PRESIDEN: PANCASILA TIDAK REAKSIONER DAN DOGMATIS[1]
Jakarta, Suara Pembaruan
Presiden Soeharto menegaskan bahwa Pancasila bukanlah filsafat kenegaraan yang kaku, reaksioner dan dogmatis. Pancasila adalah filsafat kenegaraan yang berorientasi ke masa depan, bersifat akomodatif terhadap dinamika, serta mampu mendayagunakan kekuatan yang terkandung dalam kemajemukan masyarakat kita.
Kepala Negara memberikan penegasan itu pada pembukaan Rapat kordinasil Forum Komunikasi dan Konsultasi Antara Departemen Dalam Negeri dan BP-7 Pusat dengan BP-7 Daerah tingkat I dan II serta Direktorat Sosial Politik Daerah tingkat I seluruh Indonesia, Kamis pagi di Istana Negara, Jakarta. Rapat semacam itu dilakukan sekali dalam lima tahun.
Sebagai negara yang sedang membangun, maka tradisi politik dan kehidupan kita bemegara masih sedang tumbuh. “Negara kita membutuhkan ideologi yang selain mantap juga bersifat dinamis”. Dan itulah sebabnya kata Kepala Negara, ia sejak tahun 1985 menyampaikan bahwa sebagai ideologi sesungguhnya Pancasila itu adalah ideologi terbuka.
Nilai-nilai dasarnya yang ditetapkan oleh para pendiri negara adalah tetap, tetapi penjabarannya kita kembangkan bersama secara berkala sesuai dengan dinamika kehidupari masyarakat dan bangsa kita. Adalah jelas, ujar Presiden, bahwa ideologi yang terbuka ini sekaligus dapat memberikan dasar yang kukuh bagi kehidupan kebangsaan, sambil bersamaan dengan itu memberikan peluang untuk tumbuh dan berkembangnya kekuatan-kekuatan baru yang dinamis.
Tempat Dan Peluang
Presiden Soeharto juga menegaskan, di dalam negara Pancasila, setiap golongan mendapatkan tempat dan peluang untuk mengembangkan diri, prakarsa dan kreativitas. “Kita yakin bahwa gerak dinamik bangsa kita bersumber dari, gerak dinamika warga serta dinamika yang kita maksud dengan kedaulatan rakyat”. Peranan Pemerintah, ujar Kepala Negara, adalah seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 .
Jajaran BP-7 pusat dan daerah, katanya, mempunyai peranan yang besar dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan kita membangun bangsa ini dengan mantap dan dinamis. Secara teratur seluruh kesepakatan nasional kita yang berupa hasil-hasil SU MPR segera kita sebarluaskan kepada seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian dalam waktu yang relatif singkat, kita mempunyai gambaran yang jelas mengetahui mengenai arah yang akan ditempuh bersama sebagai bangsa.
Dewasa ini, ujarnya, kita berada pada saat-saat penutup dari pembangunan jangka panjang pertama dan pembangunan jangka panjang kedua bukanlah sekedar pengulangan dari apa yang telah kita kerjakan selama ini. (B-7)
Sumber : SUARA PEMBARUAN (05/08/1993)
_________________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 112-113.