PRESIDEN: PEREKONOMIAN INDONESIA 1995 MEMANAS [1]
Bangkok, Merdeka
Presiden Soeharto mengungkapkan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1995 ini memanas karena itu perlu direm. Namun, kata Kepala Negara, kendati perekonomian memanas pemerintah telah dan akan mengambil langkah-langkah pengamanan.
“Ternyata mengerem pertumbuhan ekonomi terasa lebih berat daripada mendorongnya maju,” ujar Presiden seperti dikutip Mensesneg Moerdiono di Bangkok kemarin.
Kepala Negara mengemukakan hal itu saat menerima kunjungan kehormatan Perdana Menteri Vietnam Vu Van Kret di Hotel Shangrilla, Bangkok, Thailand, kemarin. Presiden berada di Bangkok untuk menghadiri KTT V ASEAN yang berlangsung hingga hari ini.
Pada pertemuan itu, kata Moerdiono, Kepala Negara secara khusus menjelaskan bahwa dalam proses pembangunan terasa bahwa mendorong ekonomi maju relatif lebih ringan dari pada mengerem laju ekonomi yang tumbuh terlalu cepat.
Kongkretnya, ujar Moerdiono, dalam sejarah pembangunan, Indonesia pernah mengalarni masa-masa perekonornian memanas karena laju pertumbuhan agak tinggi yaitu pada tahun 1987. Mensesneg mengingatkan bahwa beberapa waktu lalu para menteri di bidang ekonomi telah memberi isyarat kepada masyarakat bahwa kita perlu menjalankan perekonornian dengan lebih hati-hati. Selain itu Presiden mengatakan bahwa Indonesia terbuka bagi Vietnam dan negara-negara Dunia Ketiga pada umumnya untuk mempelajari pengalaman pembangunan. “Pelajaran yang ditarik dari Indonesia bukan hanya suksesnya tetapi juga dari ancaman kegagalannya,” ujar Moerdiono mengutip Kepala Negara, seperti dilaporkan wartawan Media Retno Indarti Darunoyo dari Bangkok tadi malam.
Pertemuan Informal
Pada bagian lain, Moerdiono juga menjelaskan bahwa para pemimpinASEAN sepakat melakukan pertemuan internal secepatnya. Hal itu menurut Moerdiono, disepakati dalam jamuan makan malam tidak resmi antara para pemimpin ASEAN Rabu malam (13/12). Para pemimpin ASEAN, demikian Moerdiono, menganggap KTT yang diselenggarakan tiga tahun sekali terlalu lama padahal dinamika yang tetjadi terutama di bidang perekonomian regional maupun dunia pada umumnya demikian cepat.
“Sehingga para pemimpin ASEAN merasa perlu bertemu lebih sering,” katanya.
Untuk itu, ujar Moerdiono, dalam pertemuan informal pertama yang akan diselenggarakan tahun depan, diputuskan Indonesia menjadi tuan rumah. Pertemuan informal itu direncanakan berlangsung di Istana Bogor Desember 1996. Pertemuan informal itu hanya berlangsung satu hari dan tidak ada acara lain serta tidak ada keprotokolan yang ketat. Karena, demikian Moerdiono, tujuan utama adalah untuk bertemu dan bertukar pikiran.
Bebas Nuklir
Sementara itu dalam sambutan pada pembukaan KTT kemarin di Royal Orchid Sheraton, Presiden Soeharto menghirnbau negara-negara pemilik senjata nuklir serta negara-negara lain di luar kawasan ASEAN untuk menghormati Perjanjian Pembentukan Kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara.
Kepala Negara juga meminta negara-negara pemilik senjata nuklir untuk memusnahkan persediaan senjata nuklir mereka sebagairnana digariskan traktat non proliferasi nuklir. “Kita sadar bahwa perdamaian yang dibangun di kawasan ini tidak dapat bertahan lama tanpa adanya perdamaian dan stabilitas di wilayah dunia lain.” tegas Presiden.
KTT V ASEAN yang dimulai kemarin di Bangkok, diawali penyerahan dari ketua lama PM Singapura Goh Chok Tong kepada ketua bam PM Thailand Baahan Silpa Archa. Setelah serah terima itu para pemimpin ASEAN yang kini menjadi tujuh (7) dengan masuknya Vietnam, menyampaikan sambutan diawali Sultan Hasanal Bolkiah dari Brunei Darussalam. (B-211-1)
Sumber: MERDEKA (15/12/1996)
_______________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 322-323.