PRESIDEN : PARA PEJABAT JANGAN TUTUP-TUTUPI KEADAAN SEBENARNYA
Presiden Soeharto mengingatkan para pejabat agar tidak menutup-nutupi keadaan sebenamya sehingga memberikan laporan-laporan yang tidak tepat.
Kepala negara mengingatkan hal itu dalam pertemuan tatap muka dengan para pejabat pertanian tingkat pusat, serta dari sembilan daerah dan para gubernurnya di Bina Graha, Kamis siang.
Presiden mengatakan, pertemuan serupa ini baru pertama kali diadakan dengan mendadak mengingat masalah serangan hama wereng coklat di beberapa daerah sudah sangat serius. Selain itu, musim tanam 1986/1987 sudah dekat, sehingga penanggulangan serangan hama wereng coklat perlu segera dilakukan.
Presiden mengingatkan, kalau keadaan yang membahayakan ini tidak segera ditangani maka akan dapat mengancam swasembada beras.
Presiden menyayangkan adanya laporan yang tidak tepat dari daerahdaerah mengenai serangan hama wereng coklat. Mungkin karena takut dinilai konduitenya jelek, sehingga mereka memberi angka laporan yang kecil padahal kenyataannya cukup besar.
“Bagi saya, kalau nutup-nutupi keadaan itu justru yang membuat laporan tidak tepat itulah yang konduitenya jelek,” kata Presiden.
Presiden minta agar hal ini jangan sampai terulang lagi, karena membahayakan kepentingan nasional.
Dalam pertemuan itu, kepala negara yakin swasembada beras masih aman sampai tahun 1987. Walau masih aman, namun setiap keadaan serius yang mengancam produksi beras harus segera ditanggulangi.
Menurut presiden, tahun 1986 penduduk Indonesia mencapai sekitar 167,5 juta jiwa. Kebutuhan beras untuk jumlah penduduk tahun ini lk. 24,5 juta ton, sedangkan produksinya diramalkan 26,71 juta ton sehingga masih ada kelebihan dua juta ton lebih. Belum lagi stok Bulog 2,5 juta ton.
Bahayakan Swasembada
Untuk tahun 1987, jika pertambahan penduduk dua persen, maka jumlah penduduk Indonesia mencapai sekitar 171 juta jiwa.
Kebutuhan berasnya menjadi lk. 25 juta ton, sedangkan produksi beras diperkirakan sama dengan tahun 1986 yakni 26,71 juta ton. Jadi masih ada kelebihan dan swasembada beras masih tercapai, kata Presiden.
Ia mengatakan, serangan hama wereng coklat dewasa ini sudah mencapai areal seluas 50.099 hektar. Tahun lalu hanya 19.641 hektar.
Serangan hama wereng coklat ini kalau tidak ditangani segera, akan sangat potensial ledakannya pada musim tanam 1986/1987, dan ini membahayakan swasembada beras.
Presiden mengatakan, salah satu sebab mengapa hama wereng coklat sempat merajalela karena keadaan yang ditutup-tutupi dan laporan-laporan yang tidak tepat. Selain itu, karena beberapa jenis varietas unggul tahan wereng seperti Cisadane, Krueng Aceh, IR-36 sudah tidak tahan lagi dengan wereng biotipe baru.
Beberapa insektisida juga tidak membunuh wereng, tetapi memusnahkan predator (musuh alam) dari wereng coklat. Karena itu, untuk mengatasi serangan hama wereng coklat ini digunakan strategi baru, misalnya pemakaian varietas-varietas lain dan penggunaan insektisida yang tidak membunuh predator wereng coklat.
Presiden mengatakan/Indonesia yang sudah berhasil swasembada beras harus berusaha mempertahankan swasembada beras itu.
“Kita sudah berhasil meningkatkan produksi beras melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sehingga diakui dunia internasional.”
Ia mengatakan, dengan kemampuan itu Indonesia telah meminjamkan beras kepada Filipina lk. 150.000 ton, Vietnam 100.000 ton. Sekarang ini Vietnam minta lagi 150.000 ton beras Indonesia.
Presiden mengatakan, kita memberikan bantuan pinjaman itu karena kita pernah merasakan bagaimana kita kekurangan pangan dulu.
“Melalui swasembada beras, maka usaha peningkatan kesejahteraan rakyat itu bisa tercapai karena setidak-tidaknya kalau kebutuhan pangan cukup akan menimbulkan rasa aman” demikian Presiden Soeharto.
Pertemuan tatap muka dengan Presiden itu dihadiri Menteri Ekuin Ali Wardhana, Mensesneg Sudhannono, Menteri Pertanian Ahmad Affandi, Menteri Negara Umsan Perencanaan Pembangunan Nasional Sumarlin, Menteri Penerangan Harmoko, Menmuda Seskab Drs Murdiono, Menmuda Urusan Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Wardoyo, sembilan gubernur dari Aceh, sumut, Sumbar, Riau, Sumsel, Jabar, Jateng, DI Yogyakarta dan jawa Timur serta para kakanwil pertanian dan 17 bupati di Jawa. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (17/11/1986)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 452-454.