PRESIDEN MINTA: DEPDAG MENGEMBANGKAN KERJASAMA SWASTA-PEMDA BUAT PRODUK EKSPOR

PRESIDEN MINTA: DEPDAG MENGEMBANGKAN KERJASAMA SWASTA-PEMDA BUAT PRODUK EKSPOR

 

 

Jakarta, Pelita

Presiden Soeharto menyambut baik adanya keterkaitan serta kerjasama yang sangat erat antara swasta, Pemerintah Daerah, dan pihak Departmen Perdagangan untuk memproduksi Komoditi guna menggalakkan ekspor. Bahkan presiden menganjurkan, hal itu perlu dilaksanakan di daerah-daerah lain, dengan melibatkan unsur PKK seperti di Jawa dan Sumatera.

Kepala Negara menyatakan itu kepada Menteri Perdagangan, Dr. Arifin Siregar dan Menmud Perdagangan, Soedrajad Djiwandono, ketika kedua pejabat itu melaporkan beberapa hal yang menyangkut Depdag di kediaman presiden Jl. Cendana, Jakarta , Selasa.

Mengenai keterkaitan antar produksi dagang ekspor tersebut, Arifin Siregar kepada wartawan menyatakan, kepada presiden dilaporkan industri pakaian jadi dari Bali yang beberapa tahun terakhir ini menunjukkan jalinan kerjasama yang sangat kuat antara swasta, Pemda, dan pihak Depdag dalam mengorganisasi produksi itu, serta mengerjakan barang-barang di desa untuk keperluan ekspor.

Arifin Siregar menilai, kerjasama yang sudah terjalin di Bali itu sangat baik, dan ia menyatakan keinginannya untuk mengembangkan di Sumatera Barat, sehingga para pengusaha industri kecil di daerah tersebut bisa menyatu.

 

Imbal-Beli

Menteri Muda Perdagangan juga menjelaskan mengenai perdagangan imbal-beli antara Indonesia-Irak dan Indonesia-Iran.

Presiden Soeharto berpesan, agar dalam hubungan perdagangan imbal-beli itu harus senantiasa diikuti, karena masing-masing komoditi itu harus dilihat realisasinya dan agar disesuaikan dengan pembelian minyak yang kita lakukan.

Hubungan perdagangan imbal-beli tersebut, kata Soedrajad, dalam bentuk pembelian sejumlah minyak mentah dari Irak dan Iran masing-masing 30.000 barel/hari.

 

140 juta Hingga 150 juta Dolar AS

Menmud menjelaskan, selain kita membeli minyak mentah dari kedua negara tersebut, sebaliknya untuk meningkatkan ekspor komoditi non migas, kita melakukan perundingan agar kepada kedua negara itu disyaratkan untuk membeli barang-barang produksi Indonesia.

Akhir November lalu, kita membeli minyak dari Iran senilai 15 juta dolar AS yang pembayarannya dilakukan dalam waktu 3 bulan. Dan dari negara itu, sudah dilakukan kontrak pembelian kertas dan beberapa komoditi lainnya.

Selain itu, kepada presiden juga dilaporkan adanya kunjugan delegasi dari Departemen Perindustrian Irak ke Indonesia yang ingin melihat dari dekat produksi tekstil Indonesia. Menurut Menmud, delegasi Irak itu berkeinginan membeli mesin­ mesin tekstil, seperti yang sudah dihasilkan oleh perusahaan di Indonesia.

Diakui oleh Soedrajad, pengangkutan minyak mentah dari Irak belum dilaksanakan dan diharapkan akhir bulan ini diangkut minyak mentah ke Indonesia sebanyak yang dikirim oleh negara Iran. Dalam hal itu, kontrak dagang yang sudah dilakukan adalah mengenai ekspor besi beton ke Irak sebanyak 50.000 ton seharga 22 juta dolar AS.

“Komoditi lainnya adalah ply-wood dan block board senilai 3,5 juta dolar AS pada kontrak pertama serta masih ada komoditi lainnya. Dalam waktu dekat Irak akan mengirimkan delegasi ke Indonesia untuk melihat komoditi lain, seperti CPO dan teh,” kata Menmud Perdagangan.

 

Tekstil dan Gaplek

Menteri Perdagangan kepada presiden juga melaporkan mengenai kuota ekspor tekstil golongan keempat ke negara-negara MEE serta rencana perundingan­ perundingan serupa, mengenai gaplek.

Mengenai gaplek dijelaskan, kuota yang diberikan oleh negara-negara MEE terhadap Indonesia pada tahun 1987/1988 sebanyak 825 ribu ton yang keseluruhannya hampir bisa dipenuhi. Kendati diakui gaplek yang diekspor itu sebagian di antaranya berasal dari impor.

Selain itu, juga Departemen Pertanian berhasil meyakinkan para petani untuk meningkatkan produksi gaplek dalam negeri dan terus meningkat hasilnya dan dikhawatirkan kuota yang diberikan itu tidak cukup untuk menampung produksi gaplek untuk ekspor, “maka dari itu, kami akan mengirimkan delegasi ke Eropa untuk merundingkan agar kuota 825 ribu ton itu ditingkatkan,” katanya.

Arifin Siregar menganjurkan kepada MEE agar impor gaplek Indonesia disertai surat keterangan asal, hal penting untuk menjelaskan gaplek tersebut berasal dari negara lain, atau dari Indonesia. Dengan demikian kuota yang diberikan kepada Indonesia dapat dimantapkan 100 persen untuk menampung produksi dalam negeri.

Kepada presiden, menteri melaporkan pula pentingnya ditingkatkan perdagangan dan ekonomi pada umumnya dengan MEE karena pada tahun 1992 akan diadakan suatu pasar bersama MEE di Eropa Barat.

Untuk itu, Menteri Perdagangan akan ke Jerman Barat atas undangan pemerintah setempat melihat bentuk-bentuk kerjasama yang dapat lebih dimantapkan.

Salah satu bentuk kerjasama yang ditawarkan Pemerintah Jerman Barat adalah mengenai kota Bremen yang dijadikan suatu tempat untuk memperkenalkan barang­ barang produksi Indonesia bagi negara-negara MEE. Bahkan pemerintah Jerman Barat, menurut Arifin Siregar memberikan fasilitas khusus untuk mendidik pengusaha Indonesia untuk memanfaatkan eksibisi itu.

Kepada Menteri Perdagangan, Kepala Negara berpesan agar dalam masalah peningkatan usaha dagang itu tidak membatasi diri hanya dengan Jerman Barat atau Belanda saja, tapi juga melakukan pendekatan dengan negara-negara MEE lainnya.

 

 

Sumber : PELITA(08/02/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 383-386.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.