PEMERATAAN MENUJU KEADILAN SOSIAL TIDAK DIABAIKAN

PEMERATAAN MENUJU KEADILAN SOSIAL TIDAK DIABAIKAN

PRESIDEN SOEHARTO :

Jika dewasa ini pemerataan dan keadilan sosial belum terasa, itu bukan karena pemerataan menuju pada keadilan sosial diabaikan. Tahap keadilan sosial memang belum dicapai saat ini.

Dalam GBHN dikatakan, tahap tinggal landas baru akan dimasuki dalam Repelita VI. Dalam tahapan itu pemerataan menuju keadilan sosial akan semakin tampak wujudnya akan makin dirasakan bersama.

Demikian penegakan Presiden Suharto pada peresmian proyek2 Rukun Isteri Ampera (RIA) Pembangunan di Cibubur Rabu yl.

Menurut Presiden, dari semula usaha pemerataan menuju keadilan sosial sudah dirintis itulah sebabnya ada proyek2 Inpres, bantuan untuk daerah tingkat I dan II, SD Inpres, dan pembangunan Puskesmas di setiap kecamatan.

Proyek2 lain seperti intensifikasi pertanian dan penetapan harga dasar gabah supaya penghasilan petani meningkat pembinaan golongan ekonomi lemah, kredit untuk golongan ekonomi lemah, kredit untuk pedagang kecil, dan banyak lagi lainnya yakni untuk mewujudkan pemerataan.

Penegasan Presiden Suharto tsb untuk mengingatkan terhadap sementara anggapan dimasyarakat mengenai pembangunan yang dikemukakan hanya mengejar pertumbuhan dan hanya mementingkan segolongan lapisan kecil masyarakat, dan memperbesar lapisan masyarakat yg miskin.

“Anggapan seperti itu tidak berdasardan menyesatkan,” kata Presiden. “Saya mengingatkan karena akhir2 ini muncul kembali suara2 sumbang dari sementara kalangan masyarakat terhadap arah pembangunan yang ditempuh dewasa ini”.

Pembangunan yang dikerjakan saat ini sepenuhnya melaksanakan amanat GBHN serta bertumpu pada Trilogi Pembangunan yang menjamin pemerataan dengan melalui usaha pertumbuhan dan memelihara stabilitas nasional. Kita tidak mungkin meratakan pembangunan, tak mungkin mengusir kemiskinan kalau tidak terjadi pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan merupakan langkah yang tidak berakhir sedangkan sementara itu keinginan masyarakat justru selalu berkembang. Karena dalam gerak pembangunan tak jarang terjadi perasaan tidak puas. Perasaan tidak puas ini tak berarti buruk, malahan bisa berarti positif. Rasa tak puas ini menjadi buruk dan malahan merugikan pembangunan kalau menimbulkan keputusasaan. Tetapi bagi bangsa Indonesia, rasa putus-asa tidak beralasan sama sekali karena pembangunan yang dilaksanakan mulai

Repelita I sampai Repelita III itu membawa banyak kemajuan. Kita menyadari bahwa masalah pembangunan yang dihadapi itu tidak kecil, kata Presiden. Masalah-masalah itu malahan merupakan masalah yang besar.

Membangun bangsa yang berjumlah 160 juta jiwa yang mendiami wilayah kepulauan sangat luas seperti Indonesia ini jelas bukan pekerjaan yang mudah, apalagi jika mengingat masyarakat yang beraneka ragam dan majemuk. Membangun masyarakat yang demikian ini tidak mungkin tanpa kekurangan, dan tentu juga tidak akan bebas dari kekecewaan.

Presiden mengingatkan dan menyadarkan bahwa pembangunan yang dijalankan ini masih akan berjalan panjang dan tidak akan sepi dari ujian2. Hal itu memerlukan ketabahan yang tinggi, ketahanan yang kuat, keteguhan memegang arah dan kerja keras yang tak mengenal lelah. (RA)

Jakarta, Business News

Sumber : BUSINESS NEWS (15/03/1984)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 939-941.


Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.