PRESIDEN MENYERAHKAN HADIAH UPAKARTI KEMBANGKAN SISTEM BAPAK ANGKAT
Jakarta, Kompas
Presiden Soeharto menegaskan, sistem bapak angkat yang semula dikembangkan dalam lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan, sehingga mencakup pula usaha-usaha swasta.
Ketika menyerahkan penghargaan Upakarti di Istana Negara hari Sabtu, Kepala Negara juga mengingatkan, meskipun industri kecil telah mengalami kemajuan yang menggambarkan namun hal itu harus terus ditingkatkan. “GBHN telah menegaskan harus dikembangkannya kerja sama yang sehat antara industri besar, industri menengah dan industri kecil,” tambahnya.
Penghargaan Upakarti diberikan pemerintah sejak tahun 1985 kepada perorangan, kelompok, lembaga, koperasi, dan perusahaan yang telah menunjukkan jasa-jasanya yang besar dalam pengembangan industri kecil. Tujuannya mendorong masyarakat dalam meningkatkan peranannya dalam membina dan mengembangkan industri kecil.
Tahun ini, Penghargaan Upakarti diberikan kepada 15 penerima Jasa Pengabdian dan 33 penerima Jasa Kepeloporan yang tersebar di 16 propinsi.
“Usaha kecil memang mempunyai berbagai kelemahan, namun tidak sedikit yang memiliki dinamika dan keunggulan tertentu yang merupakan kekuatan penting bagi suatu usaha. Kenyataan juga menunjukkan bahwa beberapa di antara perusahaan perusahaan raksasa di dunia yang sekarang terkenal, ada yang pada awalnya dimulai dari usaha kecil,” tutur Presiden.
Membangkitkan Prakarsa
Kepala Negara merasa berbesar hati, di tahun-tahun terakhir ini kemajuan pembangunan yang dicapai di bidang industri sangat dirasakan. Keberhasilan itu ditunjang oleh langkah deregulasi dan debirokratisasi yang diambil beberapa tahun lalu. Deregulasi dan debirokratisasi telah membangkitkan prakarsa masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan usahanya dalam rangka pembangunan. Selain dapat meningkatkan ekspor nonmigas, kebijaksanaan tersebut juga telah mempercepat pembangunan industri, baik industri hulu, antara, maupun industri hilir.
Kemajuan yang dicapai di bidang industri, menurut Presiden, makin meyakinkan bahwa bidang industri tersebut kelak akan mampu menjadi penggerak utama pembangunan nasional.
Presiden juga bersyukur, kemajuan di bidang industri tidak saja terjadi di lingkungan industri besar dan industri menengah tapijuga dialami industri kecil. Hal ini tercermin dari besarnya ekspor hasil industri kecil yang terns meningkat.
“Bahkan dalam tahun 1988 lalu, ekspor barang-barang hasil industri kecil telah menempati urutan kedua di bawah kelompok aneka industri. Hal ini sungguh menggembirakan,” Ujarnya.
Penghargaan Upakarti tahun 1989 ini juga banyak diberikan kepada mereka yang bergerak di luar bidang industri, seperti bidang perdagangan, perhubungan, perhotelan, perkebunan. Hal ini, menurut Kepala Negara, menunjukkan bahwa bidang industri kecil mempunyai kaitan erat dengan bidang-bidang lain. “Hal ini juga menunjukkan bahwa bidang ini dapat bekerja sama saling menguntungkan dengan usaha di bidang bidang lain,” demikian Presiden Soeharto.
Lebih Spesifik
Menteri Perindustrian Hartarto melaporkan, penghargaan Upakarti tahun ini mempunyai makna lebih spesifik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan yang menerima penghargaan tidak hanya bergerak di sektor industri, namun juga mereka yang bergerak di sektor lainnya termasuk usaha koperasi.
Para penerima Upakarti yang dinilai adalah mereka minimal selama tiga tahun berturut-turut berjasa melaksanakan program keterkaitan dalam rangka pembinaan dan pengembangan industri kecil dan kerajinan.
Upakarti Jasa Pengabdian diberikan kepada 15 orang yang atas dasar motivasi dan prakarsa sendiri melakukan pembinaan kepada usaha industri kecil dan kerajinan. Mereka adalah Ny. Ompu Rivai (Sumut), Ny. H. Zahara Sibarani (Sumut), Anggarani Siallagan (Sumut), Ny. Yumi (Sumbar), Soejono (Sumsel), Ny. Mooryati Sudibjo (Jakarta), Asep Abubakar (Jabar), Teguh Sudibyo Noeng (Jateng), Masruri (Jateng), Zaenal Tuyeb (Bali), Ida Bagus Ambara (Bali), Burhan bin Nawi (Kalsel), Rachmadin (Kalbar), Usman Hasan (Sulsel), dan M. Ali Yahri (Sulteng).
Sedangkan Upakarti Jasa Kepeloporan tahun ini diterimakan kepada 22 perusahaan, dua lembaga kelompok, tiga koperasi, dan enam BUMN, yang atas prakarsanya melakukan program keterkaitan dengan industri kecil dan menengah.
Di antara mereka terdapat beberapa perusahaan besar seperti PT. Bogasari Flour Mills yang dinilai berjasa dalam melaksanakan kerja sama kontrak pengadaan kain blacu kantong terigu dengan sentra industri kecil tekstil Majalaya, serta membantu pengadaan bahan baku untuk sentra pengolahan pangan di Jakarta dan Yogyakarta, sehingga dapat menjamin kesinambungan produksi. Upakarti tersebut diserahkan kepada Presdir Bogasari Sudwikatmono.
Selain itu, PT. Bukaka Teknik Utama yang dimotori Fadel Muhammad juga dinilai berjasa meningkatkan keterampilan perajin perlogaman di daerah Bogor dan Klaten melalui bantuan pembinaan teknis pengerjaan logam, serta membagikan pekerjaan dalam pembuatan berbagai komponen. Sementara itu Hari Darmawan dengan Toserba Matahari dinilai berjasa dalam mengalihkan kegiatan produksi serta memperluas pasaran aneka ragam produk kepada industri kecil.
Dari sektor koperasi, Kopinkra Emping Melinjo di Kecamatan Jiput, Pandeglang (Jabar) juga dinilai berjasa dalam mengembangkan semangat dan jiwa kewiraswastaan perajin. Dua koperasi lainnya adalah Koperasi Waru Buana Putra di Sidoarjo (Jatirn), dan Kopinkra Sumber Murni, Samarinda (Kaltirn).
Dari sektor BUMN, PT. Hotel Indonesia Internasional, PT. Kerta Niaga, PT. Perkebunan XVII, PT. Pupuk Kalimantan Timur, PT. Perkebunan III dan Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Sedangkan lembaga pemerintah adalah Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Ambon.
Seusai upacara yang berlangsung khidmat itu, Presiden dan Ny. Tien Soeharto, Wapres dan Ny. EN Sudharmono beramah-tamah dengan para penerima penghargaan. Turut hadir beberapa menteri seperti Menko Ekuin/Wasbang Radius Prawiro dan Menko Kesra Soepardjo Rustam.
Sumber : KOMPAS(17/12/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 374-376.