PRESIDEN : HINDARI GEJOLAK AGAR BAN GSA TIDAK ALAMI KEMUNDURAN[1]
Jakarta, Suara Karya
Dalam usia 50 tahun, Indonesia sebagai bangsa yang majemuk tidak terlepas dari kerawanan bergejolak. Oleh karena itu Presiden Soeharto minta kepada masyarakat menghindari serta menyelesaikan berbagai gejolak agar bangsa Indonesia tidak mengalami kemunduran secara menyeluruh.
“Kita harus mengerahkan sebagian pikiran, tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan serta mencegah berulangnya kejadian serupa di masa datang.” kata Presiden di Jakarta, Minggu malam (31/12) dalam pidato akhir tahun.
Presiden mengatakan, dari waktu ke waktu gejolak-gejolak lokal telah terjadi di berbagai penjuru tanah air, termasuk dalam tahun 1995.
“Apa pun alasannya, ekonomi, sosial, budaya, agama ataupun politik, setiap gejolak yang terjadi, jelas merupakan langkah mundur bagi bangsa kita secara menyeluruh.” kata Kepala Negara.
Presiden mengemukakan, tidaklah mudah mendirikan, memelihara dan membangun sebuah negara nasional pada sebuah bangsa seperti Indonesia yang rakyatnya amat majemuk.
“Pengalaman menunjukkan bahwa di dalam masyarakat yang majemuk, tetap terkandung bibit-bibit kerawanan besar dan kecil, yang bila tidak kita tangani dengan baik maka dapat menimbulkan gejolak.” katanya.
“Oleh karena itulah, setiap hari, setiap bulan, atau setiap tahun yang dilewati bangsa ini tanpa gejolak maka peristiwa itu merupakan prestasi nasional yang harus disyukuri dan dipelihara.” ujar Presiden.
Meski kemajemukan di antara bangsa Indonesia membuka peluang terhadap terjadinya berbagai kerawanan ataupun gejolak, Presiden menyebutkan, kemajemukan itu di lain pihak juga merupakan potensi besar bagi kemajuan bangsa dan negara ini. Jika sebagian masyarakat masih menghadapi berbagai kendala untuk sementara waktu, maka masih cukup banyak lapisan masyarakat lain yang mampu dan siap memelihara laju momentum pembangunan nasional.
“Oleh karena itu, dengan tetap menyadari adanya kerawanan dalam kemajemukan itu, kita harus siap mendayagunakan segi positif dari kemajemukan itu sendiri.” kata Presiden.
Menjelaskan situasi politik dalam negeri Presiden mengemukakan, dinamika politik terasa tinggi. Gagasan-gagasan baru muncul dan suasana keterbukaan makin berkembang.
“Yang perlu dijaga bersama adalah agar semua itujangan sampai terlepas dari kendali. Untuk itu, marilah semua berpegang teguh pada Pancasila, UUD 45 dan GBHN serta menjunjung tinggi kepentingan nasional danpersatuan di antara kita.” kata Kepala Negara.
Memanas
Menyinggung situasi ekonomi nasional Presiden menyimpulkan yang umumnya cukup membesarkan hati.
“Masalah yang dihadapi bukan bagaimana memacu pertumbuhannya, tetapijustru menjaga jangan sampai laju pertumbuhan yang tinggi itu membuat perekonomian kita memanas.” kata Kepala Negara.
Pemerintah mulai mengambillangkah-langkah untuk mendinginkan mesin perekonomian agar pada saatnya nanti dapat dipacu lebih kencang lagi.
Selama tahun 1995, laju pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan di atas angka 7,1 persen. Sementara itu, sekalipun laju inflasi bisa ditekan sehingga sekitar 8,64 persen, tingkat inflasi itu masih harus tetap diwaspadai.
Mengenai hubungan ekonomi dengan negara-negara lain, khususnya dengan sesama anggota ASEAN dan APEC, Kepala Negara mengatakan, bangsa ini menghadapi dua hal secara sekaligus, yaitu peluang dan tantangan.
Peluang akan muncul karena nanti mulai tahun 2010, pasar negara-negara maju harus terbuka Iebar bagi berbagai produk Indonesia. Sementara itu mulai tahun 2020, Indonesia harus mulai membuka dirinya lebar-lebar bagi masuknya barang dari negara negara industri maju.
“Ini berarti di masa datang, kita mempunyai peluang dan sekaligus menghadapi tantangan. Satu-satunya jawaban yang harus kita berikan adalah meningkatkan daya saing nasional melalui efisiensi nasional,” kata Presiden.
Efisiensi
“Menurut Presiden, selain wajib meningkatkan efisiensi nasional, maka yang perlu dilakukan adalah meningkatkan sumber daya manusia. Dalam hal ini, kita telah membuat tonggak sejarah yang besar yaitu penerbangan perdana pesawat N-250 buatan putra-putri Indonesia sendiri dalam tahun ke-50 Indonesia merdeka.” kata Presiden.
Khusus mengenai HUT Republik Indonesia yang ke-50 itu, Kepala Negara menyampaikan rasa gembiranya karena suasana suka-ria, gembira dan bergairah terasa dimana-mana serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
“Kita syukuri nikmat kemerdekaan yang kita peroleh. Kita perkuat akar-akar kerakyatan Republik ini.Kita juga merenungkan masa depan yang akan kita tempuh.” demikian Presiden.
Selama setengah abad ini, bangsa Indonesia telah berhasil melewati berbagai macam ujian dengan selamat.
“Dengan bekal rengalaman masa lampau, dengan kekuatan nasional yang telah kita kembangkan selama ini, dengan penuh kewaspadaan dan persatuan di antara kita, maka kita percaya bahwa kita pasti berhasil menghadapi ujian di tahun-tahun yang akan datang.” kata Presiden kepada seluruh bangsa Indonesia.
Sumber : SUARA KARYA (02/01/1996)
________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVIII (1996), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal 3-4.