PRESIDEN: KEGIATAN PENDIDIKAN MASIH JAUH DARI YANG DIHARAPKAN
Jakarta, Suara Karya
Presiden Soeharto menyatakan Islam adalah agama yang sangat mementingkan amal dan kerja, karena itu Islam bukanlah agama teori, melainkan agama praktek.
“Islam mementingkan laku dari pada angan-angan. Oleh karena itu ajaran-ajaran Islam tidak cukup hanya dipelajari dan hanya mempunyai arti kalau diwujudkan dalam peri kehidupan kita sehari-hari,” kata Kepala Negara dalam sambutannya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, Minggu malam.
Presiden lebih lanjut mengingatkan, Islam menekankan agar umat mempersiapkan generasi masa depan yang tangguh dan kuat, sehingga mampu mandiri. Ini berarti Islam sangat menekankan segi kualitas para penganutnya.
Menurut Presiden, dengan memberikan penekanan pada segi kualitas manusia, jelas bahwa pembangunan bangsa Indonesia menempatkan manusia sebagai titik sentral.
Dikemukakan, agama Islam dengan tegas mengajarkan bahwa manusia mempunyai harkat dan martabat yang sangat luhur, karena itu melalui pembangunan diupayakan untuk mengangkat harkat dan martabat tersebut.
Pada kesempatan itu Kepala Negara juga mengingatkan bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan berbagai kemampuan, namun hendaknya disadari bahwa kemampuan tersebut harus dikembangkan. “Disinilah terletak arti penting proses pendidikan. Untuk kesekian kalinya, saya meminta perhatian dari kita semua agar mencurahkan upaya yang lebih besar lagi dalam bidang pendidikan, sebab pada akhirnya peningkatan kualitas manusia dapat dilepaskan dari kegiatan pendidikan,” kata Presiden.
Masih Jauh
Kepala Negara menyatakan, kegiatan pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang didambakan. Masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, karena itu perlu berpikir dan bekerja keras untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan tersebut.
Dengan segala kekurangan dan kelemahan yang ada, kata Presiden, umat Islam khususnya dan umat-umat beragama lainnya telah berusaha menyelenggarakan berbagai lembaga pendidikan. Semuanya itu merupakan langkah-langkah positif yang patut disyukuri. “Semuanya itu merupakan persiapan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang akan mampu menjawab tantangan zamannya,” ujar Presiden.
Diingatkan lebih lanjut, bangsa Indonesia perlu mengadakan penilaian sejauh mana keberhasilan pelaksanaan pembangunan hingga tahun-tahun terakhir Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun pertama. Kita hams berani melihat kenyataan, faktor apa saja yang menunjang dan menghambat gerak pembangunan itu. Menurut Kepala Negara, hanya dengan sikap mawas diri kita akan lebih siap menghadapi tantangan masa depan.
Presiden menilai, dunia yang berkembang maju ternyata membawa akibat-akibat sampingan yang tidak menggembirakan. Islam mengajarkan kepada umatnya agar mengejar kemajuan, tetapi sebagian dunia Islam masih tertinggal dalam dunia yang terus maju. Agama Islam juga mengajarkan agar menjadi umat yang kuat dan bersatu, tetapi kaum muslimin masih belurn juga menjadi umat yang kuat dan bersatu.
Sumber : SUARA KARYA (02/10/1990)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 367-369.