PRESIDEN: GUBERNUR JANGAN RAGU MEMADUKAN PROYEK DIDAERAHNYA

PRESIDEN: GUBERNUR JANGAN RAGU MEMADUKAN PROYEK DIDAERAHNYA

 

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto hari Rabu menekankan agar para gubernur tidak boleh ragu mengkordinasi dan memadukan berbagai proyek pembangunan di daerahnya, baik itu proyek sektoral (APBN), proyek berbantuan luar negeri maupun proyek daerah (APBD) sendiri.

Dalam petunjuknya kepada Gubernur Sulawesi Tenggara, H. Alala, di Bina Graha Jakarta Rabu, Kepala Negara menyebut keterpaduan sebagai kunci keberhasilan pembangunan daerah. “Undanglah semua pihak yang terkait, agar bisa memaksimalkan pemanfaatan potensi yang ada di daerah bersangkutan secara efisien,” kata Gubernur Alala mengulang ucapan Presiden. Selama lebih dari setengah jam Gubernur Alala melaporkan hasil-hasil pembangunan di daerahnya yang difokuskan pada pengembangan desa terpadu melalui operasi Gerakan Desa Makmur Merata.

Berkat upaya pembangunan itu, katanya, Sultra banyak mencatat kemajuan antara lain terlihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi propinsi itu yang rata-rata 7,4 persen/tahun selama Repelita IV. Pemerataan pembangunan pun semakin baik. Jumlah desa swa-sembada sampai akhir Repelita IV sudah rnencapai 75 persen, dengan pertumbuhan rata-rata 12,12 persen/tahun. Namun ia mengakui, pengembangan desa­desa di wilayah pantai dan kepulauan masih ketinggalan dibanding desa-desa di wilayah daratan.

Dalam hubungan itu Presiden mengisyaratkan bahwa dua-pertiga wilayah Indonesia adalah perairan laut sehingga sudah selayaknya Bangsa Indonesia menggarap dan memanfaatkan secara lebih intensif potensi laut. Kepada wartawan, Alala menjelaskan bahwa pembangunan pelabuhan perikanan samudera di Kendari akan selesai akhir tahun ini. Proyek yang dibantu Bank Dunia sebesar 68 juta dolar AS itu, katanya, sudah banyak diminati investor.

“Sudah ada sembilan perusahaan, empat di antaranya dari Jepang, yang sudah mendaftar akan membangun fasilitas perikanan di pelabuhan itu,” ujar gubernur.

Sulawesi Tenggara adalah suatu propinsi yang langsung menghadap Laut Banda, salah satu perairan di dunia yang disebut paling kaya ikan dan hasil laut lain.

Alala juga mengungkapkan adanya proyek-proyek Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN ) di daerahnya yang meliputi bidang pembuatan kapal ikan, pengalengan hasil laut, ruang pendingin serta peternakan udang.

Sultra juga sedang giat mengembangkan tanaman coklat, yang dalam lima tahun mendatang arealnya akan mencapai 10.000 ha. ”Tahun ini ditargetkan penanaman satu juta pohon coklat,” katanya.

Ditanya tentang nasib pusat pengumpulan dan pengolahan rotan di Kendari yang diresmikan Presiden empat tahun lalu namun selama ini tak berfungsi baik, Gubernur Alala mengatakan, pusat itu akan dihidupkan lagi dan ditangani oleh Asosiasi Pengusaha Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo).

“Ketua Asmindo Bob Hasan sudah mengatakan rencana itu pada saya.” ”Mengapa selama ini pusat itu tak berfungsi?”, kejar pers. “Tanya saja Departemen Koperasi, barangkali soal pendekatan atau manajemen,” jawab gubernur. Ia yakin, pengembangan rotan di daerahnya akan berjalan lancar setelah Pemerintah melarang ekspor rotan mentah dan menggalakkan pengolahan rotan di dalam negeri serta mendorong ekspor produk rotan. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu daerah penghasil rotan terbesar di Indonesia, setelah Kalimantan dan Sumatera.

 

 

Sumber : ANTARA (17/05/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 413-414.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.