PRESIDEN HARAPKAN USAHAWAN2 ASING LEBIH BANYAK MENANAM MODAL DI INDONESIA

PRESIDEN HARAPKAN USAHAWAN2 ASING LEBIH BANYAK MENANAM MODAL DI INDONESIA

. Terutama Dalam Masa Pelita II [1]

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto mengharap usahawan2 asing lebih banyak menanamkan modal di Indonesia, terutama dalam masa Pelita II nanti. Sebab banyak proyek2 industri besar yang akan digarap, dan masih banyaknya sumber2 alam yang harus dieksploitir. Penyelesaian proyek2 itu memerlukan sedikitnya modal dua milyar dollar AS.

“Jadi akan sangat besar artinya bila tuan2 melihat, menilai dan ikut mempercepat pembangunan Indonesia, dalam rangka kerjasama berdasar Undang2 Penanaman Modal Asing”.

Demikian Presiden ketika menerima delegasi pimpinan 52 perusahaan swasta besar AS di Istana Negara Sabtu siang.

Presiden menunjukkan contoh proyek2 industri Pelita II nanti, seperti proyek Asahan yang akan mengolah aluminium. Proyek ini memerlukan 500 juta dollar. Kemudian proyek nikel di Irian Jaya,juga memerlukan modal 500 juta dollar AS. Proyek pemanfaatan tenaga gas alam minta sekitar 900 juta sampai 1.000 juta dollar AS. Proyek ini penting bagi penggerak industri2 dan sekaligus mengurangi bahaya polusi.

Kemudian proyek2 industri perkayuan, yang harus dikembangkan sehingga dapat menghasilkan pulp, kertas, plywood dan sebagainya. Sebab Indonesia yang diperkirakan setahunnya dapat mengeksploitir 70 juta M3 kayu, sampai kini baru dapat menghasilkan kayu dalam bentuk log atau gelondongan saja. Juga proyek tembaga di Irian Jaya masih memerlukan modal ratusan juta. Sebab proyek Freeport itu baru mampu mengekspor tembaga dalam bentuk konsentrat atau lumpurnya saja. Dan tak kalah pentingnya adalah modal untuk transport dan komunikasi, mengingat keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari 3.000 pulau, demikian Presiden.

Presiden menjelaskan pada tamu-tamu itu, bahwa UU PMA di Indonesia didasarkan pada keuntungan kedua pihak. Yang jelas, Indonesia tidak ingin mengorbankan kepentingan nasionalnya. Pembangunan tidak ditujukan untuk kota­-kota besar dan industri megah-megah saja.

Sebaiknya pembangunan-pembangunan itu semuanya harus dapat memberi perbaikan taraf hidup rakyat banyak, mengingat rakyat lama telah menderita akibat penjajahan dan masa-masa revolusi.

Sebagai bukti, ia menunjukkan bagaimana pembangunan dimulai dari pelosok, dari daerah-daerah. “Dan semuanya akan berhasil baik, jika pihak-pihak swasta, termasuk asing ikut serta,” katanya. Presiden menawarkan, bahwa masalah-masalah tehnis mengenai penanaman modal itu bisa dibicarakan lebih lanjut dengan pihak Panitia PMA dan Departemen-departemen yang bersangkutan.

Presiden mengakui, bahwa dalam UU PMA disana sini masih ada beberapa hal yang belum disempurnakan.

“Tapi undang-undang itu adalah untuk menjamin keuntungan bersama bagi kedua pihak,” demikian Presiden.

Perundingan Dua Jam

Sebelum bertemu Presiden, para tokoh usahawan swasta AS itu mengadakan pembicaraan dua jam dengan para Menteri bidang ekonomi dan keuangan serta pihak PMA. Pembicaraan itu untuk menjajagi prospek-prospek ekonomi jangka panjang di Indonesia dan iklim penanaman modal asing. Delegasi swasta AS itu mewakili banyak bidang, dari pengangkutan, industri ringan, berat sampai perbankan.

Indonesia Beri Kesempatan Baik

Rombongan pengusaha Swasta, yang menjadi tamu Menteri Perhubungan Emil Salim itu, Minggu kemarin meninggalkan Indonesia menuju Kualalumpur. Dalam jumpa pers di Kemayoran, William J. Bird yang mewakili rekan-rekannya mengatakan, bahwa kedatangan rombongannya ke Jakarta adalah untuk membicarakan cara-cara penanaman modal dan pengembangan ekonomi. Mereka merasa mendapat sambutan wajar dari Pemerintah Indonesia, yang ingin mengajukan unsur perhubungan untuk kemajuan ekonomi rakyat Indonesia.

Katanya pula bidang perhubungan baru mulai berkembang di Indonesia. Ia akan menyampaikan kepada pengusaha-pengusaha Amerika, bahwa Indonesia merupakan daerah yang baik untuk mengembangkan modal. Lagi pula Indonesia memberi kesempatan baik. (DTS)

Sumber: KOMPAS (09/04/1973)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 182-184.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.