PRESIDEN SAMPAIKAN BERBAGAI MACAM HADIAH.

PRESIDEN SAMPAIKAN BERBAGAI MACAM HADIAH. [1]

Sayembara Mengarang Diratui Para Pemudi

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto Selasa kemarin di Istana Negara membagi-bagikan berbagai hadiah, dari mesin pompa sampai pada uang Tabanas dan Deposito, kepada para Lurah/Kepala Desa, Guru Teladan serta Pelajar Teladan yang termasuk Pasukan Pengerek Bendera Pusaka, dan pemenang sayembara mengarang.

Kepada 25 Lurah/Kepala Desa yang desanya terpilih sebagai desa terbaik di masing-masing propinsi, diberikan mesin tenaga listrik atau mesin pompa. Presiden mengharapkan agar alat-alat tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendorong usaha pembangunan di desa-desa. Hanya Propinsi Irian Jayalah yang tidak terwakili dalam tahun ini, karena di propinsi ini belum diadakan pemilihan desa terbaik.

Sembilan Guru Teladan tingkat nasional masing-masing memperoleh uang Deposito Rp.100.000 dari Presiden dari Nyonya Tien Soeharto mereka memperoleh Tabanas Rp.110.000 dan Rp. 40.000 uang tunai. Dari Ria Pembangunan mereka mendapat bahan pakaian untuk celana, kemeja, jarik dan kebaya, sebuah radio transistor, jam tangan dan bahan batik.

Sedangkan ke-69 Guru Teladan masing-masing mendapat Rp.100.000 Tabanas dari Presiden, radio transistor, bahan pakaian, jam tangan dari Ria Pembangunan, dan Tabanas Rp.100.000 serta uang tunai Rp.40.000,- dari Nyonya Tien Soeharto. Disamping semua hadiah itu, disampaikan juga sebuah piagam penghargaan.

Para pemenang hadiah mengarang sbb: Tingkat SLA, Juara I Lea Yuni Atmani Mestoko dari SMA Negeri VI Bandung, kelas III dengan judul karangan

“Pelajar Pembela Kemerdekaan Indonesia”. Hadiahnya Tabanas Rp.250.000,- piala dan piagam Tingkat SLP, Juara I Anna Herlina Lokolio dari SMP Negeri 49 Kramat Jati, Jakarta, dengan judul “Aku sebagai Pewaris 45”. Ia mendapat Tabanas Rp.200.000, ­piala dan piagam. Tingkat SD, pemenang pertama Noer Arafah dari SD St. Ursula, Jl. Pos Jakarta, dengan judul “Pelajar Pembela Kemerdekaan Indonesia”. Hadiahnya Tabanas Rp.150.000,-, piala dan piagam.

Sementara itu lima puluh dua anggota Pasukan Pengerak Bendera Pusaka masing­-masing memperoleh pulpen, sebuah buku “Dari Prajurit sampai Presiden” dan bahan batik.

Pemberian hadiah-hadiah ini berlangsung dalam suasana ramah tamah, dan dihadiri pula oleh para Menteri. Turut hadir misi kesenian dari Aceh, Yogyakarta, DKI, Irian Jaya, Maluku dan Sulawesi Tengah yang memeriahkan malam kesenian di Balai Sidang Senayan, tanggal 18 Agustus.

Memang Sudah Selayaknya

Dalam pidatonya, Presiden Soeharto mengatakan, bahwa perayaan HUT Kemerdekaan tahun ini benar-benar meriah: di RT-RT, di RW-RW, di kampung-­kampung, di desa-desa dan di kota-kota kecil maupun besar.

“Kita memang sepantasnya membuat perayaan yang agak meriah. Karena apa yang kita cita-citakan 30 tahun yang lalu kini sudah makin tampak wujudnya. Kemerdekaan nasional dapat kita pertahankan. Pancasila dan UUD 1945 dapat kita selamatkan dan makin kita resapi. Persatuan dan kesatuan bangsa kita makin kuat. Gangguan keamanan dalam bentuk pemberontakan telah dapat dikatakan lenyap. Bermacam-macam krisis yang dialami bangsa yang muda sejauh ini telah kita lampaui dengan selamat. Dan pembangunan telah mulai berjalan, sehingga membuat kehidupan kita lebih baik.”

Namun untuk melaksanakan pembangunan, Indonesia memerlukan manusia­manusia pembangunan. Manusia pembangunan tidak muncul begitu saja, tapi harus dibangun, harus dididik. Mulai dari kanak-kanak sampai dewasa. Kita bukan saja memerlukan pengetahuan dan kecerdasan berpikir, tapi juga budi pekerti yang tinggi.

“Karena itu tujuan pendidikan kita adalah luas: bagaimana mencerdaskan pikiran selaras dengan ketinggian budi pekerti, bagaimana mengembangkan, kebebasan selaras dengan tanggungjawab, bagaimana mempertinggi ketrampilan yang selaras dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, bagaimana membuat kita percaya pacta diri sendiri selaras dengan kesadaran kita untuk hidup bergotong royong dalam masyarakat,” kata Presiden.

Pertemuan diakhiri dengan ramah-tamah, dimana Presiden dikelilingi oleh para Guru Teladan dan Pelajar Teladan yang semua ingin menyalaminya. Mereka tidak lupa pula meminta tanda tangan Presiden serta Nyonya Tien Soeharto dan bergambar bersama. (DTS)

Sumber: KOMPAS (20/08/1975)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 848-850.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.