PRESIDEN: KETAHANAN NASIONAL KONSEP MENYELURUH DAN DINAMIS
Jakarta, Suara Pembaharuan
Presiden Soeharto mengatakan, ketahanan nasional perlu dipupuk secara terusmenerus untuk memungkinkan berlangsungnya pembangunan nasional. Dan sekaligus agar dapat dielakkan secara efektif segala macam hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan yang mungkin muncul baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri.
“Bagi kami bangsa Indonesia, ketahanan nasional merupakan konsep yang menyeluruh dan dinarnis, mencakup bidang yang sangat luas dan meliputi segala aspek kehidupan bangsa dan negara,” Presiden mengatakan ketika menerima para peserta ASEAN Seminar On Regional Resilience I, Senin pagi di Bina Graha.
Kata Presiden, ketahanan nasional berlandaskan pada kemantapan dan keserasian di dalam perkembangan seluruh segi kehidupan masyarakat bangsa dan negara. “Pada hakikatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya dalam menuju kejayaan bangsa dan negara,” tegas Presiden.
Kepada peserta seminar itu, Presiden mengatakan lebih lanjut, pertahanan keamanan memang merupakan komponen-komponen ketahanan nasional yang penting karena kelangsungan hidup dan kesinambungan pembangunan nasional mutlak memerlukan pengamanan kehidupan bangsa dan negara dari segala macam hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan.
Pakta Militer
Tapi, kata Presiden, pertahanan dan keamanan telah dikembangkan dalam konsep yang lebih luas dan lebih dinamis dari sekadar pertahanan saja atau sekadar keamanan saja. “Itulah sebabnya Indonesia memandang bahwa terwujudnya ketahanan regional tidak perlu disertai dengan pakta-pakta militer,” kata Presiden.
Ditegaskan, pada tingkat regional, prioritas politik luar negeri Indonesia tertuju pada pembinaan dan pengembangan ASEAN yang makin hari makin kuat dan akan terns diperkuat.
Menurut Presiden, masing-masing negara ASEAN telah sepakat untuk memberikan sumbangannya secara aktif, positif dan konstruktif dalam rangka memelihara, memantapkan dan mengembangkan ketahanan nasional serta ketahanan regional.
Sebelum Presiden Soeharto memberikan sambutan terlebih dahulu Gubernur Lemhanas Mayjen Subiyakto memberikan laporan bahwa “ASEAN Seminar on Regional Resilience I” berlangsung sejak 12 Januari sampai 1 Maret yang akan datang dengan jumlah peserta 38 orang yang berasal dari negara-negara anggota ASEAN.
Kegiatan seminar ini katanya, mendengarkan ceramah-ceramah sebagai masukan yang diberikan oleh Staf Ahli Lemhanas, Menlu dan Mendagri serta duta besar negaranegara anggota ASEAN.
Sumber : SUARA PEMBAHARUAN (20/02/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 508-509.