PRESIDEN RESMIKAN 13 PABRIK DAN KAWASAN INDUSTRI MAKASSAR

PRESIDEN RESMIKAN 13 PABRIK DAN KAWASAN INDUSTRI MAKASSAR

 

 

Ujungpandang, Kompas

Cabang-cabang industri yang memiliki daya saing kuat dan dapat menjadi industri andalan Indonesia untuk masa-masa mendatang adalah industri yang mengolah sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui, maupun yang tidak dapat diperbaharui Selain itu, juga industri tekstil, industri perekayasaan dan konstruksi yang memerlukan jam kerja yang besar, serta industri kecil dan kerajinan rakyat.

Demikian antara lain dikemukakan Presiden Soeharto ketika meresmikan PT Kawasan Industri Makassar (Kima), 13 pabrik baru dan perluasan, serta Politeknik Pertanian (Politani) Universitas Hasanuddin yang kesemuanya berlangsung di halaman PT Rotan Sulawesi dalam kompleks PT Kima, Minggu kemarin.

Menurut Kepala Negara, tujuan pembangunan kita ialah agar kelak kita dapat hidup makmur, bahagia dan sejahtera dalam masyarakat yang maju berdasar Pancasila. “Masyarakat yang demikian tidak lain adalah masyarakat industri yang didukung pertanian yang tangguh. Karena itulah kita terus membangun pertanian dan industri,” katanya.

Presiden menjelaskan, dengan langkah-langkah deregulasi, debirokratisasi serta kebijaksanaan-kebijaksanaan lain, usaha membangun industri bertambah pesat. Tidak sedikit pabrik yang kita bangun berorientasi ekspor yang sangat menbantu usaha kita meningkatkan ekspor nonmigas.

“Untuk dapat mempertahankan daya saing industri-industri, kita harus menggunakan teknologi tepat guna, sehingga kita perlukan tenaga-tenaga terampil dalam jumlah yang tidak sedikit. Tanpa dukungan iptek, mustahil kita dapat mempertahankan daya saing produk-produk kita di luar negeri,” demikian Kepala Negara.

Presiden menjelaskan, kita memang telah hidup dalam zaman kemajuan. “Salah satu kunci utama kemajuan adalah penguasaan iptek. Karena itu saya gembira, bahwa pada kesempatan ini saya juga dapat meresmikan gedung-gedung Politani Unhas,” tambahnya.

 

Perindustrian di IBT

Kepala Negara mengatakan, IBT memiliki banyak sumber daya alam. Dengan bantuan tenaga ahli dan terampil, Presiden yakin pengembangan industri di wilayah ini pasti berhasil. “Kenyataan menunjukkan bahwa pabrik-pabrik yang saya resmikan di Sulawesi dan Maluku merupakan industri yang memanfaatkan sumber daya alam daerah. Kita perlu terus mengembangkan lebih pesat lagi industri daerah ini. Hal itu akan meningkatkan kegiatan ekspor pada umumnya, yang pada khususnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Kawasan industri dinilai Kepala Negara sebagai sarana penunjang untuk memacu pembangunan industri dan penanaman modal. Karena itu pembangunan kawasan industri mempunyai fungsi yang strategis. “Kita menyadari pembangunan kawasan industri memerlukan dana yang tidak kecil, disertai perencanaan yang matang dan keahlian. Diperlukan berbagai sarana dan prasarana seperti pelabuhan, jalan, tenaga listrik, air, telepon dan seterusnya,” papar Presiden Soeharto.

Diakuinya bahwa pemerintah tidak mungkin menyediakan semua kawasan industri yang diperlukan. Karena itu pemerintah akan mendorong swasta untuk ikut membangun kawasan-kawasan industri.

Mengomentari pembangunan Politani Unhas, Kepala Negara berkata, “Unhas telah memiliki prasarana pendidikan yang makin baik. Pembangunan IBT dan daerah-daerah lain di tanah air memerlukan tenaga-tenaga pertanian yang terampil, berpengetahuan luas dan mempunyai semangat juang yang tinggi. Kekayaan alam hanya akan bermanfaat jika kita mampu menggalinya. Saya berharap lulusan Politani ini kelak memenuhi harapan dengan memberi sumbangan pengetahuan yang dikuasainya bagi kemajuan dan pembangunan daerah serta pembangunan bangsa kita pada umumnya.”

 

Rp 71 Milyar

Menteri Perindustrian Ir. Hartarto dalam laporannya menjelaskan, bahwa ke-13 pabrik yang diresmikan Presiden terdiri atas tiga yang mengolah hasil hutan berupa rotan, dua industri hasil laut (cold storage), satu industri pengolah hasil perkebunan (minyak goreng kelapa). Serta beberapa industri aneka produk antara lain satu pabrik billet (ingot/besi beton), satu industri kertas gosok, satu industri asesoris pakaian dan sebuah lagi industri paving blok.

Nilai ekspor pabrik-pabrik tersebut untuk tahun 1990 ini adalah 28,15 juta dollar AS yang dari tahun ke tahun akan terus meningkat.

Sedang Dirut PT Rotan Sulawesi Dr H.A Baramuli SH selaku tuan rumah melaporkan bahwa, pabrik-pabrik yang diresmikan menelan investasi sekitar Rp 71 milyar dengan tenaga kerja yang terserap adalah 3.016 orang.

Sementara perusahaannya sendiri merupakan pabrik kelima yang diresmikan Kepala Negara. Bos Poleko Grup itu mengatakan, dengan peresmian PT. Rotan Sulawesi, grupnya kini memiliki 22 pabrik.

PT. Kima dalam pada itu menelan biaya Rp 13,6 milyar dengan area tahap pertama 60 ha dari HGU 203 ha. Tahap kedua segera dilaksanakan mengingat tahap pertama telah terpakai seluruh kawasannya oleh 50 perusahaan industri, 16 di antaranya telah berproduksi dan selainnya dalam tahap konstruksi.

 

Olahragawan Berprestasi

Pada puncak acara Haomas VII yang berlangsung di lapangan Karebosi Ujungpandang, kemarin, Presiden mengatakan, pembibitan olahragawan berprestasi penting. Sebab, prestasi olahraga hanya mungkin kita capai bila kita berhasil dalam pembibitan olahragawan.

“Untuk mengadakan pembibitan olahragawan berprestasi perlu diadakan pemanduan bakat dan memperbanyak pertandingan olahraga. Saya mengajak segenap masyarakat olahraga, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi untuk menggalakkan upaya pembibitan olahragawan berprestasi. Dari upaya ini akan didapatkan atlet yang berpotensi, yang dengan pembinaan yang baik dan benar, dapat menjadi atlet yang berprestasi. Tidak saja di tingkat nasional, melainkan juga di dunia internasional,” kata Kepala Negara. Ia yakin, dari 180 juta penduduk Indonesia, tidak sedikit yang berbakat menjadi atlet-atlet besar.

Presiden mengimbau agar usaha pembibitan atlet jangan kendur hanya karena beberapa cabang oahraga populer sedang menurun, sebab bidang olahraga juga Mengenal pasang surut dan pasang naik.

Dalam kesempatan peringatan Hornas VII tersebut, Presden menyerahkan dan menyematkan Satya Lencana Kebudayaan kepada tiga atlet srikandi panahan yang merebutmedali perak beregu Olimpiade Seoul 1988, yaitu Nurfitriana, Kusuma Wardhani dan Lilies Handayani.

Sementara Moulwi Saelan dianugerahi medali olahraga Adi Manggalia Krida, karena jasa-jasanya dalam pembinaan olahraga, khususnya sepak bola.

Presiden dan rombongan beserta sekitar 100.000 massa yang ada di Lapangan Karebosi dan jalan-jalan sekitnya sempat menyaksikan senam kesegaran jasmani, pencak silat, dan aerobik massal yang disemarakkan konfigurasi siswa-siswi Kotamadya Ujungpandang.

Sebelum Presiden dan Nyonya Tien Soeharto tiba di lapangan, berlangsung demonstrasi terjun payung oleh 40 penerjun, gantole bermotor, aero modelling dan marching band, sementara tari massal anak-anak ganrang bulo mengiringi Presiden memasuki tempat upacara.

 

 

Sumber : KOMPAS (13/09/1990)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 310-314.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.