PENGHARGAAN KEPENDUDUKAN DARI PBB

PENGHARGAAN KEPENDUDUKAN DARI PBB

 

 

Jakarta, Suara Karya

KURANG lebih 8.000 tahun BC (sebelum Nabi Isa lahir) penduduk dunia diperkirakan sekitar delapan juta. Pada waktu era modern mulai muncul sekitar pertengahan abad ke-18 penduduk dunia mencapai 800 juta. Dengan lahirnya revolusi industri laju pertumbuhan penduduk mulai meningkat secara spektakuler, karena perbedaan antara laju kelahiran dengan laju kematian makin besar.

Dalam 200 tahun belakangan ini perbedaan antara laju kelahiran dan laju kematian makin melebar. Hasilnya, jumlah penduduk dunia meningkat menjadi tiga kali lipat, mencapai 2,5 milyar pada pertengahan abad ke-20 ini. Dan, diperkirakan akan bertambah lagi dengan dua milyar dalam 30 tahun mendatang.

Menurut perhitungan para ahli, diperlukan waktu satu juta tahun untuk jumlah penduduk satu milyar pertama, 120 tahun untuk satu milyar kedua, 32 tahun untuk satu milyar ketiga dan hanya 15 tahun untuk satu milyar keempat.

Angka-angka laju pertumbuhan penduduk yang dihasilkan suatu satuan tugas Bank Dunia untuk meneliti laju pertumbuhan penduduk itulah yang menyebabkan program Keluarga Berencana (KB) menjadi salah satu fokus perhatian dan penanganan oleh lembaga-lembaga internasional. Sebab, tanpa pengendalian yang efektif, bisa dibayangkan apa yang akan teljadi. Apalagi dengan sumber-sumber daya alami yang makin lama makin terkuras habis.

DENGAN latar belakang fenomena yang demikian itulah, tampaknya, pada awal Desember 1988 Presiden Soeharto memperoleh penghargaan khusus “Global Statesmen in Population Award” dari “The Population Institute”, sebuah lembaga kependudukan independen yang diakui PBB dan cukup berpengaruh di Amerika Serikat.

Pada tanggal 8 Juni yang akan datang, penghargaan dari “The Population Institute” akan disusul oleh PBB dengan “The Population Award”, penghargaan tertinggi di bidang kependudukan.

KEBERHASILAN yang mendapat pengakuan dari The Population Institute yang Juni yang akan datang dikukuhkan lagi oleh penghargaan dari PBB itu, jelas sangat membanggakan. Sebab, penghargaan yang diberikan kepada Presiden Soeharto dengan sendirinya merupakan pula penghargaan kepada seluruh bangsa.

Namun, dalam diri penghargaan itu melekat pula tuntutan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan program KB di masa-masa mendatang. Memang, program KB sudah memasyarakat begitu luas sampai ke pelosok-pelosok desa. Boleh dikatakan tidak ada keluarga yang tidak mengenal KB, dan tidak ada golongan dan lapisan yang tidak mendukung pelaksanaannya.

TETAPI, pengenalan yang terkesan masih cenderung kuantitatif itu, sudah waktunya untuk ditingkatkan lebih intens menjadi pengenalan kualitatif. Dalam arti, melaksanakan program KB tidak hanya sekedar mengendalikan kelahiran, tetapi lebih dari itu, bertujuan untuk melahirkan manusia-manusia Indonesia yang ditinjau dari semua aspek, meningkat pula kualitasnya. Dan, memang inilah yang menjadi intisari pembangunan nasional kita pembangunan manusia dalam semua aspeknya secara utuh.

 

 

Sumber : SUARA KARYA(20/05/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 805-806.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.