PESERTA KB SEBAIKNYA TIDAK MEROKOK
Jakarta, Angkatan Bersenjata
Kepala BKKBN Dr. Haryono Suyono mengatakan kemarin bahwa para peserta KB yang menggunakan kontrasepsi pil KB, suntikan atau susuk KB terutama bagi akseptor berusia di atas 30 tahun hendaknya tidak merokok, karena kebiasaan merokok akan dapat merusakan kesehatan ibu.
Hal ini dinyatakannya seusai diterima oleh Menteri Koperasi Bustanil Arifin sehubungan dengan diberinya penghargaan kepada Presiden Soeharto terhadap keberhasilan KB di Indonesia tanggal 6 Juni 1989 yad, di New York AS, dimana Departemen Koperasi sendiri selama ini banyak melakukan kerjasama dalam kegiatannya di pedesaan bersama-sama BKKBN.
Berbahayanya kebiasaan merokok bagi kaum ibu akseptor KB karena disamping akibat kandungan hormon yang ada dalam kontrasepsi juga akibat rokok yang bisa membahayakan kesehatan jantung.
Untuk ini BKKBN dalam memotivasikan pelaksanaanya, program KB kepada masyarakat juga menganjurkan bahwa penggunaan kontrasepsi yang mengandung hormon yang hanya diberikan kepada kaum ibu yang keadaan badanya sehat wal afiat.
Dengan menggunakan ketiga macam kontrasepsi yang mengandung itu kami anjurkan agar yang memberikan pelayanannya haruslah dokter, karena belum dipasangkan kontrasepsi keadaan kesehatan akseptor harus benar-benar diperiksa dengan teliti. Soal umur tidak ada batasan untuk jenis kontrasepsi ini, apakah 30 Tahun atau 50 Tahun asal dalam usia subur. Yang penting kondisi kesehatannya baik, kata Dr. Haryono.
Pernyataan kebisaan merokok diatas juga dinyatakan Kepala BKKBN dalam rangka hari Tidak Merokok Sedunia yang jatuh pada tanggal 31 Mei kemarin.
Tahun 2030
Lebih jauh menurut Haryono keberhasilan KB di Indonesia yang mendapat penghargaan melalui Presiden Soeharto disebabkan keberhasilan pemerintah selama ini untuk merangsang masyarakat untuk berpartisipasi dalam program KB secara mandiri.
Terjadinya perobahan sikap seluruh masyarakat menyebabkan KB Mandiri bukan saja dijalankan berdasarkan mandiri terhadap biaya, tetapi juga mandiri dalam menentukan sikap ikut ber-KB.
Keberhasilan Indonesia dalam menjalankan program KB juga dilihat dari keberhasilan menekan angka kematian anak balita, di samping penurunan angka kelahiran dari 44-66/1000 menjadi 28-29/1000 atas dasar sensus tahun 1970 dan prevelansi hasil survey dan sensus tahun 1985 dan 1987.
Sejauh ini dari 16 juta Pasangan Usia Subur (PUS) yang ikut KB sekitar 50-65%. Menggunakan IUD sekitar 30%, Pil KB 45%, suntikan 20% dan kondom dibawah 5% serta susuk KB 3%.
Kampanye penggunaan kondom kini telah meluas dikalangan masyarakat sebagai kontrasepsi yang cukup ampuh sehingga diperkirakan tahun 1989 ini akan terjual 120-150.000 gros kondom
Menurut Dr. Haryono Suyono kemantapan masyarakat Indonesia dalam ber KB dengan pencapaian Zero population growth diperkirakan bisa dicapai di tahun 2030 disaat mana jumlah penduduk Indonesia akan mencapai jumlah 350 juta dan rata-rata penduduk Indonesia mendapat pendidikan rata-rata SLA.
Dari pelaksanaan KB, rata-rata anggaran dana yang dihabiskan BKKBN sebesar Rp. 200 milyar dan 20 % dari jumlah ini merupakan bantuan luar negeri.
“Anggaran yang dikeluarkan masyarakat juga cukup besar misalnya, yaitu segala ongkos, membeli konstrasepsi, membayar jasa klinik atau Puskesmas atau dokter serta ongkos akseptor pergi ke klinik,” katanya.
Selain ini Depkop selalu menjalin kerjasama dengan BKKBN dalam merayakan ulang tahun, dimana Hari Koperasi yang jatuhnya tanggal 12 Juli juga dirayakan bersama dengan hari BKKBN.
Sumber : ANGKATAN BERSENJATA(01/06/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 812-813.