PRESIDEN RESMIKAN STM BERNILAI RP 3 MILlAR DI DILl
Dili, Antara
Satu lagi bukti nyata, betapa besar perhatian pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat di propinsi Timor Timur dengan diresmikannya penggunaan Sekolah Tehnik Menengah (STM) Negeri Dili oleh Presiden Soeharto, di Dili, Rabu.
STM tersebut menelan biaya paling besar Rp. 3,038 miliar dari keseluruhan enam proyek pembangunan Timtim bernilai Rp.6,763 miliar yang diresmikan secara simbolis di Kathedral Immaculata Conceptio Dili.
Pembangunan STM ini dilaksanakan dalam tiga tahun anggaran (1986/1988 s/d 1988/1989) dananya bersumber dari APBN Rp. 240.880.000 dan APBD Rp. 2.797.244.000.
Gedung seluas 8.741,7 meter persegi dibangun di atas tanah 12.000 meter persegi itu membuka jurusan otomotif, bangunan gedung dan listrik serta dapat menampung sekitar 500 siswa.
Pembangunan gedung STM ini dimaksudkan menyerap lulusan SMP yang berkeinginan menjadi teknisi terampil yang profesional untuk membangun Timtim dan sebagai tempat menempa jiwa wiraswasta.
Pembangunan bidang pendidikan dan kebudayaan di Timtim merupakan salah satu prioritas yang selalu mendapatkan perhatian pemerintah, sehingga dalam kurun waktu singkat, 12 tahun setelah berintegrasi ke Indonesia sudah menampakkan perkembangan yang sangat pesat.
Ini terungkap jelas, seperti yang dilaporkan Gubemur Timtim Ir. Mario Viegas Carrascalao kepada Presiden Soeharto bahwa dengan dilaksanakannya gerakan wajib belajar pada tahun 1983 dan telah ditambahnya jumlah gedung SD dari 70 unit pada tahun 1976 menjadi 560 unit tahun 1988, sehingga pada tahun ini sudah dapat tertampung 129.000 murid anak usia sekolah.
Untuk anak-anak di bawah tujuh tahun tersedia 23 unit taman kanak-kanak dengan 1.713 murid, kemudian 81 unit SMTP menampung 26.315 murid dengan guru 557, serta tingkat SMTA 28 unit menyerap 10.436 murid dengan 610 guru.
Selama 12 tahun, sebanyak 124 putera Timtim juga berhasil meraih sarjana, dua belas kali lebih besar dari hanya 10 sarjana yang pernah dihasilkan Timtim selama 450 tahun dibawah penjajahan Portugal.
Jumlah satjana tersebut akan terus meningkat setiap tahun, karena selain Timtim sudah memiliki satu universitas juga masih terdapat hampir seribu mahasiswa dan pelajar yang sedang menuntut ilmu di berbagai propinsi.
Suatu hal yang patut dicatat dari 92 persen tingkat buta aksara tahun 1976 sudah berhasil dikurangi menjadi 48 persen dari jumlah penduduk tahun 1988 dan dengan telah dicanangkannya operasi pemberantasan buta aksara pada tahun 1987 untuk mempercepat pelaksanaan program kejar paket A, maka diharapkan pada tahun 1989 Timtim akan dapat dinyatakan bebas buta aksara.
Sumber : ANTARA (02/11/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 497-498.