PERASAAN RAKYAT DITENTUKAN OLEH APA YANG DILAKUKAN ABRI

PERASAAN RAKYAT DITENTUKAN OLEH APA YANG DILAKUKAN ABRI, BUKAN OLEH APA YANG DIKATAKANNYA

Penegasan Presiden Soeharto

Presiden Soeharto kembali mengingatkan, bahwa perasaan rakyat terhadap ABRI ditentukan oleh apa yang dilakukannya, bukan oleh apa yang dikatakannya. Begitu pula, perasaan rakyat terhadap aparatur tidak ditentukan oleh apa yang dikatakan, tetapi oleh apa yang dilakukan aparatur tersebut.

Kepala Negara mengingatkan hal itu ketika menerima 175 peserta Rapat Pimpinan ABRI di Istana Negara hari Sabtu. Rapim ABRI 1982 ini dilangsungkan di Pusat Pendidikan/Sekolah Calon Perwira TNI-AD di Hegarmanah Bandung sejak Senin pekan lalu dan berakhir Jumat lalu.

Menurut Presiden Soeharto, apa yang telah diputuskan oleh Rapim ABRI hendaknya diteruskan kepada semuajajaran, kepada satuan-satuan yang lebih rendah, malahan kepada setiap prajurit.

"Mereka tidak saja perlu memahami isi keputusan Rapim ini, tetapi juga latar belakang pemikirannya, sehingga mereka menghayati apa yang harus dikerjakan."

"Saudara-saudara telah mengambil kesimpulan dan keputusan yang terbaik saat ini. Karena itu saya minta agar segala keputusan yang telah diambil itu. Saudara­saudara laksanakan sebaik-baiknya. Kita semua tentu menyadari bahwa putusan yang terbaik belumlah segala-galanya."

Presiden menekankan, yang kita pentingkan dan ini juga diharapkan oleh bangsa Indonesia bukanlah hanya putusan yang baik, akan tetapi pelaksanaan yang baik. Pesan ini tidak hanya ditujukan kepada ABRI, melainkan juga kepada seluruh aparatur dan kepada kita semua, demikian Presiden Soeharto.

Tetap Terasa Berat

Kepala Negara menganggap penting apa yang dikatakannya itu, sebab tugas bangsa Indonesia dalam waktu dekat maupun untuk jangka panjang tetap terasa berat.

Untuk itu seluruh bangsa Indonesia harus benar-benar menyadari ke arah mana akan bergerak selanjutnya dan apa yang harus dikerjakan, serta dengan semangat dan cara bagaimana melaksanakan tugas bersama membina, memperkokoh dan membangun bangsa ini.

Presiden mengingatkan, yang diinginkan adalah semangat dan cara membangun, harus berpangkal dan bertujuan pada terwjudnya masyarakat Pancasila dengan pedoman Undang-Undang Dasar 45.

Di dalamnya terkandung keharusan membangun dengan cara apa yang disemangati oleh cita-cita demokrasi politik dan demokrasi ekonomi.

"Kita memang harus menerapkan efisiensi dan "efektivitas dan segala peralatan modern lainnya, sesuai dengan tuntutan zaman kemajuan. Namun semangat dan arah penggunaannya, haruslah tetap berpangkal dari cita-cita kenegaraan dan kemasyarakatan kita!"

Kepala Negara mengulangi lagi apa yang pemah dikemukakannya, yaitu dewasa ini bangsa Indonesia telah mencapai momentum pembangunan dan stabilitas serta pertumbuhan ekonomi yang membesarkan hati selama satu setengah dasawarsa. Ini sungguh suatu prestasi besar, ujar Presiden Soeharto.

”Tetapi kita harus sadar, ini sama sekali bukan hanya prestasi pemerintah, bukan hanya prestasi ABRI, juga bukan pula semata-mata prestasi aparatur negara, akan tetapi juga prestasi rakyat. Dengan kata lain, ini adalah prestasi bangsa kita secara keseluruhan."

Mendinamisir Stabilitas

Menurut Presiden Soeharto, di lain pihak harus juga disadari bahwa masalah sosial ekonomi dan sosial politik yang dihadapi tetap besar, dan tantangan yang harus ditundukkan bukannya sudah ringan.

Diingatkannya lagi, tugas-tugas bangsa Indonesia adalah bagaimana terus mendinamisir stabilitas, sebab yang diinginkan adalah dinamika yang tetap menjaga stabilitas serta pertumbuhan ekonomi yang memungkinkan diteruskannya pemerataan menuju keadilan sosial.

"Dengan memanfaatkan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan yang telah kita capai, kita memang menginginkan kemajuan dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan sosial. Karena itu secara pokok dapat dikatakan bahwa tugas-tugas besar dalam dasawarsa 80-an ini adalah meningkatkan demokrasi politik dan demokrasi ekonomi."

Ia menambahkan, dalam gerakan arus besar pembangunan bangsa Indonesia yang itu peranan ABRI tetap besar, karena ABRI adalah kekuatan stabilisator dan dinamisator.

"ABRI sendiri harus terus-menerus dan dengan rendah hati menyadari bahwa peranannya sebagai kekuatan stabilisator dan dinamisator dilahirkan dari sejarah pertumbuhan ABRI sendiri, dan diperkuat oleh panggilan tugas sejarah dalam pertumbuhan bangsa kita selanjutnya".

"Karena itu peranan stabilisator dan dinamisator sama sekali bukan untuk kepentingan ABRI sendiri, bukan karena ABRI ingin berkuasa. Melainkan karena ABRI ingin terus mengabdi kepada rakyat dan bangsanya. Dwi fungsi ABRI harus merupakan pengamanan danpengalaman Pancasila dalam melanjutkan pembangunan dan pembinaan bangsa kita."

Kepala Negara menam bahkan, dengan ABRI yang mempertahankan kepribadiannya sebagai prajurit pejuang, maka dwi fungsi ABRI tidak akan meluncur ke kekuatan yang militeristis, otoriter atau totaliter.

"Ini harus menjadi tekad ABRI. Dan ini pun harus difahami oleh bangsa kita," tambahnya.

Penyempurnaan dlan Perbaikan

Presiden Soeharto menegaskan, dwi fungsi ABRI tidak dapat dilihat dengan kaca mata sistem politik dan sistem kenegaraan bangsa lain.

"Karena kita lahir dan tumbuh dengan kepribadian kita sendiri, dengan terus mengadakan penyempurnaan dan perbaikan pengalaman sejarah. Kita lahir dari kancah perjuangan kemerdekaan nasional di tahun 1945, karena itu ABRI harus terus berjuang untuk mendorong berkembangnya demokrasi Pancasila dan kehidupan konstitusional berdasarkan Undang-Undang Dasar 45.”

"Hal terakhir ini merupakan salah satu tugas besar bagi ABRI yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Tugas ini lebih merupakan tugas besar dan yang masih tertinggal dari Angkatan 45, khususnya yang masih berada dalam tubuh ABRI. Saudara-saudara semua harus mampu dan berhasil menanamkan kuat-kuat tekad dan tata berfikir yang demikian itu, kepada generasi muda dan generasi penerus dalam lingkungan ABRI."

Selanjutnya Presiden Soeharto menyatakan syukur atas kemajuan cepat dan kesiap-siagaan ABRI yang makin meningkat. ABRI telah memiliki kemampuan pukul dan tingkat disiplin yang makin baik, terutama untuk tugas-tugas dalam negeri. Gerakan ABRI Masuk Desa (AMD) juga telah mempunyai dampak positif.

"Di bidang personal lapangan, hati terasa lega, karena perwira-perwira generasi muda telah tampil sebagai komandan kesatuan yang tangkas. Keadaan ini perlu ditingkatkan dengan pembinaan lapisan personil muda yang mempunyai kualitas luas, untuk memahami masalah-masalah dan sistem sosial, terutama untuk tugas-tugas di staf dan teritorial," kata Kepala Negara.

Hal itu terasa penting, sebab ABRI harus melaksanakan dwi fungsi. Di samping itu, masalah-masalah pertahanan keamanan bukan hanya masalah teknis militer belaka, melainkan masalah nasional yang memerlukan pengerahan segenap kekuatan nasional, tambahnya.

Harus Diperhatikan

Kemudian Presiden Soeharto meminta perhatian terhadap beberapa hal :

– Peristiwa-peristiwa kejahatan yang akhir-akhir ini menunjukkan gejala meningkat, perlu ditangani dengan tuntas.

– Diharapkan alat-alat keamanan-khususnya Kepolisian dengan bantuan dan kerja sama unsur-unsur ABRI serta alat keamanan lainnya, dapat mengambil langkah dan menemukan pola operasional pencegahan dan pemberantasannya seefektif, mungkin.

– Beberapa bulan lagi bangsa Indonesia akan melaksanakan tugas nasional, yaitu pemilihan umum. ABRI memang bertugas untuk mengamankan pelaksanaan pemilu itu, dalam pengertian agar semua aturan permainan ditaati, supaya rakyat dapat memilih secara bebas dan rahasia, tanpa gangguan fisik dan tekanan batin.

Untuk itu Presiden Soeharto mengingatkan :

– Kita harus berusaha untuk menciptakan suasana dan budaya politik sedemikian rupa, agar pemilu itu menjadi peristiwa politik yang menggairahkan dan supaya rakyat dengan sadar dan tenang menggunakan hak politiknya yang paling nyata.

– Kita semua harus menghindarkan segala tindakan yang mengakibatkan pemilihan umum terasa menegangkan. (RA)

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (16/10/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1026-1030.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.