat Indonesia pada suatu konsep yang masih samar atau yang dapat menjurus ke arah pertemuan yang mengganggu keanggotaan Indonesia di kelompok Non-Blok.
Menurut kabar, pihak Korea SeIatan. dalam rangka gagasan Pertemuan Puncak Pasifik itu bermaksud akan mengundang negara2 dengan sistem perekonomian pasaran bebas.
Dengan sendirinya, negara2 yang datang ke Pertemuan Puncak itu tergolong pada blok Barat atau cenderung memihak pada blok tsb.
Prestasi
Presiden Soeharto Senin malam menandaskan, tujuan utama kunjungannya ke Republik Korea adalah untuk lebih mempererat tali persahabatan dan saling pengertian serta membalas kunjungan Presiden Chun Doo-Hwan ke Jakarta bulan Juni 1981.
Berbicara dalam jamuan santap malam kenegaraan di Istana Chong Wa Dae, menyambut pidato Presiden Republik Korea, Presiden Soeharto mengatakan: "Kami di Indonesia mengikuti dengan penuh perhatian hasil kerja keras bangsa Korea, yang berkat kepemimpinan yang bijaksana dari yang mulia presiden telah menempatkan bangsa ini dalam kemajuan yang sangat mengesankan dan mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi. Sebagai sesama negara Asia, sebagai sesama negara dari dunia ke tiga, kami ikut merasa bangga atas prestasi bangsa ini”.
Presiden Chun Doo-Hwan menyelenggarakan jamuan santap malam. kenegaraan Senin malam, pada hari ke tiga kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke Republik Korea.
Presiden Soeharto beserta rombongan resmi tiba Sabtu sore setelah penerbangan 10 ½ jam dari Honolulu dengan pesawat khusus Garuda DC-10 "Kalimantan".
Presiden Chun Doo-Hwan dalam pidatonya menyatakan kegembiraannya dengan kunjungan kepala negara Indonesia. Katanya, ia masih ingat kunjungannya ke Indonesia tahun yang lalu ”yang penuh kebahagiaan dan kegembiraan”.
Presiden Republik Korea itu berumur 49 tahun, bekas komandan divisi pasukan payung juga menyatakan kekagumannya dengan rencana pembangunan negara dan rakyat Indonesia yang dilakukan dengan penuh semangat kebangsaan, kemauan dan berkepribadian untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pasifik Besar
Mengenai politik luar negeri RI, Presiden Chun menyampaikan hasratnya atas segala kegiatan Presiden Soeharto dalam melaksanakan politik luar negeri yang tekun dan sungguh2 untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh umat manusia dan perdamaian dunia yang abadi.
Ia kemudian menyentuh secara tidak langsung konsepnya untuk menyelenggarakan pertemuan puncak pasifik.
Katanya, "saya yakin bahwa hubungan persahabatan antara kedua negara tersebut akan terwujud dalam perdamaian dan kesejahteraan di Asia Timur dan pada gilirannya menjadi landasan yang kuat bagi perdamaian dan kesejahteraan untuk wilayah Asia Pasifik.”
Kemudian dilanjutkannya : "Dalam hal ini saya secara terbuka tulus ikhlas dan sangat bermanfaat telah membicarakan dengan yang mulia presiden untuk menciptakan zaman pasifik besar.”
Salah satu pokok acara dalam pembicaraan Senin Pagi antara ke dua belah pihak adalah gagasan Presiden Chun untuk menyelenggarakan pertemuan puncak antara para kepala negara di wilayah pasifik.
Ia mengemukakan gagasan itu dalam garis besamya pada suatu jumpa pers dengan para wartawan Korea Selatan pada tanggal 31 Juli yl.
Kegiatan Presiden Soeharto hari Senin diawali dengan menerima kunjungan kehormatan Perdana Menteri Sang Hyup Kim dan isteri di tempat penginapan Presiden dan Ny. Soeharto di Hotel Shilia.
Presiden dan rombongan resmi kemudian menuju istana Chung Wa Dae untuk mengadakan rangkaian pertemuan.
Presiden Soeharto mengadakan pertemuan tersendiri dengan Presiden Chun Doo-Hwann hanya ditemani oleh para penerjemah masing2.
Menko Ekuin/Ketua Bappenas Widjojo Nitisastro didampingi oleh Dirjen Hubungan Ekonomi Luar Negeri Roesli Noor berunding dengan Wakil PM I Ketua Dewan Perencana Kim Chun Sung. Mensesneg Sudharmono didampingi oleh Ginandjar Kartasasmita berunding dengan menteri Energi Suh Sang Chul.
Salah satu pokok pembicaraan diduga adalah rencana ekspor gas alam (LNG) dari Indonesia ke Korea Selatan. Rencana itu masih menghadapi dua permasalahan yakni soaljenis kapal angkut dan soal harga.
Korea Selatan merencanakan untuk mengimpor 1,6 juta ton setahunnya sesuai dengan hasil produksi satujalur pengolahan "train".Untuk mengangkutnya diperlukan dua kapal, tetapi ruangan yang terpakai hanya 1 2/5 (satu dua perlima) dari ruangan kapal sehingga ongkos angkutnya akan tinggi.
Untuk menekan ongkos angkut, pihak Indonesia mengusulkan untuk menambah dengan 0,4 juta ton sehingga sehingga menjadi 2,0 juta ton. Tambahan 0,4 juta ton tsb akan diambil dari produksi beberapa jalur pengolahan lainnya yang sudah ada.
Pihak Korea Selatan setuju dengan tambahan tsb, akan tetapi minta agar harganya sama dengan harga kontrak lama (1973) dengan Jepang. Pihak Indonesia keberatan mengenai hal tsb karena penawaran untuk menambah dengan 0,4 juta ton adalah justru untuk membantu Korea Selatan mengurangi ongkos angkutannya.
Lagi pula dalam hal penjualan LNG ke Jepang, maka pihak Jepang yang menyediakan dana untuk membangun peralatan pencairan gas alam, sedangkan dalam hal Korea Selatan yang mengusahakan dana adalah Indonesia sendiri.
Menlu Mochtar Kusumaatmadja dengan didampingi oleh Dirjen Politik Munawir Sjadzali. Kepala DirektoratAsia/Pasifik Satari berunding dengan Menlu Lee Bum Suh yang didampingi al. oleh Dubes Republik Korea di Jakarta.
Lebih Lama
Temyata pertemuan antara Presiden Soeharto dan Presiden Chun Doo Hwan lebih lama dari yang direncanakan semula, sehingga para menteri dan pejabat tinggi kedua belah pihak terpaksa menunggu karena pertemuan mereka masing2 telah selesai.
Kedua presiden itu baru menggabungkan diri pada pukul. 12.45, setelah berunding lebih dari dua jam lamanya. Presiden Chun minta maaf, karena "telah menahan" Presiden Soeharto di ruang kerjanya lebih lama dari yang direncanakan.
"Tapi tuan tentu mengerti sebagai sahabat lama yang telah lama tidak berjumpa, maka banyak sekali soal yang perlu dibicarakan dan informasi yang ingin disampaikan". Presiden Soeharto nampak tersenyum mendengar kepingan keterangan tsb.
Dalam ucapan balasannya Presiden Soeharto mengatakan, ia juga gembira dapat mengadakan pertukaran pikiran yang begitu lama, lebih dari batas waktu. Katanya, saling memberikan informasi itu dapat bermanfaat sekali bagi kerja sama antara RI dan Republik Korea dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masing2 rakyatnya.
Sementara itu, wartawan "SH" Sabam Siagian melaporkan seorang anggota rombongan resmi Presiden, mengomentari mengenai gagasan pertemuan Pasifik yang diajukan oleh Presiden Chun berkata, pihak Indonesia ingin dulu mendapat keterangan selengkapnya.
"Kita mau pikir-pikir dulu, dua, tiga atau empat kali sebelum menanggapinya," katanya. Diterangkannya meskipun pihak Korea SeIatan menekankan, gagasan itu bukanlah usaha konfrontatif, tapi belum jelas lagi siapa yang akan diundang dan siapa yang terpaksa tidak diundang. Pihak Indonesia dapat mengerti, jika pihak Korea Selatan ingin cari "cantolan", katanya, tapijangan sampai menyulitkan posisi Indonesia dan ASEAN.
Disambut Meriah
Presiden dan Ny. Tien Soeharto mendapat sambutan meriah ketika di Seoul ibukota Republik Korea, Sabtu petang.
Ini merupakan kunjungan kenegaraan pertama dari Kepala Negara RI yang mewakili lebih kurang 157 juta rakyat Indonesia ke Republik Korea yang berpenduduk sekitar 38 juta orang.
Di pelabuhan udara Kimpo, Seoul, Presiden Chun Doo Hwan menyambut kedatangan Presiden Soeharto dalam suatu upacara kenegaraan yang mengesankan dan semarak. Begitu Presiden Soeharto dan Ny. Tien menuruni tangga pesawat DC-10 Garuda yang membawanya selama kunjungan ke Spanyol dan Amerika, lagu Bengawan Solo dinyanyikan oleh murid-murid sekolah dan diiringi korps musik yang berseragam merah putih.
Sekitar dua ribu murid sekolah, berseragam biru-biru melagukan Bengawan Solo dengan merdunya sambil melambai-lambaikan bendera Merah Putih dan bendera Korea.
Presiden dan Ny. Tien di bawah tangga pesawat disambut oleh Presiden dan Ny. Chun Doo Hwan.Kemudian mereka berjalan dialas permadani merah menuju mimbar kehormatan yang beratap wama kuning emas.
Cuaca cerah dan suhu udara berkisar 20 derajat Celsius ikut pula melancarkan jalannya upacara kenegaraan itu yang dilengkapi dengan pasukan pasukan kehormatan dari angkatan darat, laut dan udara.
Begitu tiba di mimbar kehormatan, upacara penghormatan dimulai di mana terdengar lagu-lagu kebangsaan kedua negara dan dentuman meriam 21 kali. Pemeriksaan pasukan kehormatan dilakukan oleh Presiden Soeharto didampingi
Presiden Chun Doo Hwan yang menggunakan kendaraan sedan tanpa kap.
Satu Juta
Sepanjangjalan dari pelabuhan udara menuju hotel diperkirakan satu juta manusia menyambut kedatangan Presiden Soeharto dan rombongan. Rakyat Kota Seoul yang berpenduduk lebih kurang delapan juta orang ikut menyambut kunjungan kepala negara dari salah satu negara ASEAN itu tidak hanya berjejal-jejal di pinggir jalan tetapi juga melalui siaran televisi langsung pada waktu yang sama.
Nenek dan kakekkakek bahkan bayi-bayi yang digendong orang tuanya turut berada di tepi-tepi jalan mengelu-elukan kunjungan Presiden Indonesia. Luar biasa memang, tidak biasanya penyambutan seorang kepala negara seperti hari ini, ujar seorang pejabat setempat.
Presiden Soeharto akan berada di Korea hingga tanggal 19 Oktober dan kemudian melanjutkan perjalanan muhibahnya ke Jepang. Sabtu sore Presiden Soeharto melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Chun Doo Hwan di Istana Chong Wa Dae. Di Istana itu dilakutkan pertukaran kenang-kenangan antara kedua pemimpin bangsa itu.
Presiden Soeharto hari Minggu meletakkan karangan bunga di Taman Makam Nasional dan meninjau pusat industri Chang Woon di bagian selatan Korea. Sorenya kembali ke Seoul dan mengadakan pertemuan dengan masyarakat Indonesia.
Ke Tokyo
Presiden Soeharto dan rombongan Selasa pagi meninggalkan Seoul menuju Tokyo untuk suatu kunjungan informal selatan 3 hari. Pada hari Kamis 21 Oktober Presiden dan Ny. Soeharto akan diterima oleh Kaisar Hirohito dan permaisuri di Istana Imperial.
Pada Kamis malam Presiden Soeharto dan PM Suzuki akan mengadakan perundingan yang kemudian disusul olehjamuan makan malam. Dengan pengunduran diri PM Suzuki maka sifat pertemuan itu sekarang sekadar merupakan kunjungan kehormatan saja sebagai balasan atas kunjungan PM Suzuki ke Jakarta. (RA)
…
Tokyo, Sinar Harapan
Sumber : SINAR HARAPAN (19/10/1982)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 885-895.