PRESIDEN MENGANJURKAN KEPRIHATINAN

PRESIDEN MENGANJURKAN KEPRIHATINAN

Tajuk Rencana :

 

 

Selasa tanggal 7 Januari yang baru lalu, Presiden Soeharto mengucapkan amanatnya dihadapan sidang pairpurna DPR RI di Senayan, Jakarta, dengan menyapaikan pidato pengantar nota keuangan dan RAPBN 1986/1987.

Tidak ada hal-hal yang luar biasa yang ditonjolkan. Presiden menganjurkan supaya kita tetap sederhan dalam segala tindak-tanduk sehari-hari dan dalam pelaksanaan manajemen.

Dalam menanggapi pidato Presiden yang menyangkut perihal pemeliharaan, Wakil Ketua DPR Hardjatmo Sumodisastro menganjurkan agar biaya raker (rapat kerja) dan jamuan makan yang berlebihan yang disampaikan Kepala Negara, jelas sesuai dengan kondisi obyektif dan realistik.

Senin malam, sebelum menyampaikan agar diadakan garakan-gerakan penyederhanan dalam arti yang sebaik-baiknya, yang menyangkut pelaksanaan effesiensi yang rasionalistik dalam segala bidang.

Masyarakat pun pasti menyambut dengan hati lega jaminan Menko Ekuin bahwa harga BBM tidak akan naik. Akan tetapi rakyat banyak yang hidup pas-pasan, sangat mengharapkan juga jangan ada kenaikkan apapun yang laindi luar harga BBM. Karena seperti kita harapkan dalam tajuk ini beberapa hari yang lalu, kenaikan yang bagaimanapun bentuknya sangat tidak populer sekarang ini.

Presiden Soeharto meminta kepada semua aparatur, semua pejabat dan semua pegawai negeri agar memahami sedalam-dalamnya keprihatinan kita dalam tahu-tahun yang akan datang.

Belanja barang yang berkurang jangan sampai mengurangi mutu pelayanan pemerintah kepada masyarakat, tidak mengurangi pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan tidak akanmengurangi pemeliharaan hasil-hasil pembangunan.

Pada saat yang sulit inilah semua pejabat dan pegawai mendapatkan kesempatan yang sebaik-baiknya untuk menunjukkan diri sebagai abdi masyarakat yang bertanggung jawab, Demikian Kepala Negara.

Keprihatinan yang dimaksud Presiden, menurut hemat kita semua, sama sekali bukanlah kesengsaraan. Dibanding dengan negara-negara berkembang lainnya, kita termasuk salah satu negara yang cukup makmur, walaupun tingkat kemakmuran kita belum sesingkat seperti yang telah dicapai nagara-negara yang di bidang ekonomi tergolong maju.

Tidak ada penderita-penderita kelaparan seperti yang kita lihat di Afrika dan di negara-negara lain, walaupun sebagian besar rakyat kita masih hidup pas-pasan.

Air cukup, hasil bumi cukup, tambang-tambang berlimpah, pabrik-pabrik banyak, tenaga manusia tidak sedikit. Kita Cuma perlu peningkatan otak-otak yang cemerlang untuk dapat meningkatkan kualitas hidup bangsa.

Kita perlu prihatin, tapi kita bukan bangsa kerdil. Kita bangsa pejuang yang berjiwa besar. Sang sejarah sudah berulang kali menguji kita. (RA)

Jakarta, Berita Buana

Sumber : BERITA BUANA (10/01/1986)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 371-372.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.