PERUSAHAAN ASING BIDANG PERMINYAKAN PERLU IKUTI PEMBANGUNAN INDONESIA

PERUSAHAAN ASING BIDANG PERMINYAKAN PERLU IKUTI PEMBANGUNAN INDONESIA

Presiden Soeharto minta agar perusahaan asing yang bergerak di bidang perminyakan di Indonesia dapat menyesuaikan diri dengan semangat, arah dan tujuan-tujuan pembangunan Indonesia.

Penyesuaian diri itu penting karena hanya dengan itu dapat dikembangkan kerja sama yang memberi keuntungan kepada kedua belah pihak, sekaligus memberi sumbangan bagi kelancaran pelaksanaan pembangunan Indonesia.

Kepala Negara mengemukakan hal itu pada peringatan 100 tahun usaha pertambangan minyak dan gas bumi Indonesia di Balai Sidang, Senayan, Jakarta, Selasa pagi.

Dalam peringatan yang dihadiri juga oleh-oleh segenap pimpinan perusahaan perminyakan asing itu, Presiden menekankan sekali lagi bahwa Indonesia tetap membuka pintu dalam kerja sama di bidang perminyakan.

“Dasar yang kita gunakan adalah keuntungan bagi kedua belah pihak atas dasar kewajaran dan keadilan,” tambah Presiden Soeharto.

Ia mengingatkan, peta perminyakan nasional dan internasional terus berubah dari waktu ke waktu. Peta perminyakan sekarang ini pasti telah berubah sama sekali jika dibanding saat penemuan minyak pertama di Telaga Tunggal, Sumatera Utara, satu abad lalu.

Karena itu, demikian Presiden, semua pihak perlu menyesuaikan diri dengan keadaan baru tersebut. Karena hanya dengan itu dapat dipikul tanggung jawab bersama dalam mengelola kekayaan alam berupa minyak dan gas bumi yang terbatas itu.

Dikatakan, peranan migas sampai Repelita IV dan dalam beberapa Repelita selanjutnya masih memberikan andil terbesar kepada penerimaan devisa dan keuangan negara.

Bersamaan dengan itu, penerimaan devisa dan keuangan negara dari sektor nonmigas juga harus ditingkatkan sekuat tenaga. Upaya itu harus dilakukan, kata Presiden, karena ketergantungan terhadap migas mengandung kerawanan-kerawanan jangka panjang.

Kekuatan Sendiri

Di bagian lain sambutannya, Presiden Soeharto mengatakan, kendati telah banyak hasil yang dicapai dalam perjalanan sejarah perminyakan di Indonesia sampai sekarang ini, namun perjuangan di bidang perminyakan masih akan berjalan panjang.

“Kita masih harus mengerahkan modal, keahlian dan berbagai ketrampilan agar pencairan, penggalian dan pengolahan minyak dan gas bumi sepenuhnya dapat kita lakukan dengan kekuatan sendiri,” katanya.

Hal ini, menurut Kepala Negara, merupakan tekad sebagai bangsa yang merdeka, sehingga Indonesia semakin dapat melaksanakan pesan Pasal 33 UUD 45.

Presiden menyadari, sampai sekarang Indonesia belum mempunyai cukup modal, keahlian dan ketrampilan untuk melakukan semua itu dengan kekuatan sendiri.

“Di tahun-tahun yang akan datang, kemampuan itu harus ditingkatkan lebih tinggi, lebih cepat dan lebih banyak lagi,” tegas Presiden Soeharto.

Sementara itu, menteri Pertambangan dan Energi Subroto menyatakan, dengan dilandasi tekad untuk meningkatkan kemampuan mengelola minyak dan gas bumi secara lebih berdaya guna dan berhasil guna, Indonesia perlu mengadakan introspeksi menengok ke belakang, namun tetap menatap ke depan.

Hanya dengan mempelajari masa lalu, dapat dilakukan perbaikan diri serta peningkatan pengabdian di masa depan. Maka itu, selain untuk menghindari terjadinya kesalahan yang sama, masa lalu dipelajari untuk menjadi sumber tindakan selanjutnya.

Sekarang ini Indonesia berada dalam masa yang relatif tidak cerah, meskipun hari depan industri, perminyakan dan gas bumi bukan tanpa harapan.

Keprihatinan dan kewaspadaan dewasa ini justru harus merupakan cambuk menghadapi masa depan industri perminyakan Indonesia, yang pada abad berikutnya menunjukkan hari depan yang lebih cerah.

Sejarah eksplorasi penninyakan di Indonesia mulai dilakukan lebih dari 10 tahun lalu, tahun 1871. Namun baru pada 15 Juni 1985 minyak bumi ditemukan segera komersial dengan pemboran sumur telaga Tunggal di Sumatera Utara.

Penemuan minyak tahap pertama ini dilakukan pada cadangan yang dangkal. Kemudian menyusul penemuan dilapangan yang lebih dalam, baik didaratan maupun di perairan lepas pantai. Dalam pertumbuhan itu terjalin kerja sama yang baik antara Pertamina dan kontraktor kontraktor minyak asing.

Gali Terus

Menteri Subroto memaparkan adanya kemelut minyak bumi di pasaran dunia dewasa ini akibat adanya kelebihan sebesar 10 juta barrel/hari. Tetapi ia mengingatkan lagi pada akhir tahun 1990-an dan selanjutnya kemungkinan situasi permintaan dan penawaran minyak bumi akan terjadi kebalikannya dari sekarang. Karena mulai saat itu produksi non OPEC akan mulai jenuh, bahkan mulai menurun.

Sehingga sesudah harga jadi stabil lagi, akan mulai naik lagi secara bertahap. Maka itu pesannya, teruslah menggali, temukan minyak dan bersiap menghadapi masa depan itu.

Menteri menyebutkan, kini Pertamina mempunyai 39 kontraktor bagi hasil dan kontrak karya yang beroperasi di 73 wilayah kerja.

Bidang perminyakan seluruhnya mempekerjakan lebih dari 70.000 orang, belum termasuk yang perusahaan jasa serta penunjang lainnya. Sumber minyak bumi yang dapat diproduksi diperkirakan 50 milyar barrel serta sumber gas alam lebih dari 110 trilyun kubik kaki.

Namun dari 50 cekungan hidro-karbon Indonesia, baru 13 yang telah dieksplorasi dan diusahakan, 25 lainnya baru dieksplorasi sebagian.

Biasanya masih merupakan daerah yang belum pernah dijamah. Maka itu dalam eksplorasi selanjutnya, usaha-usaha baru, diarahkan pada daerah perairan lebih dalam, atau daerah daratan yang behun banyak dikenal seperti di Irian Jaya dan Kalimantan.

Akhirnya menteri menyatakan, masalah pajak yang dibicarakan dengan para kontraktor selama ini telah berhasil dipecahkan, dan memuaskan.

Masalah lainnya masih akan dibicarakan lebih lanjut antara pemerintah dengan Asosiasi Perminyakan Indonesia (IPA) yang mewakili bidang perminyakan. Hal itu untuk mendapatkan suatu industri penninyakan yang sehat dan agresif

Sampul Hari Pertama dan Penghargaan

Dalam kesempatan kemarin, Presiden Soeharto menanda tangani dan membubuhkan cap sampul hari pertama prangko peringatan 100 tahun usaha pertambangan migas di Indonesia.

Selain itu dilakukan pembukaan selubung maket museum ilmiah minyak dan gas bumi Indonesia yang diberi nama Graha Widya Patra, ditandai penekanan pompa angguk oleh Nyonya Tien Soeharto.

Malam harinya, Menteri Pertambangan dan Energi Subroto menganugerahkan tanda penghargaan kopada 16 pelopor yang telah berjasa dalam bidang pertambangan minyak dan gas bumi di Sasono Langen Budoyo, TMII.

Acara resepsi dan malam kesenian diawali dengan pemberian hadiah kepada para pemenang penulisan lomba ilmiah populer 100 tahun minyak dan gas bumi Indonesia.

Para pelopor yang mendapat penghargaan adalah Teuku Mohammad Hasan (79 th), Letjen (purn) Dr. H. Ibnu Sutowo (71), bekas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi dan bekas Presiden Direktur Pertamina Ir. Anondo (73), bekas direktur Pertamina almarhum Loekman Hanafiah, almarhum Hadi Gondowardojo, Brigjen (purn) H. Johanes Marcus Pattiasina (73), bekas Direktur Eksplorasi dan Produksi Pertamina R. Soedarsono (73), Julius Tahija (69), Ketua Dewan Komisaris PT Caltex Pacific Indonesia Harold Hutton (Amerika), Donal Frederick Todd (60, Amerika), Arthur Benson Brown (81, Amerika), Birney Mills van Benschoten (73, Amerika), Roy Michael Buffington (68,Amerika), Shigetada Nishijima (74, Jepang), Sumio Higashi (73, Jepang) dan Kumyo Ito (70, Jepang). (RA)

 

 

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (09/10/1985)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 320-323.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.