PERKECIL JURANG2 SOSIAL YANG HAMBAT KESETIAKAWANAN
Presiden Pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
PRESIDEN SOEHARTO mengatakan, kita harus berusaha memperkecil jurang-jurang sosial yang menghambat tumbuhnya kesetiakawanan nasional gsa kita. Hal itu dikemukakan Presiden Soeharto pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, Kamis malam.
Menurut Presiden tumbuhnya kesetiakawanan nasional tidak boleh berhenti hanya pada semangat dan sikap "tepo seliro" dan tenggang rasa saja, tetapi harus bersikap aktif untuk mengurangi berbagai kepincangan sosial di masyarakat.
Suatu hal, yang patut dibanggakan, menurut Presiden, organisasi dikalangan umat beragama di Indonesia melakukan kegiatan kerja sosial untuk membantu masyarakat memperbaiki taraf hidup masyarakat.
Berarti, agama mampu mendorong para pemeluknya meningkatkan harkat dan martabat manusia yang merosot akibat kemiskinan, dan usaha tersebut sangat besar artinya untuk keberhasilan pembangunan.
Presiden Soehartojuga mengutip sabda Nabi Muhammad SAW, kefakiran nyaris membawa kekufuran. Karena itu usaha memberantas kekufuran harus ditunjang usaha memberantas kefakiran atau kemiskinan. Berdasarkan sejarah, bahkan Nabi pemah memesan kepada orang tua agar mengusahakan keturunannya bebas dari kemiskinan.
Mengusahakan kehidupan generasi mendatang lebih baik, merupakan tujuan kita dalam membangun. Namun bukan berarti membuat generasi mendatang sebagai generasi penunggu belaka, tetapi harus didorong dan dikembangkan dalam mempersiapkan diri sebagai warga negara yang bertanggung jawab, demikian Presiden.
Menyadari agama merupakan unsur penting bagi kehidupan bangsa, maka pembangunan kehidupan beragama ditempatkan sebagai bagian tak terpisahkan dalam kerangka pembangunan nasional, demikian Kepala Negara.
Dengan meningkatnya kehidupan beragama diharapkan pembangunan bangsa mempunyai landasan rohani yang mantap untuk menciptakan masyarakat Pancasila yang adil dan makmur lahir batin.
Salah satu aspek keberagaman kita adalah kesadaran selalu menyukuri karunia dan anugerah Tuhan. Bahkan menurut Presiden, juga selalu menyukuri setiap hasil usaha betapapun kecilnya.
Akhirnya Presiden Soeharto menyatakan, sebagai bangsa besar dan kaya akan kemajemukan, semua potensi yang adaperlu diarahkan dan didorong untuk kemajuan bersama.
Semua itu dikemukakan, menurut Presiden, karena Nabi Muhammad yang Maulidnya diperingati saat ini,justru sangat menekankan semangat persaudaraan di kalangan umatnya, bahkan untuk seluruh umat manusia. Karena itu, jika kita benarĀbenar menghayati ajaran Nabi Muhammad, Presiden mengajak agar persaudaraan dan persatuan di antara kita tidak akan terganggu apa pun golongan politik yang diikuti karena persaudaraan dan persatuan bangsa jauh lebih tinggi nilainya daripada kepentingan politik golongan.
Sementara itu Menteri Agama Haji Alamsyah Ratu Perwiranegara dalam kesempatan itu mengatakan, bangsa Indonesia yang sedang membangun dapat mengambil hikmah kehidupan Rasulullah, seperti selalu berpegang teguh kepada Al Akhlaq Al Karimah atau Kemuliaan Perilaku dan Tindakan.
"Karena kemuliaan budi dan sikap seseorang bisa menghindarkan diri dari perbuatan tercela, kasar, sadis, dan seterusnya," demikian Menteri.
Umat beragama umumnya, dan Islam khususnya, harus dapat menunjukkan sifat dan sikap terpuji dalam kehidupan masyarakat, demikian Menteri.
"Kita bersyukur negara kita berdasarkan Pancasila, agama terus berkembang baik dan peranannya cukup menggembirakan," kata Menteri. Sebab ke lima sila Pancasila, mulai dari Ketuhanan Yang Maha Esa sampai Keadilan Sosial, tidak satu pun yang bertentangan dengan ajaran agama Islam, demikian Menteri Agama.
Turut menguraikan sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW saat itu KH Zaenal Abidin Ahmad, Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran, Jakarta. Hadir dalam kesempatan itu, Ibu Tien Soeharto, Ny. Nelly Adam Malik, para Menteri Kabinet Pembangunan III, para Dubes negara Islam, serta undangan lainnya.
Dalam kesempatan itu dikumandangkan ayat suci Al Quran, surat Al Azab ayat 40-48 oleh Drs. H. Achmad Syahid, dan surat Al Anfaal ayat 24-29 oleh Istianah (kelahiran Lamongan, Jatim, pernah menjadi juara I MTQ tingkat kanak-kanak di Semarang tahun 1979, dan menjadi qariah favorit pada Haflah Tilawatil Quran di Kuwait tahun 1980, saat ini sedang menuntut ilmu di Pesantren Darunnajah, Jakarta). (RA)
Jakarta, Suara Karya
Sumber : SUARA KARYA (09/01/1982)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1039-1041.