PRESIDEN RI BUKA SIMPOSIUM KESEJAHTERAAN IBU
Jakarta, Antara
Usaha meningkatkan kesejahteraan kaum wanita khususnya ibu merupakan tanggungjawab bersama, baik oleh wanita sendiri maupun pria, dan juga semua golongan masyarakat, karena kesejahteraan ibu merupakan bagian mutlak dari pembangunan.
Presiden Soeharto mengemukakan hal itu ketika membuka Simposium Nasional Kesejahteraan lbu di lstana Negara, Rabu. Simposium ini diikuti sekitar 400 peserta yang berasal dari berbagai profesi dan golongan masyarakat.
“Ada kecenderungan pendapat, penanggulangan masalah dalam peningkatan kesejahteraan kaum wanita umumnya dan kaum ibu khususnya akan dapat diselesaikan oleh kaum wanita sendiri. Pandangan ini tentu saja tidak tepat,” kata Presiden dalam acara yang juga dihadiri Ibu Tien Soeharto, Ibu E.N Sudharmono, beberapa menteri, serta sejumlah dubes.
Alasan yang dikemukakan Kepala Negara adalah kesejahteraan ibu mengandung berbagai segi, sehingga penanganannya juga harus dilakukan dari berbagai segi secara serempak dan terpadu. Beberapa yang penting diantaranya adalah peningkatan kesehatan, penurunan tingkat kelahiran pembinaan kelangsungan hidup anak, serta peningkatan pendapatan.
Ketika berbicara tentang pelayanan bagi kaum ibu sebagai ibu anak-anak bangsa dan juga ibu rumah tangga, Presiden mengakui masih belum memadai.
“Di berbagai daerah tidak sedikit kaum ibu yang harus mengambil air bersih beberapa kilometer jauhnya dari rumah mereka, sebagian malahan melalui jalan yang berbahaya”.
Peranan ganda kaum ibu yang mencakup pengasuh putra-putri anak-anak bangsa, pengatur rumah tangga, pendamping suami, dan juga sebagai insan pembangunan, menurut Kepala Negara, menunjukkan dengan jelas tentang betapa pentingnya kedudukan dan peranan kaum ibu dalam pembangunan bangsa dan negara.
“Peningkatan kualitas manusia dan masyarakat tidak mungkin dapatkita wujudkan tanpa perbaikan tingkat kesejahteraan ibu,” kata Kepala Negara ketika menekankan kembali pentingnya upaya meningkatkan kesejahteraan kaum wanita khususnya ibu.
Ketika berbicara tentang upaya melindungi anak-anak, disebutkan bahwa langkah-langkah yang selama ini telah mulai membuahkan hasil positif Selama Repelita IV misalnya tingkat kematian balita sudah bisa diturunkan menjadi sekitar 70 perseribu.
“Dibandingkan dengan keadaan di negara-negara maju, angka tadi cukup memprihatinkan. Akan tetapi, jika kita bandingkan dengan keadaan sebelumnya maka angka tadi menunjukkan kemajuan besar,” katanya sambil mengingatkan target pada saat memasuki tahap tinggal landas adalah menurunkan angka itu hingga 30 per seribu kelahiran.
Menteri Kesehatan Adhyatma MPH dalam laporannya menyebutkan bahwa banyak hal yang telah dicapai selama Repelita IV dalam meningkatkan kesejahteraan kaum ibu. Namun di lain pihak, upaya tersebut masih menghadapi berbagai kendala. Ia memberi contoh masih rendahnya taraf kesehatan ibu yang dinyatakan dengan masih tingginya angka kematian ibu hamil, melahirkan ataupun dalam masa nifas. Kendala lain dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ibu adalah masih belum memadainya tingkat pendapatan.
Sumber : ANTARA(29/06/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 639-641.