PRESIDEN: PERLU KEARIFAN MENANGANI MASALAH KEAGAMAAN

PRESIDEN: PERLU KEARIFAN MENANGANI MASALAH KEAGAMAAN [1]

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto perlunya kearifan dan kehati-hatian dalam menangani masalah keagamaan yang sangat peka. Sebab, kesalahan tindakan akan membawa dampak sangat jauh mengingat umat beragama di negeri ini sangat majemuk. “Kita sungguh memerlukan suasana sejuk dalam kehidupan beragama. Ketenangan dalam kehidupan beragama sangat membantu persatuan dan kerukunan bangsa,” kata Kepala Negara saat membuka Munas V Persatuan Tarbiyah Islamiyah,”Munas II Persatuan Wanita Tarbiyah Islamiyah dan Rakernas Ikatan Pemuda Tarbiyah Islamiyah di Istana Negara Jakarta, Selasa (9/8)

Acara pembukaan ini antara lain dihadiri Ketua Umum DPP Golkar Bung Harmoko, Menpera Akbar Tandjung, Ketua Umum DPP Tarbiyah Ismael Hassan serta sekitar 500 peserta Munas dan Rakemas tersebut yang dihadiri para ulama, dai, ustadz maupun guru. Kepala Negara juga mengharapkan agar dakwah dilakukan dengan benar agar tidak menyinggung pihak lain. Dikatakan, agama tidak hanya mengajarkan hilal dan norma yang harus dihayati, tetapi juga bagaimana cara sebaik-baiknya untuk mengajak orang lain menghayati nilai-nilai dan norma norma agama itu.

“AI Quran juga mengajarkan agar kita melakukan dakwah dengan hikmah atau bijaksana dengan mauizah hasanah atau nasihat yang baik. Dan kalau harus beradu argumentasi atau mujadalahmaka itu harus dilakukan dengan cara yang lebih baik,” tutur Presiden.

Petunjuk Al Quran itu, menurut Kepala Negara, perlu dicamkan sebaik-baiknya, terutama oleh mereka yang berkecimpung di bidang dakwah. Dengan demikian, perbedaan paham tidak akan menimbulkan pertentangan. Apalagi dalam kehidupan beragama yang sangat peka.

“Bukankah Nabi kita diberi petunjuk oleh Tuhan agar bersikap Layyinun, lemah lembut, supaya tidak menimbulkan sikap antipati dari masyarakat sekitarnya. Hal ini harus kita ingat baik-baik, sebab kegiatan dakwah tidak hanya berkaitan dengan

pemeliharaan kerukunan hidup antar umat berbagai agama, tetapi juga kerukunan hidup di antara umat seagama,” demikian Kepala Negara.

Pendidikan Bermutu

Presiden juga menekankan, dalam menyongsong dan mengisi masa depan bangsa, Persatuan Tarbiyah Islamiyah hendaknya meningkatkan perhatian dan mengarahkan kemampuannya untuk memajukan pendidikan umat Islam dan pendidikan bangsa umumnya. Dalam kaitan ini, Kepala Negara menyatakan merasa bangga karena Persatuan Tarbiyah Islamiyah telah memiliki banyak lembaga pendidikan dari tingkat TK sampai perguruan tinggi. Namun, Kepala Negara mengingatkan, agar mereka tidak berpuas diri. Harus disadari, ujarnya, bahwa yang penting dalam pendidikan bukan sekadar jumlah lembaga-lembaga pendidikan, tetapi juga mutu pengelolaannya. Sebab, tanpa diimbangi mutu yang memadai, jumlah lembaga pendidikan yang banyak itu tidak banyak artinya. Karena itu, Presiden mengharapkan agar Munas juga memberikan perhatian pada peningkatan mutu lembaga pendidikan itu.

Sumber: KOMPAS ( 18/08/1994)

__________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 609-610.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.