PRESIDEN DI JAWA TENGAH DAN TIMUR “POLITIK EKONOMI KITA MASIH BERKISAR PADA ISI PERUT”

PRESIDEN DI JAWA TENGAH DAN TIMUR “POLITIK EKONOMI KITA MASIH BERKISAR PADA ISI PERUT” [1]

 

Yogyakarta, Indonesia Raya

Kebijaksanaan kita dalam pengadaan beras untuk mencukupi stock beras nasional guna menjaga stabilitas harga bermaksud pula untuk tetap melindungi si petani sebagai produsen beras sekaligus sebagai konsumennya. Pengalaman masa lampau menunjukkan si petani menjadi bahan permainan para tengkulak; pada waktu panen, beras mereka dibeli dengan harga sangat rendah, diwaktu mereka membutuhkan mereka membeli di toko2 dengan harga sangat tinggi demikian dikatakan Presiden Soeharto Jumat malam di Gedung Agung Yogyakarta, ketika memberikan briefing dihadapan Muspida Tk. I Jateng & D.I. Yogya, para Wedana se-Jateng & Yogyakarta. Presiden didampingi oleh Gubernur Jateng, Munadi dan Wk. Kep. D.I. Yogya Sri Pakualam.

Ekonomi Isi Perut

Ketika menyinggung politik ekonomi nasional kita dibandingkan dengan politik negara2 yang sudah maju. Presiden mengatakan bahwa politik ekonomi nasional kita ini pada hakekatnya masih berkisar pada politik ekonomi “isi perut”.

Artinya menurut Presiden Soeharto kebijaksanaan ekonomi kita masih sangat membutuhkan pangan sebagai hal yang pokok, baru menyusul kebutuhan sandang dan papan (perumahan). Sedang pada negara2 yang sudah maju disamping pangan mereka sudah bisa mencukupi kebutuhan2 sampingan lainnya.

Stabilitas Harga

Berbagai masalah pengadaan pangan dan stabilitas harga, Presiden mengatakan bahwa kestabilan harga menjadi tujuan kebijaksanaan pemerintah Indonesia, sebab stabilitas harga beras mempunyai peranan yang sangat penting terhadap harga barang2 lain. Apabila stabilitas tsb. terganggu, akan menjadi kasus politik, mengganggu ketertiban dan keamanan umum dan selanjutnya akan mengganggu stabilitas nasional. Dan kalau stabilitas nasional terganggu, pembangunan yang sedang kita kerjakan akan terhambat pula.

Badan Usaha Unit Desa (BUUD) dan Koperasi Unit Desa (KUD) dikatakan oleh Presiden Soeharto sebagai badan pengadaan pangan di desa2 yang sekarang dikembangkan bukan bersifat sementara, tetapi akan dikembangkan lebih lanjut, disempurnakan sehingga nantinya BUUD dan KUD merupakan unit ekonomi pedesaan terkecil yang mampu menampung pengadaan beras.

Sederhana

Dalam brefing yang memakan waktu satu jam lebih, dan dimulai pukul 19.30 Presiden menyinggung pula bahwa sebenarnya rakyat Indonesia ini sangat sederhana Penghidupannya. Yang dikejar rakyat bukan kemewahan yang berlebih2an, tetapi hanya menginginkan cukup pangan. Yang mereka minta bukan perumahan yang mewah, bukan pakaian atau sandang yang bagus2 tetapi pakaian dari bahan yang sederhana saja.

Akhirnya ketika menyinggung peranan kepala Daerah dikatakan oleh Presiden bahwa seorang kepala Daerah tidak saja harus menguasai masalah administrasi, tetapi harus serba bisa, artinya menguasai masalah kebutuhan rakyat, mengetahui masalah pertanian, irigasi, ekonomi dll. Hari Jumat, Kepala Negara secara Incognito telah meninjau dan berwawancara dengan petani dan petugas2 BUUD serta pamong setempat di kecamatan2 Kartosuro, Delanggu Sleman dan Bantul.

Sabtu pagi, Presiden dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur. Setelah meninjau pula beberapa Unit Desa, kemudian mengadakan briefing serupa di pendopo Kabupaten Nganjuk kepada lebih dari 6.000 orang yang terdiri dari unsur Muspida tingkat I dan II anggauta DPRD, Bupati, Camat, Lurah, Pengurus BUUD dan KUD se-Jatim Sabtu siang. (DTS)

Sumber: INDONESIA RAYA (14/05/1973)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 203-204.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.