PRESIDEN : ERA TINGGAL LANDAS HARUS DIISI DENGAN KERJA KERAS

PRESIDEN : ERA TINGGAL LANDAS HARUS DIISI DENGAN KERJA KERAS

 

 

Kendari, Antara

Presiden Soeharto menegaskan, era tinggal landas nanti bukan masa untuk beristirahat tetapi merupakan saat yang harus diisi dengan kerja yang lebih keras lagi, karena berbarengan dengan itu perhatian terhadap pembangunan Indonesia bagian timur juga akan lebih besar.

“Itu berarti tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dan rakyat diwilayah tersebut juga lebih besar dan berat,” kata Kepala Negara ketika bersama Ny. Tien Soeharto meresmikan 152 proyek pembangunan dalam wilayah Sulawesi Tenggara senilai Rp 87,2 milyar lebih di Kendari, hari Senin.

Sejak semula pembangunan, kata Kepala Negara,pemerintah selalu memperhatikan pemerataan ke semua daerah, tetapi sumber-sumber daya yang dapat dikerahkan memang masih serba terbatas dan kemampuan golongan-golongan atau daerah untuk memanfaatkan peluang-peluang yang terbuka juga tidak sama.

Tetapi sekarang, kemampuan bangsa Indonesia secara nasional sudah lebih besar sementara prakarsa dan kreativitas masyarakat juga semakin bangkit.

Oleh karena itu, kata Presiden , pembangunan Indonesia bagian timur perlu mendapat perhatian yang lebih besar dari yang sudah-sudah, dan itu berarti tantangan yang dihadapi pemerintah dan rakyat di wilayah itu juga lebih besar dan lebih berat.

Pemerintah harus meningkatkan kekuatan, peranan dan keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan bangsa Indonesia, kata Presiden dan menambahkan bahwa dalam kaitan itu ia juga menyatakan terkesan terhadap strategi dan pendekatan yang diterapkan Pemda Sulawesi Tenggara.

“Strategi Gerakan Desa Makmur Merata (Gersamata) ini sangat tepat karena sebagian besar bangsa Indonesia tinggal di desa,” kata Presiden Soeharto.

Dikemukakan, sungguh berdosa apabila rakyat di desa-desa tidak merasakan kemajuan yang telah dicapai melalui pembangunan selama ini.

Namun kepada masyarakat juga diingatkan bahwa dengan selesainya pembangunan proyek-proyek itu tidak berarti hasilnya dapat segera dinikmati, karena masyarakat harus memanfaatkan prasarana dan sarana yang sudah tersedia itu sebaik mungkin agar dapat memacu pembangunan dan kemajuan rakyat di daerah tersebut.

Presiden Soeharto mengharapkan, selesainya pembangunan proyek-proyek tersebut yang tentu saja akan disusul dengan pembangunan proyek lain, kiprah dan gairah pembangunan di wilayah Indonesia bagian timur, khususnya Sulawesi Tenggara, akan lebih meningkat lagi.

Melalui strategi dan pendekatan Gersamata, semuanya berharap agar pembangunan di daerah Sulawesi Tenggara benar-benar akan semakin merata dan menggairahkan rakyat dan keikutsertaan mereka itulah yang menentukan kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa.

 

Proyek Pembangunan

Peresmian 152 proyek senilai Rp 87.238.585.921, yang disaksikan oleh sejumlah Menteri Kabinet Pembangunan V dan Gubernur Sultra Ir. H. Alala di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari itu dilakukan secara simbolis dengan menandatangani tiga prasasti proyek.

Proyek itu adalah Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari yang bernilai Rp 10 milyar lebih berasal dari dana APBN dan Bank Pembangunan Asia (ADB), Pabrik Galangan Kapal Bontuni Tirta Mas senilai Rp 6,6 milyar dan Masjid Agung Al-Kautsar Kendari bemilai Rp 2, 1 milyar.

Sementara Ny. Tien Soeharto menandatangani prasasti peresmian proyek pembangunan Taman Ria Anak -anak Kuncup Pertiwi Kendari, yang dibangun dengan biaya keseluruhan Rp 478.503.000.

Selesai meresmikan proyek-proyek tersebut, Presiden Soeharto mengadakan tatap muka dengan sekitar 60 orang petani dan nelayan se-Sulawesi Tenggara di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari.

Presiden dengan sifat kebapakannya yang terbuka dan diselingi humor-humor segar menjawab dan menjelaskan setiap permasalahan yang diajukan oleh para peserta temu wicara, kesemuanya mengenakan pakaian adat setempat, sehingga menjadikan pertemuan tersebut hidup dan segar.

Menurut beberapa peserta yang ditemui seusai tatap muka, mereka menyatakan kepuasannya bisa bertatap muka sekaligus berdialog dengan Kepala Negara, yang merupakan kesempatan paling langka bagi mereka.

“Kami mendapat banyak petunjuk dan dorongan semangat untuk lebih giat lagi membangun daerah kami,” komentarnya.

Dalam kunjungannya di Sulawesi Tenggara tersebut, Senin siang Presiden dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Pulau Buton untuk meninjau tambang aspal setempat.

Gubernur Alala menjelaskan bahwa di pulau itu telah ditemukan 19 singkapan aspal Buton dari lima di antaranya mempunyai arti ekonomis dengan cadangan deposit sekitar 165 juta ton. Jika diproduksi tiap tahun sebesar satu juta ton maka cadangan depositnya baru akan habis setelah 165 tahun. (SA)

 

 

Sumber :KOMPAS (11/09/ 1990)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 307-310.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.