PRESIDEN :
MASYARAKAT PEDESAAN JANGAN ‘NGOYO’
Presiden Soeharto mengingatkan masyarakat dan tokoh pedesaan agar mereka tidak ngoyo atau memaksakan diri untuk meniru prestasi desa lain yang kebetulan ditonjolkan dalam siaran pedesaan di televisi atau radio.
“Jangan berpikiran kalau di sana bisa, di sini juga harus bisa” kata Presiden ketika menerima para pimpinan kelompok-kelompok pendengar radio, pembaca surat kabar dan pirsawan TV (kelompencapir) terbaik dari berbagai daerah, Minggu di peternakan Tri-S Tapos, Bogor.
Dia menjelaskan, siaran pedesaan memang antara lain untuk memberi gambaran tentang keberhasilan atau kemajuan sesuatu desa sehingga dapat ditiru oleh desa lain.
“Namun tidak perlu ngoyo,” artinya tidak perlu memforsir diri harus meniru apa yang ditonjolkan,” ujarnya.
Setiap desa hendaknya menilai terlebih dahulu situasi dan kondisi desanya sebelum meniru prestasi atau keberhasilan desa lain. Kalau sesuai boleh meniru, tapi kalau tidak ya jangan dipaksa, demikian Presiden.
Fungsi Kelompencapir adalah untuk lebih menyebarluaskan informasi petunjuk, berita atau program pemerintah yang mereka dapat dari media elektronika maupun media cetak.
Presiden mengatakan, masih ada yang meragukan seolah-olah program pemerintah dicekokkan begitu saja kepada masyarakat desa. Padahal kenyataannya tidak.
Rakyat di pedesaan, menurut Presiden, kini sudah mampu menangkap kemudian mendiskusikan program dan menerapkannya sesuai dengan situasi serta kondisi daerahnya masing-masing.
“Ini sangat membahagiakan dan saya yakin kemajuan dan desa akan ada,” demikian Presiden.
Mulanya Dikritik
Pada awal uraiannya Presiden mengatakan bahwa siaran televisi atau radio dan prasarana telekomunikasi diusahakan menjangkau semua pelosok daerah di Indonesia untuk menyatukan wilayah dan bangsa Indonesia.
Untuk itu pemerintah Orde Baru sejak awal menggunakan satelit komunikasi domestik Palapa yang merupakan teknologi maju dan biayanya mahal. (RA)
…
Jakarta, Prioritas
Sumber : PRIORlTAS (16/03/1987)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 80.