PENDIDIKAN SERING KETINGGALAN DIBANDING KEMAJUAN TEKNOLOGI

PENDIDIKAN SERING KETINGGALAN DIBANDING KEMAJUAN TEKNOLOGI

 

 

Jakarta, Antara

Materi pendidikan di negara berkembang dan juga negara maju memang sering ketinggalan dibandingkan dengan kemajuan teknologi yang begitu cepat, namun di lain pihak kurikulum pendidikan tidak boleh terlalu sering berubah-ubah.

Masalah kesenjangan antara kurikulum pendidikan dan kemajuan pesat dalam teknologi dijelaskan Mendikbud Fuad Hassan kepada wartawan setelah melaporkan kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka, Rabu, tentang hasil sidang UNESCO baru-baru ini di Paris.

Fuad mengatakan, sejumlah menteri pendidikan akan bertemu di Bangkok pada bulan Maret tahun 1990 untuk membahas kesenjangan antara pendidikan dan kemajuan teknologi yang pesat.

Ia mengatakan, dilema ini timbul karena di satu pihak kurikulum sekolah haruslah stabil, sehingga tidak diganti-ganti dalam jangka waktu tertentu yang cukup panjang. Sementara itu di lain pihak pada bidang teknologi terjadi lompatan bahkan terobosan.

Akibatnya, terjadi kesenjangan yang dihadapi para lulusan sekolah dengan kenyataan yang mereka hadapi di lapangan.

“Sekolah tidak bisa terus-menerus ganti-ganti kurikulum. Jadi harus dicari modus (bentuk, red) agar sekolah dekat dengan kenyataan. Masalah selanjutnya adalah apakah sekolah hams sepenuhnya ouput oriented (berorientasi pada kebutuhan lapangan kerja),” katanya.

Ahli psikologi ini mengatakan, di satu pihak bisa saja kurikulum berorientasi pada kebutuhan pasaran kerja, yang disebutnya dengan istilah, pesan apa dihasilkannya apa. Jadi seperti barang pesanan.

Akan tetapi, ia mengingatkan, jika langkah itu yang dianut maka hal itu bertentangan dengan tujuan pendidikan yang ingin mewujudkan kemandirian. Ketika ditanya wartawan tentang situasi di negara-negara berkembang pada umumnya, Mendikbud Fuad Hassan mengatakan pendidikan di negara berkembang bukan saja dianggap ketinggalan tapi sudah usang. “Kita sudah menyelenggarakan suatu acara pendidikan menurut jadwal yang teratur, tapi hasilnya ternyata u sang. Bukan saja meyimpang, tapi sudah usang,” kata Fuad.

Dicontohkan, di sekolah masih diajarkan cara-cara penggunaan mesin tik, namun ternyata pada lapangan kerja yang sudah ada orang- orang menggunakan komputer. “Bagaimana ini kedudukannya ?” tanya Fuad.

Karena itu untuk memecahkan masalah ini, yang diperlukan adalah kemampuan membuat perkiraan agar materi pendidikan tidaklah usang dibandingkan dengan kebutuhan pada lapangan kerja yang tersedia.

Kemampuan membuat perkiraan tersebut amat penting untuk menghindari terjadinya kerugian, baik yang mendidik maupun yang di didik. Sekalipun kurikulum pendidikan di negara berkembang termasuk di Indonesia ketinggalan dibanding kemajuan teknologi, Mendikbud mengingatkan masyarakat jangan sampai terpukau pada pemberian bantuan dari negara lain.

Ia mengatakan bisa saja sebuah negara ingin memberikan bantuan peralatan kepada indonesia, karena alat tersebut sudah ketinggalan zaman atau sudah tidak digunakan lagi.

“Kita harus perhatikan apakah bantuan hibah itu akan survive (bertahan, red) untuk jangka waktu yang cukup lama. Kalau sekedar menampung barang yang akan dijual, yajangan,” katanya.

 

 

Sumber : ANTARA(25/10/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 625-626.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.