PRESIDEN BERTOLAK KE AS

PRESIDEN BERTOLAK KE AS

 

 

Jakarta, Kompas

Presiden dan Ny. Tien Soeharto Senin malam bertolak ke AS untuk menerima Penghargaan Kependudukan dari PBB serta mengadakan pembicaraan dengan Presiden George Bush di Washington. Di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Presiden dan Ny. Tien Soeharto dilepas Wapres Sudharmono.

Dalam perjalanan menuju Markas Besar PBB di New York, Presiden dan rombongan·singgah dan bermalam di Geneva, Swiss, untuk penyesuaian iklim. “Di Geneva, Presiden akan beristirahat penuh, tidak menerima tamu dari mana pun. Begitu pula ketika kembali ke Geneva dari Washington,” kata Mensesneg Moerdiono kepada pers di kantornya, Senin pagi.

Penerimaan penghargaan itu juga bertepatan waktunya dengan HUT Presiden ke-68. ”Tidak ada acara khusus yang diadakan di New York untuk memperingati hari ulang tahun itu, selain penerimaan anugerah dari PBB,” kata Moerdiono.

Setelah menerima penghargaan, Kepala Negara akan mengadakan pertemuan dengan masyarakat Indonesia di New York. Pertemuan serupa juga akan dilakukan di Washington setelah pembicaraan dengan Presiden Bush di Gedung Putih.

Moerdiono pernah mengatakan, pembicaraan Presiden Soeharto dengan Bush akan meliputi aspek bilateral, regional dan internasional. Namun sebuah sumber memperkirakan, masalah ekonomi merupakan salah satu topik penting yang akan dikemukakan Presiden Soeharto. Antara lain menyangkut inisiatif AS untuk membantu negara-negara yang memiliki utang luar negeri, atau dikenal dengan Rencana Brady.

Dalarn pertemuan tahunan Bank Pembangunan Asia (ADB) di Beijing bulan lalu, Indonesia mengharapkan agar para donatur seperti AS juga memperhatikan negara kreditor yang selama ini taat mengangsur utangnya, seperti Indonesia sendiri.

Presiden dan rombongan, antara lain Menlu Ali Alatas dan Mensesneg Moerdiono, dijadwalkan tiba kembali di Tanah Air 12 Juni pagi.

 

Masuki Musim Panas

Sementara itu wartawan Kompas Threes Nio melaporkan, jika Pak Harto dan rombongan datang di New York pekan ini, kota New York sudah mulai memasuki musim panas. Matahari bersinar cerah, diselingi hujan dan suhu naik-turun yang masih menandai peralihan musim.

Namun musim dingin yang menggigit tulang sudah lama lewat, dan sebentar lagi akan tiba musim panas yang menyengat otak. New York memang kota yang penuh hal-hal ekstrem: sangat dingin dalam musim dingin, sangat panas dalam musim panas.

Namun Pak Harto tiba pada saat yang baik. Musim panas adalah masa yang terbaik untuk melihat kota New York. Musim panas di New York adalah musim keramaian: musik, pesta, pawai, parade, parneran, pasar jalanan tak ada hari Minggu lewat tanpa keramaian.

Dan tak ada kota di dunia yang mempersembahkan begitu banyak tontonan gratis untuk umum. Setiap lingkungan dan setiap kelompok tidak ingin ketinggalan mulai dari pusat musik Lincoln Center sampai kepada himpunan pemilik toko dijalan tertentu menyelenggarakan acaranya sendiri.

Seminggu yang lalu misalnya, ada Second Avenue Street Fair. Hari Minggu sebelumnya ada Memorial Day Parade. Sebelum itu ada pesta musik di Central Park, pesta masyarakat Amerika keturunan Turki, dan festival makanan intemasional yang menutup jalan sepanjang 20 blok. Demikian acara penuh sepanjang rnusim panas, dengan puncaknya pada hari kemerdekaan AS tanggal 4 Juli, dan makin habis setelah pesta buku di sepanjang Fifth Avenue bulan September.

Pesta jalanan seperti ini adalah untuk setiap orang yang kaya, yang miskin, yang pangkat, yang gelandangan, bercampur baur bersukaria. Menikmati musik, menikmati makanan, atau menikmati barang bekas. Penduduk New York senang barang bekas. Mejakursi bekas disebut “antik”, pakaian bekas dinaikkan pangkatnyamenjadi vintage, arloji bekas dinamakan preowned, dan piringan hitam bekas disebut golden oldies.

Sayang Pak Harto dan Ibu Tien tidak dapat ikut menikmati semuanya ini. Namun mudah-mudahan dari dalam mobil mereka masih dapat melihat sedikit dari kota New York yang sebenarnya. Dan mudah-mudahan dari jendela Hotel Plaza mereka dapat melihat ujung hijau dari pohon-pohon di Central Park, dan kereta kuda untuk wisatawan yang banyak nampak di muka hotel. Pak Harto dan rombongan tidak jadi tinggal di Hotel Waldotf Astoria, karena di lantai hotel yang menurut rencana akan ditempati Pak Harto, ada beberapa kamar sedang diperbaiki sehingga dari segi keamanan kurang dapat diterima.

 

Kegemaran Lain

Kegemaran lain dari penduduk New York di samping juga menyaksikan regu base ball kesayangan mereka The New York Yankees -adalah belanja ke toko, terutama pada waktu obral. Kata sale mempunyai daya tarik istimewa bagi wanita-wanita di New York, dan tidak ada kota di dunia yang lebih banyak mengadakan sale dari pada New York. Setiap hari raya dan setiap kesempatan digunakan untuk mengadakan sale obral. “Obral Pemilu”, “Obral 4 Juli”, “Obral Hari Jadi Washington” Dan jika tidak ada kesempatan tertentu, maka dibuat sendiri obral khusus: “Obral Sehari”, “Obral Tiga Hari”, “Obral Super”

New York memang surga untuk belanja, yang menyediakan kesempatan belanja luas bagi orang dengan kemampuan kantung yang berbeda. Istri Adnan Kashogi, jutawan Arab Saudi yang sekarang dikurung di penjara Swiss, pemah masuk ke Saks Fifth Avenue dan membelanjakan 1 juta dollar AS lebih. Namun PM Mahathir dari Malaysia pernah masuk ke Macy ‘s (yang jauh lebih murah dari pada Saks) dan marah­marah kepada stafnya mengapa ia dibawa ke toko yang begitu “mahal”.

Sayang Ibu Tien tidak akan belanja ke toko selama berada di New York. Toko­toko besar yang dihubungi mulai dari Trump Tower milik pengusaha terkenal Donald Trump, sampai ke Saks Fifth Avenue, Bergdorf Goodman , Bloomingdale s dan Diamond Center semuanya dengan gembira bersedia menerima Ibu Tien. Namun Ibu Tien menolak acara belanja ini.

Tak banyak kesempatan kecuali acara di PBB, Pak Harto dan Ibu Tien dalam kunjungan resminya yang pertama kali ke New York kali ini, memang tidak mempunyai banyak kesempatan untuk melihat kota New York. Acara Pak Harto di luar PBB hanya bertemu dengan Wali Kota New York Edward-Koch dan beramah-tamah dengan masyarakat Indonesia.

Hanya itu saja. Pak Harto bahkan menolak untuk dirayakan hari ulang tahunnya yang jatuh pada waktu ia berada di New York. Untuk Pak Harto sebenarnya sudah dipersiapkan acara bermain golf di sebuah lapangan golf yang terkenal sangat indah. Dan Kamar Dagang Amerika-Indonesia sudah merencanakan sebuah suvenir, berupa bola golf dan handuk mini mungil. Namun Pak Harto kabamya memutuskan untuk tidak bermain golf-ataupun tenis.Demikian pula ada rencana untuk naik kapal pesiar di sekeliling Pulau Manhattan, tidak jadi dilaksanakan.

Acara untuk Ibu Tien sampai tulisan ini diturunkan, juga belum ada kepastian. Untuk Ibu Tien semula dipersiapkan beberap a acara seperti melihat pusat yayasan jantung, meninjau museum metropolitan yang mempunyai bagian Irian Jaya dan Asmat sumbangan dari keluarga Rockefeller yang anaknya tewas di Irian Jaya.

Namun acara­acara ini pun dibatalkan. Yang menurut rencana akan dilakukan adalah meninjau kebun bun ga di Bronx, di mana sebuah bunga baru yang belum diberi nama akan dipersembahkan kepada Ibu Tien. Namun karena keputusan datangnya terlambat, pihak kebun bunga sudah tidak sanggup lagi menerima kunjungan.

Sebagai gantinya, Ibu Tien kemungkinan besar akan mengunjun gi Westbury Garden di Pulau Long Island, yang merupak an sebuah kebun pribadi yang terbuka untuk umum dan sebenarnya lebih indah dari pada kebun yang semula akan dikunjungi.

Sayang sekali Pak Harto dan Ibu Tien tidak mempunyai kesempatan untuk mengenal dan menikmati kota New York yang sebenarnya Penduduk New York menganggap kotanya bukan hanya sebagai ibu kota dunia saja, melainkan juga sebagai kota yang segalanya harus dilukiskan dalam superlatif.

Jika seorang penduduk New York mengatakan: “This is New York City”, itu artinya “apa pun dapat terjadi di sini”. Jadi jangan heran, kalau menemui kejadian yang aneh yang di tempat lain tidak mungkin terjadi, ini adalah kota New York di mana segala sesuatu dapat terjadi. Wanita yang sedang jogging di Central Park, dapat diperkosa beramai-ramai oleh serombongan anak-anak berusia 13 dan 14 tahun. Orang yang lewat dapat tewas karena peluru nyasar. Dan orang gelandangan dapat menang lotere dan menjadi jutawan. Segala sesuatu dapat terjadi di New York, dan tidak ada lagi yang membosankan di New York.

Orang luar biasanya menganggap penduduk New York dingin, tidak ramah seperti penduduk California, acuh serta tidak peduli terhadap orang lain, dan hidup hanya untuk mencari uang. Sebenarnya, kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang kesepian yang tidak mempunyai banyak waktu untuk memelihara persahabatan dekat, setiap hari harus menghadapi tekanan hidup di kota besar, dan setiap saat dapat dijambret, dirampok, atau bahkan dibunuh.

Akan tetapi di dalamnya, penduduk New York adalah manusia biasa. Mereka mencintai kotanya, bangga bahwa New York menjadi pusat dunia. Mereka bangga mempunyai Wall Street yang mengendalikan uang didunia, mempunyai Broadway yang merupakan pusat pertunjukan musikal di dunia, mempunyai patung Liberty. Dan mereka senang melakukan hal-hal yang khasNew York, seperti makan pizza dengan tangan.

 

 

Sumber : KOMPAS (06/06/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 177-181.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.