POKOK2 PIKIRAN DALAM PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN SOEHARTO

POKOK2 PIKIRAN DALAM PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN SOEHARTO [1]

 

Jakarta, Merdeka

 

Pengantar:

Pidato Presiden Soeharto di depan wakil2 rakyat dalam Sidang paripuma Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tanggal 16 Agustus 1975, mempunyai nilai yang sangat penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia yg sedang memperingati HUT Kemerdekaan yang ke 30. Dibawah ini kutipan pokok2 pikiran penting dalam pidato Presiden yang diambil dari teks aslinya.

Redaksi

Sejarah Perjuangan

Sejak semula kita sadari, bahwa usaha untuk memberi isi kepada kemerdekaan masih merupakan perjuangan yang panjang. Arti sesungguhnya dari kemerdekaan adalah, bukan hanya kemerdekaan politik, tapi dengan kemerdekaan itu kita mengurus diri sendiri untuk mencapai cita2 kehidupan bangsa yang kita anggap baik.

Sebagian dari kita telah hidup lumayan, sebagian lagi hidup berkecukupan. Tetapi bahagian terbesar dari rakyat kita masih terus berjuang untuk mencapai kehidupan yang lebih pantas.

Di masa lampau memang kita telah membuat kesalahan2, kita dilekati dengan kesalahan2 dan kita pernah mengalami kegagalan. Tapi juga terang bahwa dimasa lampau kita telah mengambil putusan2 sejarah yang tepat, kita memiliki kekuatan2 hingga kita tegak berdiri sampai saat ini dan kita juga tercatat keberhasilan2 hingga kita sampai pada keadaan seperti sekarang.

Seperti yang acapkali saya tekankan, pernbangunan kita mengandung arti pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia keseluruhannya.

Tantangan dan masalah2 yang kita hadapi sekarang terang berbeda dengan tantangan dan masalah yang kita hadapi ketika kita menyatakan Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.

Namun begitu ada masalah2 pokok yang sama sekali tidak boleh berubah, ialah cita-cita dan tujuan Bangsa Indonesia, yang secara padat tersimpul dalam Pancasila dan Undang2 Dasar 1945. Inilah yang harus kita gunakan sebagai ukuran dalam merenungkan ulang pengalaman sejarah kita.

Harus kita catat, bahwa dalam perjuangan melawan penjajahan ini, kita ditusuk dari dalam oleh pernberontakan PKI di Madiun, pada tahun 1948.

Dalam dasawarsa 50-an, kita rnengalami masa penertiban diri kedalam. Kita berkemas-kemas untuk menyongsong jaman baru jaman setelah perang Kemerdekaan dan setelah pengakuan kedaulatan. Dalam masa ini timbul pikiran dan usaha2 untuk merombak dasar dan tujuan negara, baik dengan jalan parlementer maupun melalui pemberontakan2, baik dengan terang2an maupun lewat gerakan bawah tanah.

Pada masa berikutnya, dasawarsa 60-an, bangsa kita untuk kesekian kalinya masih mengalami ujian. Kali ini ujiannya adalah untuk tetap menegakkan Pancasila dan undang2 dasar 1945. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menegaskan kita kembali ke UUD 1945 mendapatkan dukungan luas dari rakyat Indonesia, karena rakyat tahun itu berarti kita kernbali kepada kemurnian dasar cita2 dan tujuan kemerdekaan.

Pancasila lama kelamaan dirobah menjadi “nasakom”. Pertentangan di antara partai2 politik menjadi tajam karena didasarkan pada perbedaan yang meruncing dalam ideologi golongan yang rnalahan menyeret masyarakat ke dalam kotak2 yang terpisah-pisah serta penuh dengan ketegangan.

Orde Baru

Koreksi untuk meluruskan kembali jalannya perjuangan bangsa kita untuk tetap bergerak sepanjang cita2 dan tujuan2 kemerdekaan nasional yang kita proklamasikan pada tahun 1945 itulah yang membulatkan tekad bangsa kita untuk membangun Orde Baru.

Karena itu, Orde Baru tidak: lain adalah tatanan segala kehidupan rakyat, bangsa dan negara kita yang kita letakkan kembali pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Namun rumusan itu belum berbicara banyak. Kita rnenyebarkannya dalam strategi dan tujuan2 yang jelas dan benar2 dapat dilaksanakan. Tanpa itu maka Orde Baru hanya akan menjadi kata2 kosong tanpa dapat memberi makna kepada kehidupan kita dan ini berarti kita mengulang kesalahan yang sama.

Pokok2 Pengalaman

Saya telah mengajak kita mengamati sejarah ke belakang dan merenungkan arti pengalaman2 bangsa dan negara kita selama 30 tahun yang lalu. Pertama, kita telah berhasil menegakkan kemerdekaan nasional serta memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

Kedua, kunci pokok keberhasilan kita itu bersumber pada kebulatan tekad dan kesetiaan kita kepada dasar, cita2 dan tujuan kemerdekaan nasional yang secara padat tersimpul dalam Pancasila dan UUD 45. Ia sekaligus memberi kegairahan hidup dan kepercayaan akan adanya hari esok yang lebih baik.

Ketiga, bahwa Pancasila dan UUD 45 telah berulangkali diuji oleh sejarah. Makin banyak ujiannya makin menunjukkan kebenarannya sebagai satu2nya jawaban terhadap tantangan dan masalah yang kita hadapi. Keempat, pada saat pembangunan yang menjamin terwujudnya kemajuan, kesejahteraan dan keadilan benar2 harus segera terasa hasilnya demi terwujudnya masyarakat yang kita cita2kan.

Tantangan yang kita hadapi di masa depan adalah mempercepat jalannya pembangunan. Pembangunan harus kita laksanakan baik dalam rangka mengisi kemerdekaan untuk mencapai cita2 bangsa masyarakat adil dan makmur, maupun dalam rangka peningkatan ketahanan nasional, kita mau tidak mau, suka tidak suka apa yang berkembang di luar pagar tanah air kita akan mempengaruhi kita juga.

KTT ASEAN

Selama berdirinya ASEAN, meskipun belum banyak yang dapat kita lakukan bersama, namun hal itu tidak menutup kenyataan yang sangat penting artinya, ialah bahwa kita telah dapat menyelesaikan berbagai masalah yang menjangkau kepentingan bersama secara bersama-sama melalui musyawarah yang efektif, solidaritas, kemauan keras untuk saling mengerti sikap bersahabat.

Dewasa ini ASEAN bukan saja merupakan organisasi antar pemerintah tetapi telah berisi kegiatan2 bersama, ada yang melembaga, ada yang belum.

Untuk makin mengkonsolidasikan ASEAN ini, untuk membulatkan pikiran2 bersama dan langkah2 bersama di masa datang, maka semua negara anggota ASEAN bersatu pendapat mengenai perlunya diselenggarakan Konferensi Puncak di antara mereka. Konperensi yang penting bagi masa depan bangsa2 di wilayah kita itu diharapkan dapat berlangsung dalam bulan2 yang akan datang.

Sementara ini langkah2 persiapan terus dimatangkan, agar konferensi itu benar2 berhasil.

Hubungan dengan RRT

Adalah sepenuhnya hak dan urusan kita bila kita berketetapan hati untuk membangun masyarakat yang berdasarkan Pancasila. Kita tidak menghendaki dan kita melarang adanya partai komunis di Indonesia, karena PKI telah dua kali memberontak dan bertujuan untuk merubah Pancasila dengan kekerasan. Negara lain yang terus melindungi bekas tokoh2 pemberontakan PKI atau yang terang2an menyokong bangkitnya kembali PKI di negeri ini kita anggap sebagai tindakan yang mencampuri urusan dalam negeri kita dan bersikap tidak bersahabat.

Dalam rangka inilah harus kita lihat mengapa sampai sekarang hubungan diplomatik dengan RRT masih sulit dicairkan.

Timor Portugis

Dalih “perang pembebasan” kita tolak jika itu berarti pemberontakan terselubung terhadap negara yang sah. Namun proses dekolonisasi dimanapun sejak semula kita sokong sepenuhnya. Dalam rangka ini kita sambut baik pelaksanaan dekolonisasi oleh Pemerintah Portugal terhadap jajahan2nya khususnya Timor Portugis yang berbatasan langsung dengan wilayah kita.

Kita menginginkan agar proses dan hasil dati dekolonisasi itu tidak akan menimbulkan gangguan stabilitas yang mau tidak mau akan mempengaruhi stabilitas kita khususnya dan Asia Tenggara umumnya. Justru berbatasan wilayah maka kita membuka pintu bagi rakyat Timor Portugis untuk mengintegrasikan diri dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia apabila penggabungan itu yang menjadi kehendak mereka.

Ketahanan Nasional

Masalah ketahanan nasional ini merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan bangsa kita. Sejarah kita yang lewat menunjukkan bahwa karena kita masih memiliki titik rawan dalam ketahanan nasional, maka kita mengalami serentetan gejolak2 sosial dan politik dalam bermacam-macam bentuk dan dengan segala akibat2nya.

Tentang penyaluran tenaga kerja ke luar negeri dilaporkan sejak April 1975 dikirim 666 orang tenaga kerja, yaitu 33 pelaut ke Amerika, 55 pelaut di Athena, 80 pelaut di Singapura dan 10 orang di Saudi Arabia.

Penyaluran tenaga kerja antar daerah disebutkan sejak April 1975 sebanyak 9.641 tenaga kerja dari Jawa telah dipekerjakan pada proyek2 di luar Jawa, antara lain 908 orang ke pabrik gula Bone, 405 KK atau 810 tenaga kerja ke pabrik gula Cot Girek dan 2.013 ke Perusahaan Negara Perkebunan di Sumatera Utara.

Sedang tenaga asing yang bekerja di Indonesia dalam rangka penanaman modal asing berjumlah 20.633 orang.

Dalam sidang tersebut dilaporkan pula mengenai pengiriman 23 koli obat2an dengan berat 3/4 ton untuk para pengungsi Timor Portugis di wilayah Timor Indonesia, disamping pengerahan bantuan pangan, pakaian, alat2 kedokteran serta team medis dan paramedis.

Departemen Kesehatan jauh sebelum terbentuknya Team Penanggulangan Pengungsi Timor Portugis telah mempersiapkan bantuan yang diperlukan untuk melayani kesehatan para pengungsi di perbatasan.

Rombongan kesehatan yang telah dikirim terdiri dari 12 dokter, masing2 8 dokter spesialis (masing2 dua orang ahli bedah, ahli kandungan/kebidanan dan ahli anak) serta 6 dokter umum. Juga telah diberangkatkan 10 perawat dan 2 bidan. Kecuali team dokter tersebut dikirim pula seorang ahli epidemiologis dan seorang dokter yang telah mempunyai pengalaman internasional dalam urusan pengungsi di Timur Tengah.

Pihak PMI telah mengirim 2 team kesehatan lapangan (masing 1 dokter, 2 perawat dan 2 tenaga sukarela PMI), obat2an, alat2 kedokteran, susu bubuk, 10 ribu potong pakaian, dll.

Menteri Kesehatan Siwabessy melaporkan tentang perlunya peningkatan pelayanan kesehatan khususnya penyakit mendesak yang banyak terjadi di kalangan masyarakat, misalnya seranganjantung dan perdarahan otak. Untuk itu di setiap Propinsi diperlukan dokter ahli penyakit dalam dan ahli bedah. Sedang di Jogya, Bali, Ujungpandang dan Medan perlu didirikan Unit Pelayanan Kesehatan Intensif mengingat perkembangan daerah itu sebagai daerah pariwisata.

KB: Kesuburan Menurun

Ketua BKKBN Dr. Soewardjono melaporkan di depan sidang bahwa dengan adanya program KB telah terjadi penurunan angka fertilitas (kesuburan) di Jawa Bali sebesar 12 – 14 prosen dibanding pada tahun 1970/1971. Angka kelahiran turun dari 44 atau 45 per seribu menjadi 38 atau 39 per seribu.

Dengan program KB diperkirakan tingkat kelahiran di Jawa Bali akan menurun menjadi 50% pada tahun 1990 dibanding dengan 1970/1971. Sampai September 1975 untuk Jawa, Bali dan 10 propinsi di luar Jawa tercatat sebanyak 6,3 juta peserta KB baru. (DTS)

Sumber: SUARA KARYA (24/09/1975)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 680-687.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.