Presiden Membuka Rakornas Ristek VII HARUS PANDAI MEMILIH IPTEK YANG DIPERLUKAN PEMBANGUNAN

Presiden Membuka Rakornas Ristek VII HARUS PANDAI MEMILIH IPTEK YANG DIPERLUKAN PEMBANGUNAN

 

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto mengingatkan, dalam menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia harus pandai-pandai memilih yang diperlukan bagi pembangunan. Penguasaan dan pengembangan teknologi selain memakan waktu juga memakan biaya yang tidak kecil. Karena itu penelitian yang kurang tepat akan merupakan pemborosan.

Hal itu dikemukakan Kepala Negara ketika membuka Rapat Koordinasi Nasional Riset dan Teknologi VII di Istana Negara, hari Selasa.

Menurut Presiden Soeharto, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dewasa ini adalah iptek yang mampu memecahkan permasalahan pembangunan bangsa. Misalnya teknologi yang dapat menghasilkan barang dan jasa yang mampu bersaing dipasaran dunia, serta teknologi yang dapat memadukan kecanggihan dengan kesempatan kerja yang luas.

“Agar dapat mengembangkan dan menguasai teknologi itu, perlu dikuasai teknologi mutakhir dan menggunakannya dengan memperhatikan nilai-nilai budaya bangsa. Tidak semua teknologi yang tepat bagi bangsa-bangsa lain akan sama tepatnya jika kita terapkan di tengah-tengah pembangunan bangsa kita,” tambah Kepala Negara.

 

Transformasi Teknologi

Presiden menegaskan, penerapan teknologi perlu disesuaikan dengan nilai budaya dan kebutuhan pembangunan dalam setiap tahap. Teknologi dari luar tidak selamanya dapat diterapkan, melainkan harus melalui transformasi teknologi. Transformasi itu perlu direncanakan secara sadar dan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab agar dapat dikembangkan sesuai kebutuhan pembangunan.

Transformasi teknologi mencakup penguasaan teknologi, perbaikan proses, inovasi dan penelitian dasar yang mendukungnya. Hal ini memerlukan gerak yang terpadu dari para pengguna teknologi, lembaga penelitian dan pengembangan baik milik pemerintah, swasta maupun perguruan tinggi.

Dalam hal ini Kepala Negara menekankan bahwa keterpaduan program akan menjamin terlaksananya transformasi teknologi dengan sebaik-baiknya. “Sebab kegiatan yang terpisah-pisah dan tidak ada kaitannya satu dan lainnya juga mendatangkan keborosan,” tambahnya.

Presiden mengingatkan pula, peran swasta dalam Repelita V dalam pembangunan akan makin besar. Karena itu diharapkan agar swasta selain bertindak-sebagai pengguna teknologi, juga dapat mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan iptek. “Ikut sertanya pihak swasta jelas akan makin meningkatkan pengembangan penelitian, yang pada gilirannya akan dapat memecahkan berbagai masalah pembangunan dan menumbuhkan inovasi teknologi,” demikian Presiden Soeharto.

 

Interaksi Positif

Sementara itu, Menristek Ketua BPPT Prof B.J. Habibie dalam laporannya mengatakan , berbeda dengan rakornas-rakornas ristek sebelumnya yang hanya melibatkan lembaga ristek pemerintah, rakomas kali ini juga melibatkan lembaga ristek perguruan tinggi, BUMN, koperasi dan pihak swasta. Dengan demikian diharapkan dalam rakornas terjadi interaksi positif antara penghasil ristek dan pengguna hasil ristek.

Tema rakomas, “Optimasi Sumber Daya Ristek Nasional dalam Memantapkan Kerangka Landasan Pembangunan “. Hasil rakomas diharapkan memberi informasi mengenai potensi sumber daya ristek nasional, menetapkan kebijaksanaan dan implementasi ristek, serta merumuskan program ristek secara terpadu, mencakup pengembangan dan penerapannya dalam pembangunan.

Menurut Habibie, topik pembahasan dalam rakornas yang diikuti sekitar 250 peserta itu adalah ristek agro industri, industri rekayasa. industri energi, industri elektronika dan komunikasi , industri transportasi, serta ristek industri jasa.

Di lain pihak dalam acara rakoma s hari pertama, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Sotion Ardjanggi, menyebutkan saat ini masih banyak hasil penelitian yang belum bisa diserap industri. Selain belum adanya jembatan antara pihak peneliti dengan industri, kegiatan penelitian yang bersifat inovatif pun masih rendah di Indonesia. “Terbukti dari permintaan hak paten dalam negeri yang masih sangat sedikit,” tambah Sotion.

Sebagai pihak swasta Sotion mengharap, badan penelitian dan pengembangan berjalan bahu membahu dengan dunia usaha dan industri, terutama industri kecil dan menengah.“Untuk itu, diperlukan program bersama yang jelas dan konkret,” katanya.

Harapan Sotion didukung Menteri Perindustrian,Hartarto, yang menyarankan tiga hal untuk meningkatkan kualitas dan daya saing barang-barang Indonesia. “Koordinasi perlu karena banyaknya pusat-pusat penelitian, terutama untuk mencari prospek dan memantapkan penguasaan pasar,” katanya.

Lebih lanjut Hartarto menyebutkan, badan litbang perlu membuat alat-alat yang kecil dan sederhana untuk pertanian agar bisa menguasai pasar dalam negeri, baru kemudian menembus pasar dunia. “Iklim investasi pun harus baik untuk mendukung penguasaan teknologi proses yang didukung rancang bangun dalam negeri,” jelasnya.

 

 

Sumber : KOMPAS (22/02/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 722-724.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.