PRESIDEN : KALAU BELUM MAMPU, JANGAN MALU-MALU PAKAI PELATIH LUAR NEGERI
Presiden Soeharto mengatakan, kalau kita memang belum mampu jangan malu-malu memakai pelatih dari luar negeri karena harus diakui mereka masih lebih maju dari kita.
Hal itu dikatakan sewaktu menerima pimpinan KONI Pusat di Bina Graha Senin pagi. Pimpinan KONI yang diterima Presiden itu terdiri dari Ketua Umum Sri Sultan Hamengku Buwono IX, wakil Ketua Umum I Surono, Ketua bidang pembinaan Gatot Suwagyo dan Ketua bidang daerah Rivai Harahap.
Setelah selesai pertemuan, Surono mengatakan kepada wartawan pimpinan KONI menghadap presiden untuk melaporkan hasil-hasil yang diperoleh Indonesia dalam SEA Games ke-13 yang berlangsung di Bangkok tanggal 8 sampai 17 Desember yang lalu.
”Kali ini kita tidak berhasil jadi juara umum. Yang jadi juara umum tahun ini adalah Muangthai dengan 93 medali emas. Sedang Indonesia hanya memperoleh 62 medali emas”, ujar Surono.
Presiden katanya, memberi tanggapan bahwa di bidang olahraga itu siapa yang berprestasi lebih tinggi akan mendapat hasil yang lebih tinggi pula.
“Berarti kita tidak menjadi juara umum karena ada kekurangan-kekurangan dan kekurangan-kekurangan itu hendaknya dipelajari untuk menghadapi SEA Games September 1987 yang akan datang yang kebetulan berlangsung di Indonesia”.
Ditanya apa penyebab kekalahan Indonesia, Surono menjawab “Banyak sekali masalah”. Ia menguraikan “motivasi dan persiapan kita sangat baik, Tetapi karena kita terus menang selama ini dan dianggap biasa-biasa saja. Ternyata persiapan dan motivasi Muangthai jauh lebih baik sehingga mereka mencapai hasil yang lebih tinggi”.
Pelatih
Mengenai Pelatih luar negeri menurut Surono banyak sekali dan tidak hanya di bidang sepak bola saja dari negara mana pelatih itu akan didatangkan tentu dilihat dari juara-juara dunia yang dikeluarkan oleh negara itu.
Misalnya saja pelatih sepak bola tentu harus dari Amerika Latin atau Jerman Barat, senam dari Hongaria, tenis meja dari RRC.
Tetapi harus dilihat lagi kemungkinan-kemungkinan sebab kita tidak punya hubungan diplomatik dengan RRC sehingga harus ada masalah bagi pembinaan dan pelaksanaan olahraga.
Menurut catatan “SH” beberapa cabang olahraga dalam rangka menghadapi SEA Games XIII yang baru lalu telah menggunakan pelatih asing Antara lain judo, polo air. Di samping itu masih banyak cabang olahraga lainnya yang melatih para atletnya di luar negeri, seperti tenis, renang dan senam.
Beberapa cabang olahraga juga mengalami peningkatan prestasi selama dilatih pelatih asing tersebut. Cabang olahraga angkat besi yang pada SEA Games XII/1983 di Singapura masih ditangani pelatih asing, merupakan penyumbang medali emas terbanyak bagi kontingen Indonesia.
Namun prestasi agak menurut pada SEA Games XIII/1985 di Bangkok setelah cabang olahraga tersebut tidak lagi di tangani pelatih asing.
Ketua Harian KONI Pusat D. Suprayogi dalam suatu wawancara dengan “SH” di Bangkok beberapa waktu yang lalu menyatakan bahwa Indonesia masih memerlukan adanya pelatih luar negeri untuk menangani beberapa cabang olahraga.
“Jalan lain adalah kita harus mengirimkan atlet kita untuk berlatih di luar negeri. Namun pengiriman atlet tadi harus disertai pelatih, agar sang pelatih juga bisa menimba pengetahuan di luar negeri” ujar Suprayogi ketika itu.
Mengenai pertanyaan pengurus KONI yang akan mengundurkan diri seperti dimuat diberbagai surat kabar beberapa waktu lalu, Surono mengatakan, pengunduran diri dan masa jabatan pengurus KONI diatur oleh Musyawarah Olahraga Nasional.
Lagi pula, tambah Surono, pengunduran diri tidak menyelesaikan masalah dan yang ada bukan pengunduran diri tetapi adalah pernyataan sikap. (RA)
…
Jakarta, Sinar Harapan
Sumber : SINAR HARAPAN (06/01/1986)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 609-611.