PRESIDEN AKAN BUKA KONGRES BAHASA INDONESIA

PRESIDEN AKAN BUKA KONGRES BAHASA INDONESIA

 

 

Jakarta, Angkatan Bersenjata

Presiden Soeharto menurut rencana akan membuka Kongres Bahasa Indonesia V di Istana Negara tanggal 29 Oktober 1988. Kongres ini berlangsung sampai tanggal 2 Nopember diikuti para ahli bahasa Indonesia dan undangan lain termasuk dari luar negeri. Menteri P & K Fuad Hassan mengatakan itu kepada wartawan setelah bersama Menko Kesra Soepardjo Rustam diterima oleh Presiden Soeharto Kamis pagi di Bina Graha.

Peserta dari luar negeri itu tercatat antara lain, Amerika Serikat, Italia, Inggris, Jerman, Belanda, Perancis, Korea Selatan, Selandia Baru, Jepang, Australia dan RRC.

Sedangkan dari kalangan Asean akan hadir dari Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.

Diharapkan Kongres akan mampu melahirkan tata bahasa Indonesia baku, dimana sejak Kongres I tahun 1938 hal tersebut telah ditekankan. Bahkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II dan III pada tahun 1954 dan 1978 pentingnya kita mempunyai tata bahasa Indonesia baku lebih mendapat sorotan. Namun nyatanya sampai kini belum terwujud.

Selain itu Kongres diharapkan mampu menghasilkan kamus besar bahasa Indonesia. Menurut menteri kedua hal tersebut akan dikoordinasikan oleh Lembaga Pusat Pengembangan Bahasa.

Kongres bertujuan untuk memantapkan bahasa Indonesia sehubungan dengan peranannya untuk memperlancar usaha pencerdasan bangsa, sarana pemantapan pembangunan dan ketahanan nasional, serta sebagai jembatan tercapainya kesejahteraan sosial yang adil dan merata.

Bertemakan “Menjunjung Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan dalam Konteks Pembangunan Nasional,” Kongres kali ini merupakan kelanjutan dari kongres sebelumnya tahun 1983 juga di Jakarta. Kongres kali ini berlangsung di Hotel Kartika Chandra.

Kepada Kepala Negara di laporkan pula keputusan Unesco tentang penetapan tahun 1988 sampai tahun 1987 sebagai dasawarsa pengembangan kebudayaan. Untuk panitia tingkat nasional Indonesia disetujui Menko Kesra Soepardjo Rustam sebagai ketuanya.

 

 

Mendidik

Menjawab pertanyaan wartawan tentang sering terdengarnya murid sekolah yang tersangkut pada tindakan kriminalitas, Menteri Fuad Hassan mengatakan fungsi sekolah sebenamya lebih banyak dititik beratkan pada segi pengajaran, bukan pendidikan.

Di dalam keluargalah sebenarnya fungsi pendidikan lebih banyak diajarkan. Misalnya bagaimana cara yang baik menerima tamu, cara makan yang baik dan sebagainya. “Jadi saya tidak sepenuhnya setuju kalau dikatakan murid sekolah yang demikian karena kesalahan sekolah,” kata menteri.

Lebih Ianjut dimintakan agar masyarakat lebih obyektif dalam menilai aktivitas kaum remaja khususnya para siswa. Sebab menurut Fuad Hassan sebetulnya masih jauh lebih banyak murid sekolah yang berprestasi dan melakukan hal-hal yang positif dan berguna bagi masyarakat dari pada mereka yang berbuat jelek.

Namun yang menjadi berita dan sorotan masyarakat memang lebih sering yang jeleknya, dari pada yang baik. Yang berbuat jelek itu hanya sedikit, dibandingkan dengan jutaan anak didik yang berbuat baik.

 

 

Sumber : ANGKATAN BERSENJATA (14/10/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 665-657.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.