ULAMA SUPAYA MEMBANGUN UMAT YANG BERKUALITAS TINGGI

ULAMA SUPAYA MEMBANGUN UMAT YANG BERKUALITAS TINGGI

 

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto mengajak para ulama untuk membangun umat yang berkualitas tinggi sebagai khaira ummah. Menurut Presiden, kehidupan kaum muslimin di seluruh dunia masih jauh dari julukan terhormat itu. Dunia Islam pada umumnya masih jauh ketinggalan di banding dengan negara-negara yang sudah maju.

Ajakan itu disampaikan Kepala Negara dihadapan sekitar 300 tokoh Islam ketika membuka Munas IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Istana Negara, Kamis pagi.

Pada bagian lain sambutannya, Kepala Negara juga mengajak para ulama dan tokoh-tokoh agama lainnya untuk lebih memberikan perhatian pada pembinaan remaja Indonesia agar kelak menjadi generasi yang lebih sederajat dengan bangsa lain dalam dunia yang ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang luar biasa.

Kita tidak ingin mereka menjadi bangsa pinggiran tertinggal dan terbelakang menjadi mangsa bangsa-bangsa lain. Kita tidak ingin mereka menjadi generasi yang maju tanpa kehilangan kepribadian sebagai bangsa dan sebagai umat.

Diingatkan era tinggal landas yang akan menjadi era kebangkitan Nasional kedua nanti memerlukan peranan yang besar dari para ulama dan pemuka agama. Sebab agama mempunyai tempat dan peranan yang sangat penting dalam masyarakat Pancasila yang di cita-citakan. Karena itu Presiden menyambut gembira tema Munas IV MUI ini.Yakni meningkatkan Kualitas Umat dan Kerja Keras untuk menyongsong Era Tinggal Landas Pembangunan.

Menumt Kepala Negara, pengembangan peranan agama dalam masyarakat Pancasila pertama-tama memerlukan kesadaran bahwa masyarakat Indonesia masyarakat majemuk. Semua umat beragama dalam negara ini perlu mengembangkan kehidupan beragama sebaik­baiknya. Semua umat beragama harus merasa nyaman dalam masyarakat Pancasila ini. Pengembangan kehidupan beragama tidak boleh menjadikan ancaman satu sama lain.

Karena itu kita hams ada tenggang rasa antara yang satu dengan yang lain, harus tetap dipelihara dan ditingkatkan kemkunan hidup diantara umat berbagai agama. Dengan semangat Pancasila kita hendaknya selalu memelihara kebersamaan sebagai bangsa. Karena hanya dengan kebersamaan itu menurut Presiden cita-cita nasional akan berhasil diwujudkan.

 

Hambatan Non Muslim

Menanggapi pidato Presiden Soeharto, Ketua MUI KH Hasan Bisri mengatakan kepada Kompas, ulama selama ini sudah berusaha keras untuk menjadikan umat Islam Indonesia sebagai Khaira Ummah. Sebagai umat yang beriman bertakwa dan bermoral tinggi.

“Hal sempa juga sudah dilakukan terhadap remaja, seperti juga yang dikemukakan oleh Presiden, jelas menjadi tugas ulama untuk membina para remaja yang mempakan pemimpin pada generasi mendatang sehagai khaira ummah,” kata KH. Hasan Bisri. Caranya dengan melalui pendidikan dakwah dan iklim yang Islami.

Tugas dan cara itu sudah dilakukan MUI pada masa kepemimpinan lima tahun lalu, dan katanya akan tetap dilanjutkan pada lima tahun mendatang.

Apakah hamhatannya datang dari non muslim? tanya Kompas. “Saya yakin tidak,” tegas KH. Hasan Bisri.

KH. Hasan Bisri percaya hahwa usaha-usaha yang dilakukan oleh para ulama terhadap umat Islam dan para remajanya adalah untuk kemaslahatan bangsa Indonesia sendiri.

“Sehingga bila umat Islam hangsa Indonesia menjadi umat yang beriman, bertakwa dan bermoral tinggi pasti juga akan hermanfaat hagi umat non muslim pula. Karena itu saya tidak yakin hahwa hambatan datang dari pihak non muslim,” katanya.

Ia juga menyinggung. adanya program antar umat beragama Indonesia yang kesemuanya·adalah untuk kemaslahatan bangsa Indonesia keseluruhan, itu adalah karena curiga saja sifatnya temporer. Dan setelah mendapat penjelasan, biasanya menjadi lancar kemhali, tamhahnya“Bila demikian , dimanakah letak hamhatannya?” tanya Kompas lagi. Itu adalah karena belum tercapainya kesamaan dalam program dari umat Islam sendiri, katanya.

KH. Hasan Bisri menyatakan tidak keheratan bila umat Islam terkotak-kotak dalam organisasi Islam, asalkan program bagi mewujudkan umat yang berkualitas tinggi sehagai khaira ummat tetap sama.

“Dan itulah tugas MUI untuk menyamakan program menciptakan umat Islam yang beriman, bertakwa dan bermoral tinggi,” demikian KH. Hasan Bisri.

 

Sikap Agama

Menteri Dalam Negeri dalam ceramahnya di depan peserta Munas IV di Hotel Sahid, hari Kamis (24/08) kemarin, mengatakan sikap agama terhadap perubahan-perubahan sosial bukanlah dengan menutup diri, apalagi kembali ke keadaan tempo dulu. “Sikap yang demikian bukan jalan untuk memecahkan masalah-masalah zaman ini”, katanya.

Ditambahkan kita tidak akan dapat menyelamatkan agama dengan mengunci pintu menutup jendela dan mengharapkan banjir perubahan­perubahan sosial akan pergi begitu saja.

Menurut hemat saya, kata Rudini, agama hanya dan j ustru akan mempertahankan diri sendiri. Kita menghadapi perubahan sosial dengan

“Para ulama jangan melindungi masyarakatnya dengan pagar-pagar tinggi. Melainkan mesti mempersiapkan mereka supaya mempertahankan iman dan dengan berpartisipasi dalam dunia yang bergejolak itu,” kata Mendagripositif. Justru agamalah yang mesti mepelopori masyarakat terbuka.

 

Transmigrasi

Sementara itu pada malam harinya, Menteri Transmigrasi Sugiarto mengharapkan agar para ulama melalui dai-dainya ikut memberikan motivasi dan bimbingan kepada para calon transmigrasi maupun transmigran. Bimbingan kepada transmigran sangat diperlukan agar para transmigran tak putus asa ketika batas pemberian jaminan hidup bangsa.

“Saat habisnya jaminan hidup adalah saat yang kritis bagi para transmigran. Kalau tanpa bimbingan dan dukungan mental sangat dimungkinkan para transmigran meninggalkan daerah transmigran,” ujar Sugiarto. Untuk daerah kering para transmigran mendapatkan jaminan hidup selama satu tahun sedang untuk daerah basah atau pasang surut mendapat jaminan hidup selama 1,5 tahun.

Dikatakan Sugiarto, target pemberangkatan transmigran pada Pelita V adalah 550.000 kepalakeluarga (KK), jumlah ini lebih kecil dari pada Pelita IV yang memberangkatkan 750 KK. Pengurangan ini, menurut Sugiarto, karena pada Pelita V masih harus menanggung biaya pembinaan untuk peningkatan fisik .1000 lokasi transmigrasi. “Lebih baik meningkatkan kualitas fisik terlebih dahulu agar para transmigran mampu mandiri dan berswadaya,” kata Mentran.

Adanya kegagalan para transmigran yang menempati lahan yang tidak subur, menurut Sugiarto, karena proyek transmigrasi harus mengejar target tertentu. Dan lagi, lanjut Sugiarto, usulan lokasi transmigrasi dilakukan oleh daerah tingkat II. “Lahan tak memenuhi syarat tapi tetap harus terbuka untuk mengejar target,” kata Sugiarto

 

Tugas Berat

Sedang Ketua Dewan Pertimbangan MUI/Menteri Agama Munawir Sjadzali mengatakan, MUI merupakan jembatan antara pemerintah dan rakyat menghadapi tugas berat. MUI diharapkan berfungsi sebagai penerjemah kebijaksanaan pemerintah dengan bahasa agama sekaligus sebagai penyambung lidah aspirasi masyarakat. “Ini bukan tugas yang gampang,” kata Munawir.

Di ambang era informasi yang demikian gencar, Munawir juga mengingatkan agar ulama dapat memperkuat ketahanan keimanan. Dia juga mengharapkan agar para ulama tak hanya menerima keadaan dan hanya aktif bereaksi tetapi juga harus mampu mengantisipasi keadaan. “Keberanian berpikir yang tak lepas dari komitmen kepada Islam sangat diperlukan,” kata Menag.

 

 

Sumber : KOMPAS (24/08/1990)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 362-367.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.