PRESIDEN RESMIKAN PUSAT PRODUKSI TVRI & PROYEK PERUMNAS DILLI

PRESIDEN RESMIKAN PUSAT PRODUKSI TVRI & PROYEK PERUMNAS DILLI

Presiden Soeharto Selasa siang meresmikan gedung Pusat Produksi Televisi Republik Indonesia (TVRI) di Senayan, Jakarta bertepatan dengan HUT ke-20 sekaligus juga meresmikan Proyek I Perumnas di Dilli, Timor Timur.

Upacara yang juga dihadiri oleh Nyonya Tien Suharto, Wakil Presiden dan Nyonya Nelly Adam Malik, Menteri Menteri Kabinet Pembangunan III, Pimpinan­pimpinan Lembaga tinggi Negara semua korps diplomatik itu dapat disaksikan langsung oleh seluruh rakyat Indonesia melalui siaran televisi dan RRI.

Dalam amanatnya Presiden Soeharto mengingatkan bahwa di samping memiliki fungsi untuk mendidik dan menyajikan acara hiburan. TVRI juga berperan untuk menyampaikan kecepatan informasi yang setiap hari bisa diikuti melalui siaran berita atau pun laporan pembangunan.

"Dalam hal ini saya ingin menekankan pentingnya peningkatan secara terus menerus siaran pedesaan," tegas Presiden.

Diakui bahwa siaran TVRI dan RRI dalam menyajikan siaran pedesaan telah banyak dirasakan peranannya oleh masyarakat yang sebagian besar justru tinggal di daerah pedesaan.

Melalui siaran itu, kita semua mengetahui kemajuan yang telah dicapai oleh setiap daerah, kita juga makin menyadari betapa besar tantangan yang dihadapi dalam pembangunan.

Dikatakan, karena masalah nasional yang terbesar dewasa ini dan juga untuk jangka panjang adalah masalah pembangunan, maka menyebarluaskan gagasan gagasan dan masalah-masalah pembangunan adalah tugas media massa, terutama TVRI.

Menurut Kepala Negara, pemberitaan dan ulasan yang disiarkan hendaknya dapat memberi inspirasi dan dorongan kepada masyarakat untuk lebih giat melaksanakan pembangunan.

Ditegaskan bahwa mulai Repelita Ill dan juga untuk Repelita-Repelita selanjutnya, usaha pemerataan menuju keadilan sosial diberi takaran yang makin besar.

Tenaga Indonesia

Presiden mengungkapkan jika 2 tahun lalu ketika masyarakat Indonesia untuk pertama kali menyaksikan siaran TVRI, hanya dimiliki dua buah stasiun penyiaran yaitu di Jakarta dan Yogyakarta. Tapi, pada tahun ini telah dimiliki sembilan buah stasiun penyiaran yang dilengkapi dengan stasiun-stasiun pemancar dan stasiun penghubung yang jumlahya 20 buah dan 10 buah stasiun produksi keliling yang dapat menembus ke desa-desa.

Yang juga membanggakan menurut Presiden adalah bahwa semua perencanaan dan penyelenggaraan siaran berita pelaksanaan pembangunan studio maupun stasiun­stasiun pemancar dan penghubung dirancang dan dilaksanakan oleh tenaga-tenaga bangsa Indonesia sendiri.

Hal ini, oleh Presiden dinilai betapa pesatnya bangsa Indonesia memanfaatkan kemajuan-kemajuan teknologi khususnya media massa elektronika bagi kemajuan bangsa.

Kata Presiden, "Pesatnya kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh TVRI ini antara lain juga karena kerja keras dari pimpinan dan para karyawannya."

Karena itu, kepada pimpinan dan seluruhjajaran karyawan TVRI dimanapun berada, Presiden mengucapkan selamat dan menyampaikan penghargaan atas sumbangsih terhadap pembangunan bangsa.

"Kobarkan terus semangat kerja dengan penuh pengabdian dan kreatifitas untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Saya berharap, agar TVRI terus maju dan berkembang sejalan dengan gerak cepatnya pembangunan di segala bidang," demikian Presiden.

Siaran Jarak Jauh

Seusai menyampaikan amanatnya. Presiden kemudian menanda tangani prasasti dan menekan tombol I siaran jarak jauh sebagai pertanda peresmian Gedung Pusat Produksi beroperasinya studio produksi keliling.

Presiden selanjutnya mengambil tempat untuk memulai pembicaraan televisi jarak jauh dengan rakyat Timor Timur.

Di layar televisi kemudian tampak wakil gubernur Timor Timur berhadapan dengan Presiden Soeharto mengucapkan selamat atas peresmian gedung baru itu sekaligus menyampaikan rasa bahagia rakyat Timor Timur yang dapat menyaksikan acara tersebut bersama-sama seluruh rakyat Indonesia.

Dikatakan, sejak berintegrasi dengan tanah air Indonesia, rakyat Timor Timur sangat bahagia dan merasa terhormat, sebagai bangsa yang merdeka.

Bersama sama dengan rakyat di daerah yang lain merekapun telah merasakan kiprahnya pembangunan.

Karena itu pula, menurut dia, rakyat Timor Timur akan bekerja lebih giat untuk mengejar ketinggalan dalam mencapai masyarakat adil dan makmur.

Dalam percakapannya, Presiden mengemukakan sangat bahagia, gembira dan menghargai keputusan rakyat Timor Timur enam tahun lalu untuk berintegrasi dengan Indonesia.

Menurut Kepala Negara, melalui siaran TVRI yang kini berjalan baik dan akan terus disempurnakan, rakyat Timor Timur dapat menikmati manfaat, sehingga benar benar merasakan suatu kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Secara berturut-turut kemudian tampil wakil kaum tani Timor-Timur, Marlino untuk berdialog langsung dengan Kepala Negara.

"Apa yang akan dikemukakan ?" tanya Presiden sambil menatap lawanbicaranya di layar televisi.

Wakil kaum tani itu kemudian mengungkapkan bahwa sejak integrasi mereka telah membangun dibidang pertanian dan kini sudah merasakan hasil-hasilnya.

Martino yang punya sawah dua hektar mengatakan bahwa mereka dapat menanam padi dua kali setahun dengan hasil sekitar 5,5 ton gabah kering panen per hektar, padahal dulunya hanya 1,8 ton.

Berikutnya, tampil John Pieter, wakil kaum nelayan untuk berdialog langsung dengan Presiden. Kepada Presiden dia menuturkan jenis ikan yang ditangkap antara lain cakalang, tongkol, lemuru.

Sedangkan harga ikan tongkol 1 kg Rp 700 dan bila musim angin barat mencapai Rp 1.500.

Dialog yang menarik juga terjadi ketika Presiden Soeharto berbicara dengan Delvi, wakil peternak.

Dikatakan, kelompoknya mendapat ternak 10 ekor berasal dari Bantuan Presiden dan tahun ini sudah bertambah lima ekor.

Presiden Soeharto bertanya, "Bagaimana cara memelihara sapi itu, dilepas atau dikandang?

Jawabnya, "Dilepas Bapak."

Kemudian Presiden melanjutkan, ”Belum masuk kandang?” Jawabnya, "Masuk Bapak, kalau malam."

Dan terakhir tampil wakil dari penghuni Perumnas, Gomes. Acara kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan tari tarian rakyat setempat.

Gedung Pusat Produksi TVRI yang diresmikan oleh Presiden Soeharto itu berukuran 105 x 110 meter, terdiri dari empat lantai, termasuk bawah tanah yang seluruhnya mempunyai luas 23.000 M2. Biaya pembangunan berjumlah Rp 8,6 milyar. (RA)

Jakarta, Merdeka

Sumber : MERDEKA (25/08/1982)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 1087-1090.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.